Berlarilah, Aku Akan Berjalan Ke Arah Yang Lain Saja

Melirik sedikit kisah kita yang kumulai dengan keikhlasan. Bolehkah kurangkai kisah kita yang bagiku sudah cukup usang. Aku berjalan bersamamu dengan modal keikhlasan. Menerima diri dengan segenap rasa kasih yang kuungkap dan kau terjemahkan. Bagaimana pun kamu adanya, hatiku berkata kita akan bisa melewatinya.

Kususuri jalan setapak walau itu melelahkan. Kubagi hidupku berdua denganmu walau itu menyulitkan. Setiap kususuri jalan itu, aku mencium aroma tubuhmu. Aku membaui tawa dan setiap kata. Tak lupa aku selalu menawarkan kesulitan padamu. Sebelum akhirnya kau nyaman berjalan bersamaku.

Entah mengapa aku merindu membaui tanah yang pernah kita tapaki selama satu jam. Demi tugas yang tidak seberapa, tak lupa aku memberimu semangat dan sedikit perhatian kecil yang pikirku bisa membangkitkan semangatmu. Genggaman tangan itu membuatku nyaman. Tak lupa secangkir kopi hitam yang selalu ada ditiap akhir perjalanan kita.

Kita menghabiskan waktu itu walau hanya membicarakan tuntutan lembaga dan orang tua. Sampai aku lupa mengingatkanmu, aku menyayangimu dengan setulus hatiku.

Tidak lupa kau menoreh kenangan di rumah persinggahanku. Setiap kepingan itu kusimpan rapi. Dimana kau selalu ada dalam perjalananku yang menjenuhkan. Aku menyelesaikan tanggung jawabku dengan kekuatan yang kita bangun. Aku perlu itu sebagai perempuanmu saat itu. Mendefinisikan rasa menjadi kata. Tak lupa kau selalu berteman baik dengan saudara maupun sahabatku. Itu yang kusuka darimu. Menelisik hatiku melalui udara.

Aku pernah ungkapkan tidak ada kata bahagia bila kita beriringan. Tapi, lidah memang tak bertulang secepatnya kau katakan aku bahagia walaupun hanya ini. Aku pernah jatuh bahkan kedalam lubang yang sangat dalam. Aku sudah biasa menjadi halte bukan stasiun yang seperti diidamkan. Perhentian pertama bahkan kedua kemudian lari dengan sejuta alasan yang terkadang memuakkan.

Ini terjadi pada kisah kita. Ketika kau luput akan kenyataan kau hilang bersama bayangmu. Aku berdiri dengan kaki gemetar saat itu. Tidak ada yang perlu disesali ketika satu kata membuat segalanya buyar. Ketika mendengar yang kurasa hanya pedih. Hanya ada sakit yang tidak bisa terdefinisi sakitnya berbentuk apa dan lukanya dimana. Belum selesai dengan kata pedih aku diracuni dengan kenyataan. Kenyataan itu membuat dua perempuan takkan ada dalam satu tubuh. Ku maklumi perputaran hidup itu.

Kumaklumi aku takkan bisa bertahan ketika masih ada getaran dia rasakan dalam diri orang lain. Berbahagialah walau perih ini masih kurasa. Berbahagialah karena aku selesai dengan kata cinta. Bahagialah karena masih ada yang ingin membahagiakanmu. Jangan lagi lihat kembelakang. Sebisa mungkin kau berlari dan gapai yang kau ingini. Doa selalu ada. Aku memaafkan tapi tak melupakan. Berlarilah dan aku akan berjalan ke arah yang lain. Agar tak ada kesempatan untukku memandang kedua matamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka senja dan antek-anteknya

6 Comments

  1. Han Wille berkata:

    i know that feel