Darimu Cinta Aku Mengerti, Darimu Rindu Aku Memahami


Seperti hujan yang membasahi bumi, tak pernah menuntut pujian tumbuhan, tanah bahkan seisinya karena telah memberi kesejukan akan hadirnya.


Begitu juga dengan sinar mentari yang tak pernah berkeluh kesah akan pamrih menerangi alam semesta karena dia hanya mengerti semua akan saling mengisi, berbagi dan terbagi hingga menuai bahagia yang abadi.

Dan untuk cinta yang terasa, sudah sepatutnya hati tak saling membenci, tak saling menuntut hingga terbuang dalam kehampaan yang mendalam.

Cinta itu pasti bukan dinasti yang hanya mengukir sejarah tentang keberadaan sebuah peristiwa, jadi jangan mencintai hanya karena kau mengenal cinta itu bahagia tapi kenali juga cinta itu dengan rasa sakit, kecewa bahkan air mata karena jika cinta tak pernah menerangkan dalam ayatnya tentang bahagia saja namun selalu ada tantangan yang harus kau lewati hingga mendapatkan cinta yang sesungguhnya.

Jangan takut jika hatimu tengah dirundung rindu akan hadirnya cinta, nikmatilah apapun ceritanya karena cinta itu indah dan anugerah terindah yang Tuhan ciptakan dengan senyum”

Jangankan untuk tidak mengingatmu satu hari saja bahkan satu detik aku sepertinya tak bisa lepas dari bayang semu hadirmu dalam waktuku. Aku telah berusaha untuk menolak cinta ini bersemi atas namamu, aku telah berupaya untuk mengtiadakan ruang dalam hati untuk tidak melukiskan wajah cantikmu bertahta rindu membayangi hariku, namun semakin aku mencoba mengalihkan duniaku untuk tidak mencintaimu, aku semakin sulit untuk bernafas melepas lelahnya rasa yang kian hari kian mengajakku pergi ke negeri bahagia ketika hadirmu ada di sekitarku.

Sejenakku berpikir, apakah aku terhanyut dalam cinta yang menuntut waktu berparas palsu akan nafsu dunia saja sehingga aku begitu ingin hadirmu ada dalam waktuku. Perasaan itu bukan saja hari ini mendesak jiwa untuk berontak garang bahkan semenjak aku melihat hadirmu ada di ruang waktu hariku, aku merasa jika aku telah terhanyut dalam buaian cinta tak memberi isyarat pasti.

Kenapa aku ini, ada apa dengan hatiku ini, apakah aku memang mencintaimu dengan sungguh-sungguh, atau hanya bius waktu yang membuatku begitu mudah terbujur kaku dalam pelukan cinta hingga terperangkap dalam rindu yang terbendung asa dalam rasa.

Lihat diri saat ini, aku begitu mudah menuliskan apa yang menjadi pertanyaan hati tentangmu, aku begitu mudah menghafalkan lagu ketika bayangmu terlintas dalam benakku dan aku begitu gampang menghabiskan malamku ketika rindu itu mengusik waktu dalam sepi.

Hingga pagi menjelang, pikiranku masih saja setia menghafal mimpi-mimpi rindu yang terajut dalam tidurku. Apakah aku memang benar-benar jatuh cinta kepadamu saat ini, atau hanya sekedar amukan dunia yang semakin membuatku terpuruk dalam kehancuran yang tak pernah berujung menjadi bahagia.

Hingga aku berlaku seperti ini, aku bukannya segaja untuk berusaha menjauh darimu, tak berusaha untuk mendekatimu bukan karena aku benci karena aku terlalu menyukaimu hingga membuatku semakin sulit untuk berada didekatmu dan aku tak ingin apa yang aku rasa terlalu menuntut waktu untuk bicara tentang cinta karena itu terlalu aneh saja jika hati bicara cinta yang sesungguhnya karena aku yakin jika cinta yang memang benar cinta tak perlu bahasa apapun untuk mengatakan jika aku cinta dan cinta tak pernah menuntut apapun akan arti hadirmu dalam hidup ini karena cinta yang sesungguhnya itu bahasa lain dari keindahan Tuhan yang diciptakan untuk bahagia di dunia ini bukan derita bahkan air mata.

Dan sepertinya aku akan menekuni isyarat cinta itu datang kepadaku hingga aku mampu meredam emosi yang kadang mengajakku untuk berlaku kasar terhadap rasa yang sedang melanda hati dengan sesak hingga tersentak.

Tak akan aku biarkan rasa ini menuntut cinta dalam hidupku karena aku yakin jika dia yang saat ini sedang melanda rindu dalam waktuku memang tercipta atas nama jodoh dalam hidupku, maka dia akan datang pada waktu yang tepat dan pada hari dimana dia tersenyum manja dan bahagia bersamaku, bukan untuk satu hari namun selamanya ketika jiwa ini tak lagi bersatu dalam ragaku dan dipertemukan kembali dalam ikatan abadi ketika kau berganti nama dengan sebutan bidadari disana kelak.

Jika itu tak pernah terjadi, dan tak akan berhasil maka hati ini tak akan aku biarkan terlena dalam luka terlalu berharap kepada sang kuasa menghadirkan dirimu ada dalam hidupku karena itu terlalu indah saja waktu yang aku habiskan untuk menunggu seseorang yang bukan tercipta dari tulang rusukku ini.

Saat ini dan mungkin esok bahkan lusa, aku tak akan menuntut apa-apa dengan cinta yang aku rasa karena aku yakin kehadiran cinta dalam waktuku bukan untuk dicaci maki bahkan dibenci, namun hadirnya cinta dalam hati untuk dinikmati hinga mengalir cerita indah didalamnya untuk dijadikan pelajaran agar dapat menghormati setiap nikmat yang diciptakan Sang Kuasa dalam dunia ini.

Dan Kau, tetaplah tersenyum seperti senyum yang saat ini aku lihat terpancar dari wajahmu, aku tak berbohong jika dirimu memang indah dan itu pujian yang sudah selayaknya kau dapatkan, bukan karena kau cantik karena kecantikan didunia ini banyak dan lumrah bagi seorang wanita, namun bagiku kecantikanmu bukan karena memang kau cantik namun kencatikanmu terletak didalam hatimu yang membuat seorang pria begitu engan melupakan senyum manismu itu.

Hingga tulisan ini tercipta, senyummulah yang membuat pikiran bisa merangkai kata tentang semua keindahanya yang kau miliki. Tak perlu kau takut jika aku menuntut pujian darimu karena telah menuliskan ini tentangmu karena aku tak akan melakukan itu kepadamu bahkan kepada dunia sekalipun karena tulisan ini bukan saja tentang seberapa besar rasa cinta yang aku miliki untukmu namun jauh dari itu jika tulisan ini dapat memberi manfaat untuk orang yang mungkin saja mengalami hal yang sama dengan apa yang aku rasa dan mereka dapat belajar jika cinta itu tak akan pernah mengajarkan arti benci, luka, bahkan air mata, namun dibalik semua yang terjadi jika cinta akan selalu memberikan cerita indah di dalamnya jika kau tak pernah membenci cinta dalam hidupmu.

“Seperti senyummu hari ini, tak pernah menuntut mata untuk memuji, tak menuntut hati untuk merindu bahkan tak menuntut waktu untuk memberi tanda balas dari hatimu. Kau abaikan segala tanya tentang ramahmu karena kau begitu mengerti jika hidup itu harus berbagi tanpa harus menuntut kembali.

Dan, Seperti itu pula cinta yang terasa dalam hati, tak akan aku biarkan waktu mengambil sepatah kata pun tentang hadirmu dalam waktuku. Apapun tanya dan jawab yang aku dapatkan tentang cinta ini, dirimu tetaplah ada dalam cerita indah hidupku”

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jejak Rindu Di Telaga Nurani"