Bila Ramadhan Tak Jadi Datang, Apa yang Kamu Rasakan?

Ramadhan memang selalu dinantikan. Menjadi bulan dambaan bagi setiap kaum Muslim yang ada di seluruh dunia. Bila sudah mendekati pertemuan dengannya, maka semua berlomba mempersiapkan yang terbaik untuk menyambutnya.

Advertisement

Entah itu dari sekedar resep makanan berbuka dan sahur, hingga agenda-agenda yang padat dengan amal kebaikan. Semuanya dipersiapkan sedemikian rupa.

Tapi, bilamana Ramadhan tersebut tak jadi datang? Malah Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan Jibril untuk memberikan pengumuman bahwasanya Ramadhan tahun ini dibatalkan? Apa yang kamu rasakan? Merasa bahagiakah karena tak harus berpuasa selama satu bulan penuh?

Atau merasa susah dan sedihkah karena kehilangan ladang yang luas untuk memanen pahala dan kebaikan? Mari dijawab dengan jujur sesuai hati nurani masing-masing.

Advertisement

Ramadhan bukanlah sekedar bulan untuk memperbanyak amalan kebaikan. Tapi juga sebagai madrasah bagi diri untuk meningkatkan kualitas iman dan ketaqwaan.

Itulah mengapa generasi pertama yang hidup di zaman Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sangat-sangat menanti kehadiran Ramadhan. Bahkan mereka akan bersedih hati ketika mengetahui bahwa Ramadhan akan segera berakhir.

Advertisement

Kita bisa mencontoh dari mereka. Umat generasi pertama yang hidup di zaman Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Bagaimana akhlaknya terbentuk secara sempurna ketika mengetahui bahwa Ramadhan akan segera pergi dari hadapannya. Mereka bersedih. Merasa kehilangan dan nampak susah.

Bagaimana dengan kita? Apakah juga demikan?

Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Karena di dalamnya turunlah wahyu Al-Qur'an pada 17 Ramadhan dan terdapat sebuah malam di mana malam tersebut lebih baik dari seribu bulan.

Ramadhan juga menjadi ladang untuk banyak beramal kebaikan. Memanen pahala yang berlipat-lipat. Semua amalan kebaikan pada saat itu dilipatgandakan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Tak hanya itu, Ramadhan juga menjadi sarana untuk melatih diri dalam kesabaran. Mulai dari bangun pagi-pagi sekali untuk makan sahur dan sholat Shubuh, menahan untuk tidak makan dan minum sampai nanti menunggu waktu berbuka puasa.

Serta harus menahan untuk tidak melakukan segala perbuatan yang membatalkan puasa. Sungguh bila tidak sabar dan hanya memperturutkan hawa nafsunya, maka Ramadhan baginya sama saja.

Ramadhan juga menjadi momen untuk saling berbagi dengan sesama. Karena pada saat Ramadhan, masing-masing dari kita akan dilatih kepekaan sosialnya. Dengan berpuasa pada bulan Ramadhan, secara tidak langsung diri kita di didik untuk ikut merasakan lapar dan haus, di mana dua hal itu adalah keadaan yang sangat tidak mengenakkan.

Beruntung bagi kita yang berpuasa, karena masih bisa merasakan kenikmatan saat berbuka puasa ketika adzan Maghrib berkumandang. Lalu bagaimana dengan mereka yang masih kesulitan untuk merasakan nikmatnya makanan?

Bahkan sampai harus menahannya berhari-hari. Begitulah puasa, mengajarkan kita untuk bisa peka terhadap lingkungan sekitar. Menjadi momen berharga untuk berbagi pada sesama yang membutuhkan dan kesulitan. Indah sekali, bukan?

Bulan Ramadhan juga memiliki tiga bagian penting yang tak dapat di pisahkan. Dalam bukunya, Ahmad Rifa'i Rif'an menyebutkan tigal hal tersebut, yang pertama adalah masa turunnya rahmat pada sepuluh hari pertama Ramadhan.

Kedua adalah masa turunnya ampunan (maghfirah) pada pertengahan Ramadhan dan ketiga adalah masa pembebasan dari api neraka pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Begitulah karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang diberikan pada bulan Ramadhan. Memang benar bila Ramadhan adalah bulan yang sangat agung. Bahkan dari awal hingga akhirnya mengandung banyak sekali kemuliaan.

Lalu bilamana Ramadhan tahun ini tak jadi datang? Tentu umat Muslim tak akan lagi merasakan keindahannya. Jadi, apa yang kamu rasakan bila Ramadhan tahun ini dibatalkan?


Bayangkan jika mulai tahun ini tak ada lagi bulan yang namanya Ramadhan. Anda bebas makan dan minum pada siang hari tanpa harus dibebani oleh kewajiban melaksanakan puasa yang seringkali memberatkan. Kini Anda bebas menyelesaikan tugas-tugas kantor tanpa perlu mengirit energi. Kini Anda bisa bebas melaksanakan aktivitas seperti biasa tanpa perlu untuk menghindari hal-hal yang dilarang seperti saat puasa. (Ahmad Rifa'i Rif'an)


Mari berdoa supaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala sampaikan kita pada bulan yang agung itu. Dan melalui bulan yang mulia tersebut, semoga menjadikan kita sebagai manusia yang terpilih untuk ditinggikan derajatnya di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Aamiin.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Itulah bentuk dari kesuksesan yang sesungguhnya.

CLOSE