#BertepukSebelahTangan; Tentang Kamu yang Tak Mengerti Pilu Bagaimana Mencintaimu Dalam Diamku

Begitulah cinta, katanya menyenangkan; seperti burung yang terbang bebas memeluk langit.

Aku seseorang yang pernah mencintai diam-diam. Di dalam angan dan dekapan perasaan. Perasaan itu cukup menyenangkan. Setiap hari aku dihujani rindu yang tak kunjung reda, dekapan luka tak kunjung mengering, dan rasaku tak kunjung menghilang. Kutulis namamu dalam diaryku. Asa, itulah namamu yang artinya harapan. Ya harapanku padamu setelah beberapa waktu silam aku mulai mencintaimu.

Advertisement

Rasanya memang menyenangkan ketika mencintaimu dalam diam. Bermeter-meter jarak pandanganku padamu. Terkadang, seulas senyum sederhana tak sengaja kau siratkan dalam wajahmu. Begitu kejamnya aku, yang mencintaimu semakin dalam. Bisakah kau biasa saja padaku? Saat bertemu aku misalnya, tak perlu kau berikan senyum semanis itu.

Kau pikir aku terpesona? Tentu iya. Sungguh lemah bagai kertas yang dituang segelas air. Bagaimana kalau kita tak harus berpapasan? Bagaimana kalau kita tak saling pandang? Lalu bagaimana pula kalau aku tak harus mencintaimu? Rasanya aku tak bisa. Akan ada suatu hari aku akan biasa saja, sungguh biasa saja tapi tidak saat ini. Terkadang pula, rasanya aku ingin memenjarakanmu dalam hatiku. Lalu, ku buang kunci itu jauh-jauh supaya aku tak bisa menemukan.

Akan tetapi, itu dusta. Tersenyum saja tak sengaja, memandang saja hanya dua detik, dan mendekat pun juga tak pernah. Lalu bagaimana aku? Tak perlu tanyakan bagaimana aku. Sebab itu luka dalam cinta diam-diam. Luka yang tak perlu dicari siapa pembuatnya. Itulah aku, si pelukis luka yang tak tahu diri. Kemudian..

Advertisement

Aku pernah melihatmu bersama wanita; berambut lurus, bermata coklat. Kau tahu? Betapa hangatnya kau bercengkerama  dengan omong kosong. Tak penting, sungguh. Aku ingin datang menyapamu, tapi tak mungkin. Kau selalu hangatkan suasana bersamanya. Sekali lagi, aku melihatmu bersama wanita itu. Sama sekali tak berubah, omong kosongmu dan hangatnya tatapan matamu untuknya. Seperti pisau yang ditusuk berkali-kali di pangkal tenggorokan, sakit sekali.

Begitulah aku. Aku hanya terdiam menatapmu nanar dari kejauhan bermeter-meter. Sementara kau asyik dengan kopi di tanganmu dan omong kosongnya. Oh, Tuhan inikah cinta? hahaha, sakit bukan? Dan sekali lagi kau tahu? aku tak sengaja melewati toko buku, ada yang tak beres pada pandanganku. Ya,tentu kau lah jawabnya. Maksudku, kau bersamanya lagi.

Wanita berambut lurus dan bermata coklat. Selalu saja begitu, menghancurkan hatiku berkali-kali. Akan tetapi, sungguh ini bukan salahmu, sayang. Aku yang hanya diam-diam, selalu diam, dan akan tetap diam dalam mencintaimu. Bahkan aku sadar, aku tak harus begini. Ingin kuakhiri cinta diam-diamku, tapi tak semudah itu. Sebab aku pernah sebahagia itu menatapmu dua detik saja. Memang begitulah cinta, tak harus sempurna, tak memiliki, dan tak pula mengerti.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Biarkan aku bercerita dengan rasa, entah itu nyata atau hanya asa.

CLOSE