Bukit Rimpi, Saksi Romantisme Perjalanan Terakhir Kita

Minggu 13 Desember 2015. Suara motormu yang sudah terkam di memoriku menyapa telinga pertanda kehadiranmu sudah tiba dan kita siap berangkat bersama ke Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut untuk menghadiri acara resepsi pernikahan. Sesampainya di Bati-Bati kita berdua disambut riuhnya lagu dangdut dan senyum bahagia kedua mempelai serta suguhan makanan sebagai pengisi perut, setelah berdiskusi bersama akhirnya kami berdua memutuskan untuk melakukan perjalanana dadakan ke bukit Rimpi. Sebuah bukit hijau yang indah seperti perbukitan yang ada di acara telivisi untuk anak-anak yakni teletubies oleh karena itu bukit ini juga terkenal dengan bukit teletubies. Bukit ini terletak di Desa Tampang, Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut yang dapat ditempuh 2 jam perjalananan dari Kota Banjarmasin. Kami berdua menuju buit rimpi menggunakan kendaraan roda dua.

Kurang lebih satu jam mata ini disungguhi pemandangan indah hamparan hijau padi yang menghijau bagai permadani dan sapaan sepoi-sepoi angin akhirnya sampai juga di Desa Tampang, desa dimana ada bukit yang sedang hits di Kalimantan Selatan. Dikarenakan perjalanan ini merupakan perjalanan dadakan tanpa rencana sehingga kostum yang aku gunakan sangat salah kostum, baju batik, calana hitam dan wedges, sangat tidak memungkinkan naik bukit dengan wedges bukan? Sehingga kuputuskan untuk mampir sejenak di toko klontongan membeli sendal jepit berwarna orange, ya setidaknya dengan sendal jepit akan terasa lebih mudah untuk menaiki bukit nantinya.

Untuk menikmati perbukitan hijau nan indah tak usah mengeluarkan kocek terlalu dalam cukup uang RP, 5000,- dan biaya parkir yang ada di halaman warga. Seusai memarkirkan motor kami berdua segera bergegas ke lokasi perbukitan, mata besarku dimanjakan oleh indahnya gundukan tanah yang lumayan tinggi berhiaskan rerumputan hijau penyejuk mata. Langit hari itu sangat bersahabat biru muda bertaburkan awan sehingga tidak terasa terlalu panas, kaki mungilku segera bergegas mendaki sedikit demi sedikit perbukitan, langkah demi langkah kita melangkah bersama. Terkadang tanganmu yang kokoh membantu mengegam tangan mungilku seolah berkata “ Mari kita berjalan bersama mencapai tujuan yang sama” .

Diatas bukit lagi-lagi mataku di manjakan oleh ciptaan tuhan yang luar biasa, duduk diatas rerumputan, menikmati desiran sang bayu, rerumputan ilalang seolah menari indah memnambah kesempurnaan. Dari atas sini kita berdua dapat melihat pelaihari dari ketinggian, konon katanya matahari terbit sangat terlihat indah dari atas sini. Canda tawa kita melebur dengan keindahan alam seolah sudah menyatu tak ada dinding pemisah diantara kita, seolah kebahagian ini abadi layaknya akhir cerita pada dongeng-dongeng ntah berapa puluh senyum tergores di wajah ini.

Sesekali merebahkan badan di atas hijaunya rerumputan sambil menikmati langit biru berhiaskan awan sempurna sekali hari ini layaknya diadegan adegan film korea yang sering aku tonton. Usai berbagi cerita bergurau dan tertawa diatas perbukitan kita memutuskan untuk pulang, sebelum pulang kami berdua makan dulu di taman kencana yang terletak kota pelaihari, disana banyak pedagang kaki lima menjual makanannya, seperti soto, sate, gado-gado aneka jus dan lain sebagainya dan akhirnya dia kembali mengantarku pulang di Kota banjarbaru dan dia melanjutkan perjalanan kerumahnya di Kota Banjarmasin.

Tak pernah kuduga sebelumnya 13 Desember 2015 merupakan perjalanan terakhir kami bersama karena di tahun 2016 hubungan kami telah kandas tak terselamatkan lagi, setidaknya terimakasih atas semua cerita manis pahit yang telah kita rangkai bersama sejak 7 Agustus 2010.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka warna biru, penikmat suasana hujan dimalam hari.