#Bertepuksebelahtangan Tak Selalu Mesti Diselesaikan

Sesulit apapun kehidupanmu, berkawanlah dengan sang syukur.

 

Advertisement

Tulisan ini adalah surat cinta. Teruntuk, pribadi-pribadi yang tengah berjuang mengarungi hidup. Kepada manusia-manusia yang menanggung lara, serta mereka yang di ambang maut. Aku tak tahu, beban seberat apa yang kau pikul, dengki sedalam apa yang kau tanam, amarah segelap apa yang kau pendam. Yang aku tahu, hidup tak selamanya mulus.

Sebab kita ini hidup di dunia, bukan di surga. Memang hidup kita tak selamanya senang, tapi juga tak selamanya susah. Mungkin kau lelah, kecewa dan putus asa. Kadang terbersit perasaan yang menghimpit mendorongmu menyelesaikan hidup, yakni perasaan kecewa, sesal, sepi, hina, tidak berguna, putus asa, serta segala perasaan yang berbeban berat. Seakan-akan ingin rasanya kau akhiri semua, dengan jalan menjumpai surga (atau neraka?).

Aku tahu, aku sangat tahu rasa bosan menjalani kesusahan demi kesusahan. Tapi kau juga harus tahu, bahwa engkau bukanlah satu-satunya manusia yang merana. Bahkan manusia dengan segala kesempurnaannya pun memelihara beban yang tak terkira beratnya. Setiap makhluk diberikan kesusahannya masing-masing. Ada kesusahan yang memang datang dari Sang Khalik, ada pula kesusahan yang datangnya dari diri sendiri, tapi kita tak mau mengakui sehingga mengambinghitamkan nasib.

Advertisement

Kesusahan yang datangnya dari Sang Khalik mungkin bermacam-macam sesuai dengan level kemampuan kita, tetapi kesusahan yang datangnya dari diri sendiri hanya ada satu, yakni kurangnya syukur. Engkau seakan sedang menghitung butiran debu di antara bongkahan permata, tak ada habisnya. Kau, aku, dan dia menanggung kesusahan yang berbeda, tapi toh tetap saja susah!

Tak usah menanam iri, tanam saja benih-benih ketangguhan, kesabaran, keikhlasan, dan tawakal di dalam dirimu itu (dalam diriku juga). Asal kau tahu, bisa jadi orang yang engkau menjadi iri terhadapnya tengah mengingini kehidupan orang lain pula. Sebab manusia telah ‘jatuh’ sejak awal. Jatuh terhadap hawa nafsu yang tak akan pernah ditemukan puncaknya. Kau, aku, dan dia harus belajar bahagia.

Advertisement

Sebab bahagia adalah sebuah pilihan. Bisa saja kita berbahagia di tengah himpitan pencobaan, namun bisa pula kita meratap di antara nikmat. Kuberitahu kau sesuatu, ada seekor burung dalam kandang yang bahagia sebab ia makan teratur dan terlindung dari terik serta hujan. Ia merasa iba pada burung di luaran sana, yang bersusah payah mencari makan, berteduh kala dilanda hujan, dan yang harus terbang menghindar dari si pemburu.

Akhir kata, sesulit apapun kehidupanmu, berkawanlah dengan sang syukur.

 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE