Catatan Hati Seorang Suami

Suatu hari, sepasang suami istri sedang merencanakan untuk jalan-jalan sore. Mereka adalah pasangan suami istri yang baru menikah sebulan yang lalu dan kebetulan tinggal di Ibukota. Mereka pun memutuskan untuk jalan-jalan sore mengelilingi sepanjang jalan Taman Mini Indonesia Indah. Dan berniat mengakhiri perjalanan sorenya itu di masjid yang ada di sebuah pusat perbelanjaan untuk shalat maghrib dan makan.

“Abi, Umi sudah bawa bekal untuk kita,” sahut istri.

“Bekal apa Umi?,” tanya sang suami tak mengerti sembari merapikan posisi kacamata.

“Umi sudah masak Abi. Abi kan pernah bilang kalau kita ke mana-mana lebih baik bawa bekal sendiri. Selain untuk menghemat, kalau kita masak sendiri kan tanpa bahan pengawet dan penyedap rasa juga bisa dikurangi. Walaupun Abi juga bilang sekali-kali kita juga makan di luar,” urai istri mengingatkan suami.

“Oh ya Umi, maaf Hbi lupa, hehe,” sahut suami.

“Ih Abi gimana sih? Masih muda tapi …,” sergah istri sambil mencubit genit pinggang sang suami tanpa melanjutkan perkataannya.

Usai gurauan tersebut, mereka pun bersiap-siap untuk jalan-jalan sore. Suami sibuk memanaskan motor, sedangkan istri juga sibuk memasukkan kotak demi kotak yang berisi makanan ke dalam tasnya.

Makanan yang ia masak kali ini adalah tumis jamur, dikombinasikan dengan brokoli dan tak lupa pula disertai irisan cabai merah dan bawang putih. Lalu istri juga tak lupa melengkapinya dengan ayam goreng krispi kesukaan suami.

*

Jalan-jalan sore pun akhirnya berakhir. Selanjutnya, pasutri ini menuju sebuah pusat perbelanjaan untuk belanja keperluan rumah tangga. Ketika tengah asyik berbelanja, akhirnya adzan maghrib berkumandang. Mereka pun memutuskan untuk mengakhiri aktivitas belanjanya, lalu menuju masjid yang ada di lantai paling atas.

Usai shalat maghrib, mereka duduk-duduk di serambi masjid sambil memandangi kerlap-kerlip lampu pusat perbelanjaan tersebut.

“Abi, kita makan dulu yah,” kata istri menawarkan sambil membuka kotak makanan. Suami pun menganggukkan kepala sambil tersenyum memandangi tingkah polah istri. Lantas, mereka makan sambil sedikit berbincang-bincang. Terkadang iseng membahas sarana prasarana yang ada di pusat perbelanjaan itu. Bahkan tempat duduk yang berjejer-jejer di depan masjid pun tak luput dari perbincangan.

“Abi, Umi mau suapin Abi boleh nggak? Sekaliii aja.”

Mendengar ucapan istrinya itu, sang suami pun menoleh ke kanan dan kiri. Lalu menganggukkan kepala pertanda mengizinkan istri untuk menyuapinya. Ketika suami sudah bersiap untuk membuka mulut, ia mendapati seekor ulat kecil. Mungkin itu adalah ulat sayur. Ia jadi terbawa oleh ingatan masa kecilnya, kala itu ia tak mau makan karena ada ulat sayur di makanan yang dibuatkan oleh bibinya.

Ia memang tipikal laki-laki yang tak suka dengan ulat. Mungkin lebih tepatnya jijik. Namun, di sisi lain ia juga tak mau membuat sang istri kecewa. Meski bagaimana pun istri sudah susah payah memasakkan makanan spesial untuknya. Akhirnya, dengan sekuat hati ia pun berusaha tak menghiraukan ulat sayur tersebut. Ia tetap memakan makanan yang sudah disuapkan oleh istrinya. Mengunyahnya perlahan sambil memandang istrinya dengan senyuman.

“Istriku, seandainya kau tahu bahwa suamimu ini tidak suka dengan ulat sayur. Demi Allah aku akan tetap memakannya, karena sedikit pun aku tak ingin melukai perasaanmu. Dan memasakkan makanan untukku adalah salah satu bentuk pengabdianmu yang sudah pasti dicatat oleh Allah,” gumam suami dalam hati.

Tulisan ini merupakan kisah nyata.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis
Aby

4 Comments

  1. Lisa Elisabeth berkata:

    Bingung nih cari-cari informasi menarik seputar bola yang terkini ?
    kunjungi www(.)d-ew-a168(.)com.