Cinta Terlarang yang Aku Jalani II

Kisah cintaku dengan Papa masih tetap hangat hingga saat ini. Meski hari terus berganti dengan berbagai peristiwanya, namun kami masih tetap komit untuk jalan sembunyi seperti sebelumnya. Banyaknya godaan dan permasalahan yang timbul tak lantas menjadikan keintiman kami surut. 

Meski kadang tak lepas dari pertikaian kecil yang senantiasa mewarnai perjalanan kami, ibarat perabot dapur yang digunakan bersama, mesti akan ada benturan-benturan kecil, yang terpenting tidak sampai pecah. Memang pada kenyataannya meskipun ada berbahai rintangan kecil yang selalu mewarnai perjalanan kami, tapi kadang kita tidak pernah tahu ada hal tak terduga yang terjadi dalam hidupku.

Meski pada kenyataannya aku telah terbiasa mendua, namun saat peristiwa ini datang dalam kehidupanku, terasa begitu menyakitkan dan mengoyak luka di hatiku. Hari itu Bli komang tiba-tiba lemas dan jatuh pingsan yang akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Selama tiga hari aku menemani Bli Komang dalam perawatan rumah sakit yang tak jauh dari rumah.

Aku mulai merasakan takut kehilangan Bli Komang, meski aku sendiri juga tak ingin kehilangan Papa kekasih gelapku. Tak diduga tak disangka, ternyata Tuhan berkehendak lain. Setelah tiga hari perawatan rumah sakit ternyata Bli Komang menghembuskan napas terakhir nyaris tanpa pesan apapun. Ternyata rasa kehilangan memenuhi seluruh ruang pikiranku meski ada nama Papa dalam pikiranku.

Aku menangis sejadinya, karena kehilangan sosok yang selama ini jadi sandaran keluarga, walau aku sendiri mengkhianatinya. Meski ada Papa tapi kepergian Bli Komang sangat kurasakan pengaruhnya pada perasaanku, meskipun sebelumnya aku sempat merasa tak terlalu peduli padanya.

Duka dan kesedihan terasa menyelimuti hari-hari menjelang pemakaman Bli Komang. Rasanya antara percaya dan tidak percaya, perasaan seperti ini aku rasakan justru setelah semuanya terlanjur terjadi. Aku berjuang untuk menata hatiku kembali yang terasa porak poranda agar bisa menjalani kehidupanku secara normal untuk anak-anakku.

Beruntung Papa masih memberiku dukungan penuh secara moril dan juga materiil seperti sebelumnya. Setidaknya saat aku merasa begitu kehilangan Papa masih tetap ada untukku. Namun rupanya semua itu tak barjalan lama berselang dari pemakaman Bli Komang. Hubunganku dengan Papa diketahui istrinya Papa karena ada pihak ketiga yang mengadukan, karena keinginan dia untuk kembali padaku sudah ku tolak.

Pertengkaran pun tak terelakan, istrinya papa menuntutnya untuk berhenti dan bersumpah untuk tidak berhubungan denganku lagi. Betapa sakitnya, setelah kehilangan Bli Komang ternyata aku juga harus kehilangan Papa. Rasanya aku tak bisa terima kenyataan ini. Meskipun Papa berjanji akan tetap mendukungku secara materi, tapi aku tetap membutuhkan kehadirannya.

Aku berusaha untuk tetap mempertahankan posisiku, agar bisa bertemu papa seperti sebelumnya walau harus dengan upaya yang ekstra kali ini, karena Papa kini diawasi dengan sangat ketat oleh istrinya. Namun aku sendiri tak mampu melepaskan Papa meski keadaan sudah menjadi seperti ini. Yang pasti aku tetap berjuang sampai kini untuk cinta dari Papa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Minimnya pendidikan tak lantas menjadi penghalang untuk terus bertumbuh menjadi lebih baik dan mengikuti perkembangan jaman https://myfirstkreatifitas.blogspot.co.id/ https://utakatikkatagambar.wordpress.com