Bukan Sebuah Surat tapi Hanyalah Ungkapan Rindu untuk Ayah

Bahagianya melihat mereka yang hingga saat ini masih bisa menikmati waktu bersama Ayah tercinta. Bahagianya disaat hari-hari penting mereka masih ditemani seorang Ayah. Sedangkan aku, sejak 4 tahun yang lalu tak lagi ditemani oleh Ayah. Kepergiannya yang membuatku bungkam seakan itu hanya mimpiku saja. Namun nyatanya beliau telah kembali menghadap-Nya.

Advertisement

Sedih rasanya bahkan hingga saat ini setelah 4 tahun berlalu. Rasanya masih tak percaya bahwa aku telah kehilangan sosok pembimbing yang mulia. Sosok penasehat yang hebat. Sosok pekerja keras. Ahhh entahlah Kau adalah segalanya Ayah.

Siang itu saat matahari telah berada diatas kepala suara telepon yang terus berdering tak ingin ku tanggapi rasanya. Entahlah mengapa aku merasa telepon itu seakan berita tak baik. Sedangkan aku yang berada di perantauan nan jauh disana tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Benar saja saat kuangkat itu adalah berita buruk. Bahwa Allah telah memanggilmu untuk kembali. Ayah, serasa berhenti aliran darahku ini. Dengan setengah sadar masih kuingat semua nasehat-nasehat baikmu. Dengan kaki lemas air mataku tumpah ruah tak terbendung lagi. Mengapa harus pergi saat aku tak ada disampingmu.

Saat aku memutuskan untuk pulang ke rumah, dan aku mengunjungi makammu, yang kulihat hanya gundukan tanah dengan beberapa bunga yang masih segar. Dan pula batu nisan dengan tulisan namamu yang membuatku tak percaya Kau telah tiada. Saat aku memutuskan berangkat ke perantauan aku masih mengenggam erat tanganmu. Dan berharap saat pulang nanti aku bisa memberikanmu secuil hasil dari kerja kerasku. Agar aku bisa melihat senyum lebarmu dari hasil keringatku. Namun justru saat aku pulang hanya aku lihat batu nisanmu.

Advertisement

Ayah kini gadis kecilmu telah dewasa. Aku hidup di kota perantauan dengan hasil kerasku. Aku bisa membahagiakan ibu dengan hasil keringatku. Aku bisa mengajaknya jalan-jalan saat aku pulang ke rumah. Aku bisa membelikannya apapun yang ibu mau. Aku bahagia. Tapi rasanya kebahagian itu tak lengkap tanpa hadirmu. Aku selalu ingat akan nasehat-nasehatmu.

Ayah bagiku kepergianmu masih terasa nyata dalam ingatanku. Andai putus dari seorang pacar bisa aku lupakan dalam hitungan bulan. Tapi untuk melupakan kepergianmu tak cukup dengan 4 tahun. 4 tahun ini aku masih saja menangis saat aku ingat dahulu waktu yang aku lewati bersamamu. Kau selalu menjagaku, melindungiku, menyayangiku. Aku selalu sedih saat ingat makanan kesukaanmu.

Advertisement

Mungkin sebentar lagi gadis kecilmu ini akan dilamar oleh seorang laki-laki yang aku cintai. Dia baik. Dia sepertimu. Pendiam, tak merokok tapi suka kopi dan juga pekerja keras. Jauh darinya aku selalu rindu. Dan selalu ingin ada di dekatnya. Dia menenangkan dan mendamaikan hati sama sepertimu. Aku yakin kau pun akan menyukainya. Suatu saat nanti akan kuajak dia ke makammu. Akan kuperkenalkan dia padamu. Dan tak lama setelah itu aku akan menikah dengannya. Memulai kehidupan bersamanya.

Terima kasih Ayah, Kau telah menjagaku dari aku kecil hingga aku dewasa. Kau telah menjadi teladan yang baik untukku dan keluarga kita. Telah menyayangi, mengasihi, dan mencintai ibu. Kau akan tetap jadi sosok lelaki yang berharga untukku. Sampai kapanpun Kau akan tetap jadi lelaki terhebatku.

Terima kasih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

seorang analis laboratorium, penyuka makanan dan minuman manis, kadang suka menulis kalau lagi mood

CLOSE