[CERPEN] Sunrise Bianglala Alinea

Karena pagi selalu membawa harapannya kembali untuk senantiasa bersyukur kepada Ilahi.

Jelang pagi bersama pijar mentari dan merdunya suara burung camar menentramkan sanubari.

Advertisement

Karena pagi selalu membawa harapannya kembali untuk senantiasa bersyukur kepada Ilahi. Pagi selalu membawa harapan…

  Kita tak membutuhkan banyak kata untuk mampu mengungkap sebuah makna rasa dari sebuah pertemuan yang tak pernah diduga. Seperti halnya dunia tempat kita memijaki pada bumi. Dunia fana yang sementara. Layaknya kita yang seharusnya menjaga sebuah arti bentuk kehidupan bermakna yang perlu diresapi. Arti dari sebuah klimaks takdir dalam nada-nada yang menjadikannya sebuah simfoni dalam arti sebuah keyakinan, ketulusan dan kesetiaan hati.

Simfoni Belia

Advertisement

  Berawal dari lingkup yang tak pernah diduga sebelumnya. Semua perjalanan yang dilalui Raudran dan Alinea begitu unik pada fase perkenalan mereka. Masa belia dengan kisahnya~

"Setidaknya kamu bisa lebih detail lagi dalam mengerjakan konsep ini". Ujar salah satu teman Raudran.

Advertisement

"Tolong kasih aku jeda waktu sebentar lagi saja untuk menyempurnakan konsep karya ini". Jawab Tasya yang juga teman satu kelompok dengan Raudran.

 Guliran sepanjang waktu rasanya sangat cepat sekali berlalu. Siang itu mereka bekerja sama dalam satu team dengan tugasnya masing-masing. Nampak sekali dari luar jendela begitu sibuknya. Raudran yang mana pada waktu yang bersamaan, segera hunting lokasi untuk daftar jadwal selanjutnya bergegas meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa. Dari arah yang berlawanan, Tak sengaja ia sempat menabrak kendaraan yang juga sedang melintas pada area tersebut. Bersyukur dan untunglah masih terselamatkan. Terlihat raut pucat pasi turun dan keluar dari kendaraan yang ditabrak Raudran. "Maaf.. Apa kamu terluka atau.."

Alinea dengan menghelakan nafas dalam-dalam keluar dari kendaraan tersebut menjawab, "Menurut kamuu ?"

"Maaf aku bener-bener minta maaf, Saya antar ke dokter ya?"

"Nggak perlu, Aku nggak apa-apa". Jawab Alinea.

Beberapa minggu berlalu

  Raudran dan Alinea tak sengaja dipertemukan kembali pada sebuah moment bersama. Kali itu mereka tak saling sapa, Alinea hanya sebatas melihat Raudran samar dari kejauhan. Sampai pada akhirnya mereka benar-benar berkenalan dengan cara yang mengalir dengan begitu adanya. Saat itu yang terbesit dibenak Alinea adalah sosok Raudran yang datar namun hangat. Alinea memberanikan diri untuk menyapa Raudran kembali setelah kejadian diarea itu.

  Lingkup pertemuan serta jalinan pertemanan yang memang sangat natural namun sungguh berkesan dan bermakna. Dari sana Raudran dan Alinea menjadi dekat. Pada setiap kesempatan pada kegiatan yang dilakukan bersama sekelompok temannya mereka kerap saling bahu membahu dan intens bersama. Meskipun sesekali rutinitas membuat keduanya dijeda oleh jarak. Namun Raudran selalu menyempatkan waktu untuk Alinea. Kerap melakukan kegiatan bersama dan mengisi hari-harinya bersama.

  Tertegun dalam sapa dan tatap bermisteri pada pandangan Alinea dan Raudran saat mereka berhadapan. Pena merangkai ceritanya dengan seksama. Meliukkan buratan tatap hangat yang penuh makna. Memancarkan seberkas pelita harap direlung hati yang sedang berpenghuni. Labirin kisah dua insan yang kian bersemi. Karunia fitrah cipta sebuah rasa kasih mengilhami relung hati Raudran dan Alinea.

  Mentari pagi menyapa kembali lagi dan lagi. Pijaran hangatnya membuat penghuni bumi bersenandung dalam hati. Riuh ucap syukur di jejak hati Alinea berkat kasih Semesta yang membersamai hari. Kabut pun menyapa diriuhnya hari dalam melodi simfoninya.

"Kamu tau Alinea, Tatap diammu menyimpan banyak arti".

Alinea hanya tersenyum menjawabnya.

Raudran yang sempat menabrak Alinea pada waktu itu. Raudran sosok yang kerap dianggap Alinea misterius dingin datar namun tatap hangat yang terpancar dari kelopak matanya sangat membimbing dan penuh makna. Raudran yang kerap menyebalkan namun kehadirannya selalu dinantikan.

"Aku bersyukur bisa mengenalmu Alinea". Kata Raudran.

"Terlebih aku. Ups astaghfirullah aku lupa kalau hari ini ada janji sama Tasya…" Ungkap Alinea.

Alinea beranjak dari tempat duduknya. Bergegas mengunjungi Tasya di pusat perpustakaan kota.

"Aku antar ya?"

"Hhm tapi,"

"Tapi kenapa?" Tanya Raudran.

"Kamu kan hari ini ada latihan ekskul sama Arka".

"Iya kita latihan nanti sore".

Sepanjang perjalanan mereka berbincang. Terucap kalimat dari Raudran.. "Alinea, Kita bisa tetap sama-sama seperti saat ini nggak hanya karena lagi ada event kegiatan bersama aja kan?"

"Maksud kamu?, Menurut kamuu?"

Setiap dari perkataan Alinea yang lugu nan sederhana yang tersirat  sudah mampu membuat Raudran mengerti.

"Aku mau berada di sampingmu menemani sepanjang detik waktu yang kita lewati bukan hanya untuk moment kegiatan hari ini, bukan hanya sekedar untuk hari ini ataupun esok hari. Tapi untuk sepanjang nafas, Hingga akhir nanti.." Jawab Alinea.

"Alhamdulillah semoga kelak jalan takdir Allah selalu menyertai dan meridhai.." 

                                * * *

Senandung Rindu Bianglala

  Sepanjang hari selalu penuh dengan cerita yang patut disyukuri dan diabadikan. Melakukan yang terbaik untuk setiap detik waktu hari demi hari yang dilalui dengan pancaran hangat sinar mentari dalam hati. Karena moment dari setiap perjalanan waktu yang telah berlalu tak mungkin dapat diputar kembali. Namun do'a akan abadi dan tetap kembali. Waktu terus melangkah maju dan berjalan seiring detik jarum jam yang mengiringnya. Sedemikian hebatnya arti dari setiap moment yang terabadikan dalam kenang.

  Dibawah sunrise bianglala berputar dengan senyuman insan yang menjelajahi harinya. Tasya, Arka, Alinea dan Raudran mengabadikan moment mereka dibawah sunrise yang berpijar hangat pada putaran bianglala yang bersenandung. Konsep cipta karya mereka terealisasikan. Sederhana namun perjalanan yang dilalui sangat bermakna menjadi kenangan hangat sepanjang titian hari mereka, Khususnya Raudran dan Alinea. Senandung kerinduan terpatri hangat direlung hati.

                                  * * *

Bianglala Penantian Alinea

  Ujian menghampiri Raudran dan Alinea. Raudran dan Alinea harus terpisahkan pada bentangan jarak. Terikat janji hati Raudran dan Alinea dengan kesetiaannya direlung hati. Dengan hati yang sesak sangat berat melepaskan separuh jiwanya itu pergi. Namun labirin terjal sepanjang kehidupan meramu jalan takdir yang harus dilewatinya. Kala itu dibawah sunrise putaran bianglala Raudran menggenggam jemari Alinea dengan eratnya. Mereka saling berjanji menjaga hati setelah belasan tahun purnama berlalu..

"Aku akan kembali dan menemuimu kembali. Ditempat ini".

"Aku selalu menunggumu hingga kamu kembali" Jawab Alinea menundukkan wajahnya dengan raut sendu.

Sunrise menjadi saksi diketinggian langit pijar mentari bersama hembusan kabut yang menusuk sendi. Aksara dikeabadian hati menjadi pelipur lara penantian Alinea. Raganya serasa melayang dibawa angin yang berhembus kencang. Kunci hatinya dibawa pergi bersama separuh jiwanya yang belum kembali. Alinea masih menunggu tiada jemu dalam penantian hatinya. Dengan keyakinannya menjaga hati, Hanya teruntuk Raudran. Alur skenario semesta yang mengalir turuti kata hati penuh dalam tiap bait do'a Alinea dan Raudran.

                                 * * *

Dan pabila dirimu memang jalan takdirku yang menjadi karunia Allah, Kita akan dipertemukan kembali. Pada hati yang masih utuh tak pernah berlari. Pada hati yang masih sama merasakan kasih sayang cipta kasih fitrah semesta. Pada letak hati yang masih sama dalam satu hati. Tak pernah beranjak pergi dari hatinya. Tak terganti dan tak pernah berubah hingga akhir nanti dalam keabadian~

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE