Cerita di Bulan September

Let us always meet each other with smile, for the smile is the beginning of love.

– Mother Teresa

Advertisement

Aku pernah begitu terluka. Hari di mana kamu pergi meninggalkanku tanpa kata, saat semua yang kukira kita tengah baik-baik saja. Ternyata itu hanya sebuah prasangka. Semesta memperlihatkanku bahwa kamu menyembunyikan rahasia.

Pagi itu, aku sibuk dengan kegiatanku yang hadir mendadak untuk segera diselesaikan. Rutinitas yang seharusnya kulakukan atas jadwal mingguan malah tidak bisa sama sekali kulakukan. Kamu, seperti biasa menyapaku lewat sebuah pesan singkat yang menjadi kebiasaan. "Selamat pagi, hun", katamu lewat pesan media sosial kala itu.

Hari itu, aku tidak tahu jika kamu sangat membutuhkanku. Sebelum aku tahu, kamu pergi bersama orang lain sore harinya untuk mencari teman berbagi tentang keadaan yang membebani pikiranmu. "Aku rindu rumah.", keluhmu. Hanya saja, aku yang terlalu lelah dengan kegiatanku malah mengabaikan. Yang pada saat itu seharusnya aku bisa duduk kemudian mendengarkan.

Advertisement

Berlalu beberapa bulan sejak terakhir kali kita bisa berjumpa. Kita dipertemukan kembali dengan perdebatan-perdebatan yang sudah khatam didiskusikan. Hanya saja kali ini, perbuatanmu terlalu sulit untuk kumaafkan dan sikapku padamu terlalu kejam untuk kamu rasakan. Saat itu, kita berdua berada dalam posisi yang salah. Tidak ada kedewasaan yang kita tunjukan. Meski kutahu, kita sama-sama tidak marah, hanya rindu. Itu saja, kan?

Hari ini, aku baik-baik saja. Bertemu kembali dengan tanggal dimana kamu pergi menanggalkan. Bertemu kembali dengan tanggal dimana aku tidak sanggup untuk membuatmu bertahan. Juga bertemu kembali dengan tanggal dimana aku begitu tenggelam dengan harapan-harapan yang saat itu juga harus kukuburkan dalam. Tapi sepertinya, satu tahun terakhir ini aku telah mengalami banyak perubahan.

Advertisement

Air mataku saat itu tak terbendung. Kamu juga. Sesak di dada semakin tak tertahan sedang ada banyak hal yang perlu kita bicarakan. Tapi kita lebih memilih untuk tidak menjalin percakapan. Saat itu kita berpikir bahwa kita bukan lagi orang yang sama. Jadi usaha kita kala itu tidak akan membuat perubahan.

Apa hari ini kamu baik-baik saja? Masih ingat saat kita sepakat untuk tidak melanjutkan hubungan meski di depan sana ada banyak harapan yang menunggu untuk diwujudkan? Mengucap janji suci untuk sehidup semati bersama-sama kala suka maupun duka. Ya, hari yang pernah sama-sama kita bicarakan sudah tidak lagi nampak di pelupuk mata. Meski saat itu, rasanya sudah begitu dekat untuk dirayakan.

Aku dan kamu bukan lagi orang yang sama. Tidak lagi bisa bekerjasama untuk saling membahagiakan. Terlalu sulit untuk mengundang temu atas jeda lama yang memisahkan kita. Pernah terpikirkan untuk kembali menghadirkan temu di antara kita? Jika iya, jawabanku sama. Tapi kita berdua terlalu pengecut untuk melakukannya. Ada luka dalam yang dihawatirkan akan kembali terbuka. Yang saat itu, sakitnya sungguh luar biasa hingga rasanya kematian sudah sedekat nadi untuk kemudian mengakhiri.

Setelah proses panjang yang kita lewati masing-masing, kuharap kedepannya tak lagi banyak menemui hal-hal yang akan membuat kita bersedih kembali. Tidak lagi banyak hal-hal yang akan membebani hati untuk lebih sering merasa dilukai. Saat ini, aku merasa bebas. Ternyata kehilanganmu tidak semenakutkan bayanganku dulu. Kamu pun sama; masih bisa tersenyum bahagia dengan orang-orang yang memang peduli dan tak pernah pergi.

Salam dariku untuk kedua orangtuamu, ya. Salam juga untuk hatimu. Dari sosok yang sudah tidak mampu lagi kamu andalkan. Dan sosok yang tidak pernah bisa menjadi apa yang kamu harapkan. Semoga kita sama-sama belajar, menjadi keluarga itu tentang bekerjasama, bukan meninggikan ego masing-masing untuk dituruti dan dipatuhi ketika ada salah satu pihak yang rasa di hatinya justru telah lama mati.

I believe everything happens for a reason. People change so you can learn to let go. Things go wrong so you can appreciate them when they're right. You believe lies so you eventually learn to trust no one but yourself.

– Marilyn Monroe

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lived a day safely basically means you've got a day closer to death. Just a silhouette. A lifeless face that you'll soon forget.

CLOSE