Cerita Pendek: Tentang Amarah dan Lukisannya Part 3

Ia bisa saja membunuh siapapun yang mengganggunya

Malamnya Amarah mendengar nyanyian itu, nyanyian yang sudah lama tak pernah ia dengar,. Iapun keluar lalu menghampiri Alana yang sedang bernyanyi. Amarah mengambil air di sungai lalu membantu Alana yang sedang bernyanyi, seketika Alana berhenti bernyanyi saat melihat Amarah membantunya. Ia pun tersenyum dan melanjutkan nyanyiannya. Kerajaan tumbuhan malam itu terlihat bahagia.

Selesai dari itu mereka berjalan berdua ke tepian sungai sambil membicarakan banyak hal tentang semesta dari definisinya masing-masing. Alana terkagum dengan perkataan yang dilontarkan Amarah. Amarah seakan-akan memandang dunia dalam gelap sedangkan dirinya dengan keindahan, ketika ia menyatukan itu semua menjadi sebuah cerita yang tak bisa diselesaikan dalam satu malam. Alanapun jatuh hati kepada Amarah.

"Kamu harus pergi ke puncak gunung itu, di sana kamu akan tahu gimana semesta itu sebenarnya," ucap Amarah. Alana bersandar di pundak Amarah.

Alana berjalan ke kamar Amarah sambil membawakan sepotong roti dan segelas madu untuk sarapan pagi. Saat ia sedang berada di kamar Amarah ia melihat keributan di luar, sementara Amarah masih tertidur. Alana pun meletakan rotinya di meja sebelah tempat Amarah tidur lalu berjalan keluar.

"Alana, sodaraku telah mati dibunuh oleh sosok pria bersayap yang di benci di negri ini," ucap tumbuhan berduri kepada Alana sambil menangis.

Alana langsung mengarahkan pikirannya kepada Amarah, ia masuk ke dalam istana lalu menarik Amarah dari tidurnya untuk keluar.

"Apakah dia orangnya?" tanya Alana.

"Iya benar dia," ucap tumbuhan berduri.

Alanapun lantas mengusir Amarah dari negerinya dengan sangat marah. Amarah berusaha menjelaskan semuanya sebelum akhirnya Marko dan Marki membawanya terbang ke puncak gunung.

"Dasar pembunuh! Kau telah membunuh sodara dari kami semua," ucap Marko dan Marki. Amarah tak kuasa menahan tangis yang sangat dalam hingga membuatnya kembali kepada sosok dirinya yang dulu. Berhari-hari ia menghabiskan waktunya hanya untuk melukis kelanjutan wajah Alana.

Matahari marah dan kesal saat Amarah tak pernah lagi melukis dirinya, Amarah lebih senang melukis wajah Alana, dan iapun berjanji akan membunuh Alana. Diturunkannya panas yang sangat panas hingga berkepanjangan untuk Kerajaan Nirwana. Amarah tak menyadari bahwa akhir-akhir ini tumbuhan yang hijau di kaki gunung sudah mulai mengkuning seakan layu sebelum akhirnya sang merpati memberitahunya.

"Amarah kau harus segera sadar dari kekesalanmu ini sudah hampir 6 bulan kau tak pernah berhenti melukis!" Amarah memandang merpati lalu melanjutkan lukisannya.

"Alana hampir mati, kau lihat di kaki gunung."

Mendengar itu Amarah langsung berhenti melukis lalu berjalan ke tepian gunung. Amarah segera turun ke kaki gunung dengan berlari, badannya harus di penuhi luka saat ia terguling menuruni gunung. Sementara merpati tetap terbang mengikutinya. Ia pun tiba di istana Nirwana, ia langsung memeluk Alana yang telah layu. Wajah Alana tampak pucat terlelap tak berdaya. Di kerajaan itu semua tumbuhan tampak terdiam layu, sunyi tak seperti saat pertama kali dulu ia ke sini.

"Merpati, cepat kau panggil teman-temanmu ke sini!"

Amarah menyuruh merpati sambil membawa sang putri mencari air. Merpati terbang menghampiri teman-temannya. Amarah berjalan mencari air sambil membawa Alana, namun semua air di kerajaan Nirwana telah kering. Merpati datang dengan teman-temannya.

"Cepat kalian semua bawa aku ke langit, sementara kau jaga Alana di sini." Amarah menyuruh merpati yang pernah ditolongnya untuk menjaga Alana.

"Tapi bagaimana mungkin kami bisa terbang setinggi langit," Amarah tetap memaksa dan tak memperdulikan omongan merpati. Merekapun membawa Amarah terbang hingga mereka tiba di dasar langit dan menurunkan Amarah, Amarah segera berlari menemui Raja Langit. Di perjalanannya warga telah menyiapkan pedang apabila ia berani mengganggu salah satu di antara mereka, wargapun terkejut saat melihat sayap Amarah tak ada lagi. Amarah tiba di istana dan harus di penjara saat ia hampir membunuh prajurit raja yang menghalanginya untuk bertemu Raja Langit. Di penjara itu prajurit sepakat untuk menghukum gantung dirinya dan meminta persetujuan dari Raja. Amarahpun di hadapkan di depan Raja dengan tangannya yang di gantung.

"Aku tak ingin mati dengan cara seperti ini, lebih baik kau jadikan aku prajurit berkorban yang harus menjadi awan hitam untuk menurunkan hujan." Raja terkejut mendengar perkataan Amarah, padahal sebenarnya ia tak ingin menghukum Amarah.

"Aku tak setuju karena kau bisa kujadikan ksatria di sini dengan sikapmu yang berani." Amarah memandang Raja.

"Aku tak perlu menjadi ksatria di negeri ini. Aku hanya ingin jadi awan hitam yang harus mati demi Kerajaan di kaki gunung itu," ucap Amarah dengan wajahnya yang dipenuhi darah. Raja yang mendengar perkataan Amarah untuk menyelamatkan negeri di kaki gunung, setuju lalu menyuruh prajurit untuk melepaskan tangan Amarah dari gantungan itu. Sang Raja langsung memeluk Amarah. Amarah terbang menjadi awan hitam, lalu diturunkannya hujan yang sangat panjang di kaki gunung, kerajaan itupun tampak kembali hijau dan indah. Alana terbangun dari tidurnya lalu memeluk merpati yang menjaganya serta tumbuhan lainnya.

Kerajaan Arwana merayakan sebuah perayaan yang besar-besaran hingga mengundang Raja Langit karena telah menurunkan Hujan. Merpati itu menghampiri Alana yang sedang berbahagia.

"Kau harus pergi ke puncak gunung itu," Alana heran.

"Kau mungkin sedang berbahagia sekarang Alana, tapi kau tidak tahu sahabatku telah mati demi kerajaan Arwana ini," Alana semakin bingung dengan perkataan merpati.

"Emangnya siapa sahabatmu?" tanya Alana.

"Amarah," ucap Merpati. Alana langsung berlari ke puncak gunung dengan tergesa-gesa hingga ia sampai di puncak gunung tertinggi, ia melihat sebuah lukisan yang masih berdiri di atas tempatnya, lukisan itu tampak indah. Alana melihat lukisan itu lalu mengambilnya.

"Ia jatuh cinta sejak mendengar kau bernyanyi malam itu, lalu ia turun untuk melihatmu," ucap merpati. Alana menangis di bawah pohon itu memeluk lukisan wajahnya. Sebelum Raja langit turun ke kaki gunung, ia meletakan lukisan wajah Amarah di atas dinding kursinya dan mengangap Amarah tetap menjadi Ksatria yang pemberani. Sementara di kerajaan Nirwana setelah tahu bahwa Amarah yang menurunkan hujan, mereka mengganti nama kerajaan mereka dengan kerajaan Amarah untuk mengenang ketulusan hati Amarah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pria yang mengaku kenal dengan Brontosaurus saat ia sedang tertidur sehingga mengganti nama social medianya menjadi Javiersauruss, ia dilhirkan di kota yang penuh misteri yang di sebut Pontianak pada tanggal 8 oktober 1999 mengaku tampan tapi tetap saja ia tidak lebih tampan dari Bapaknya. Pria ini sedang melanjutkan pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta. Pria ini sangat berharap ada orang yang mau membantu untuk mengkoreksi setiap tulisannya..