[Cerpen] Sepenggal Kisah Istri yang Tinggal di Rumah Orang Tua

Erlin, seorang istri yang masih tinggal di rumah orangtuanya. Walau sudah memiliki rumah sendiri dari hasil kerjanyanya semasa gadis, dia tidak bisa meninggalkan kedua orang tua kandungnya, dikarenakan sudah tua dan sakit keras. Dia memiliki seorang anak yang baru berusia 5 tahun di bulan Juni tahun ini. Bersama suaminya, Lim dia membesarkan Bryan anaknya. Kebetulan 6 Januari suaminya diberkahi pekerjaan baru, setelah setengah tahun berhenti dari pekerjaan.

Thanks God, tahun 2016 ini dimulai dengan berkat baru. Bulan pun berlalu hingga menginjak akhir bulan Maret, Lim mengatakan "Lin, dimanakah BPKB asli motormu?". Erlin menjawab " Oh biasa, aku taruh di folder surat-surat penting. Ada di lemari. Memangnya untuk apa?". Lim menjawab "Oh, itu. Aku mau resign dari pekerjaanku yang sekarang. Aku mau pindah atau cari peluang usaha baru". Erlin menahan Lim "Boleh saja resign, tapi harus ada gantinya dulu ya".

Lim tak menjawab, dia mengambil BPKB dan pergi. Sifat Lim memang moody, dia senang berteman dan supel. Itulah yang membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya dibanding keluarganya sendiri sejak kecil. Dia cenderung merubah keputusan tiba-tiba sesuai suasana hati, dan menyembunyikan masalah dari kedua orang tuanya. Bagus sih, orangtuanya hanya tau kabar baik darinya, tapi menjadi buruk bagi Erlin dan Bryan, anaknya.

Hal ini terus berlanjut hingga usia pernikahannya. Erlin jadi berpikir, duh gimana nih kalo Lim resign? Sedang Bryan masih sekolah, memang baru TK Kecil sih. "Wah, aku tak mampu membiayai semua" dalam pikirannya. Memang sejak Juli tahun lalu Erlin menyekolahkan Bryan agar lebih tenang di rumah, itulah alasan mengapa Erlin resign dari pekerjaannya sebagai Bussiness Consultant yang benar-benar menyita waktu, 14 jam per hari.

Duh, uang kontrakan hanya cukup untuk sekolahkan Bryan hingga lulus TK kecil. Untuk hidup dari mana lagi? Kasian kalau mama papa harus menanggung. Bulan berlalu hingga bulan Mei. Sebentar lagi puasa, Lim berniat berusaha menjual minuman dan makanan didekat rumah Erlin yang kini dikontrakkan." Lin, aku berencana jual minuman dan makanan, mumpung belum puasa dan libur. Aku pinjam modal dong sama mama, pasti diganti".

Erlin akhirnya membahas dengan mamanya dan mama Erlin memberikan pinjaman modal pada Lim. Lim senang sekali, karena memang setiap kali hanya mama Erlin-lah yang selalu membantunya di kala susah. Hari berganti hingga bulan puasa tiba. Lim jarang pulang juga tidak memberikan hasil penjualan apalagi membayar pinjamannya. Erlin bingung, dia menanyakan, " Lim, maaf aku mau tanya bagaimana usahamu?". Lim menjawab, " Ini kan puasa, ya aku tak berjualan, modal sudah habis. Jangan tanya lagi!".

Erlin kaget, mengapa suaminya berubah? Mungkin aku tanya mertuaku saja, mungkin ada masalah. Erlin menelpon dan mengutarakan pada ibu mertuanya bahwa Lim berubah sikap. Ibu mertua Erlin menjawab : "Lin, itukan memang sifat Lim. Maaf ibu gak bisa bantu. Urusan rumah tanggamu adalah urusanmu. Bereskan sendiri. Kalau suamimu tak bisa, kamu harus bisa, jangan tanya kami. "Wow, Erlin kaget, dia menangis hingga tekanan darahnya langsung turun drastis.

Ternyata, dia sudah sendirian, ternyata benar suaminya hanya memanfaatkannya. Lim pergi sejak saat itu meninggalkan Erlin dan Bryan dirumah orangtua Erlin. Mertua Erlin pun membela Lim, karena Erlin tak pernah menceritakan sifat Lim sesungguhnya karena Lim melarangnya. Lim meninggalkan Erlin karena marah, sifat aslinya diketahui kedua orangtuanya. Sejak itu, Lim dan mertua Erlin tak pernah menjawab sms dan telepon Erlin, bahkan tak pernah menanyakan Bryan. Untungnya mama Erlin menerima keberadaan Erlin dan Bryan.

Akhirnya mereka hidup tanpa Lim yang pergi begitu saja dan Erlin berusaha sendiri untuk membesarkan anaknya. Dia berdoa semoga suaminya Lim sadar dan kembali bertanggungjawab, minimal pada Bryan. Dia belajar bahwa tidak semua orang memiliki pikiran yang ada dalam hatinya. Mempercayai seseorang walau suami sendiri hingga suami bergantung padanya adalah salah.

Semoga di tahun 2017 mendatang, Erlin bisa kembali bekerja dan menyekolahkan Bryan dan mendidiknya menjadi anak berprestasi dan bertanggungjawab saat dewasa nanti, seperti harapannya semula. Dengan usaha pasti selalu ada jalan. "Semoga usahaku dimudahkan dan suamiku mendapat pencerahan, dan Tuhan memberi pengertian pada mertuaku agar belajar memperhatikan cucunya, supaya menjadi kakek nenek yang bijak. Amin", ujar Erlin dalam doanya. (SRH)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

3 Comments

  1. Fahrul Septian berkata:

    Keren artikelnya suskses selalu dan jaya.
    Kunjungi web kami
    http://www.pariwisata.gunadarma.ac.id/