Dari Aku yang Kelelahan Menunggumu, Untuk Kamu yang Telah Melepaskanku

Aku berdiri di sini, terdiam.

Entah apa yang telah aku perbuat di sini.

Hmm, semacam membuang-buang waktuku saja.

hemm, semacam tidak ternilai.

Semacam tidak pasti, dan aku merasa cemas.

Cemas akan perasaanku sendiri, cemas "apakah yang aku tunggu itu akan datang?''.

Aku khawatir karenamu, khawatir kalau "dia yang aku tunggu tidak datang juga".

Aku khawatir akan perasaanku yang lambat laun menjadi sepi.

Aku tak tahu harus berbuat apa? Ketika aku melihat orang-orang di sekitarku berjalan mondar-mandir. Aku merasa iri, mereka begitu beruntung karena mereka memiliki sesuatu yang sudah pasti. Sedangkan aku di sini hanya terdiam, begitu bodohnya. Bosan, jenuh, capek, lelah, marah, itulah perasaanku di saat menunggumu. Begitu banyak energi yang tertuang di sini, begitu banyak energi yang terbuang sia-sia.

Apakah kau tau rasanya? Menunggu yang tidak pasti, menunggu yang akan datang tapi tak kunjung datang. Menunggu seseorang yang sedang dalam perjalanan. menunggu seseorang yang telah memilih pergi. Melepaskan adalah sebuah jawaban dari orang-orang yang telah lelah berjuang dari semua ini.

Lepas dari rasa yang saat ini ada, melepas dirimu yang kau tak menginginkanku menemanimu. Aku belajar melepaskan darimu. Aku belajar kuat juga darimu. Terima Kasih karena engkau mengajarkanku apa artinya sebuah cinta sejati. Terima Kasih karena engkau pernah memberiku kesempatan agar aku bisa menjadi sejarah hidupmu. Kata-kata itulah yang keluar darimu. Kini, aku berterima kasih lagi padamu karena engkaulah aku menjadi kuat.

Menunggumu membuat hidupku semakin berarti. Berarti aku harus berjuang melawan hatiku sendiri. Aku semakin belajar menerima dengan keadaan yang perih ini. Aku semakin mengerti dengan perasaan yang kurasakan. Aku semakin paham dengan semua pembelajarannya. Menunggumu membutuhkan ekstra kesabaran. Sejauh mana kalian sabar menghadapinya. Sejauh mana rasa sabar menghadapi luka. Sebesar apa rasa sabar itu bisa menyembuhkan luka. Sejauh mana rasa kecewa berganti rasa sabar.

Aku salah, karena aku tidak tegas. Aku tidak tegas dengan diriku sendiri. Aku tidak tegas akan perasaanku sendiri. Jiwaku tidak kuat seperti hati. Hati ini yang kuat menahan rasa sakit dan luka. Hati ini yang mendorong jiwaku agar kuat. Jiwa ini lelah menghadapi kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa aku harus melepasmu. Kenyataan yang ada bahwa "kita" berubah menjadi "aku" dan "kamu". Jiwa ini capek karena hati ini tiada hentinya memanggil namanya. Ketika aku tertidur & terbangun, namanya lah yang terucap bukan doa. Hati ini tidak pernah lelah menyebutmu. Hati ini tidak pernah lelah menunggumu.

Pikiranku pun merasa jenuh. Jenuh karena hati ini sering menyebutmu. Pikiranpun lelah karena kamu yang selalu utama. Kamu yang utama dari pada yang lain. Terkadang aku merasa "bisakah aku menghapus namamu?''. "Bisakah aku melepaskan perasaanku?". "Bisakah aku berhenti menyebutmu?". "Kuatkah aku menahan rasa ini sendirian?". Tuhan, Kuatkanlah aku.

Untukmu, pergilah sesuka hatimu, kerjarlah apa yang kau inginkan. Aku akan selalu menjadi orang yang mencintaimu. Aku akan menjadi orang yang mendukung setiap langkahmu, semoga kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Terimakasihku untukmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cita-cita paling tertinggi adalah ingin menjadi manusia yang baik untuk diri sendiri, Allah, pasangan dan anak.

13 Comments

  1. Cinta Hati berkata:

    kisahku banget…sad

  2. Handania berkata:

    Mewakili saya

  3. Anisa berkata:

    Sama banget, dan ketika aku menunggu dalam ketidakpastian, dia telah menemukan tambatan baru, untuk mengakhiri kisahku..