Dear Mantan, Berbahagialah. Meski Tak Bersamaku!

Pasti kalian pernah punya mantan? Bagaimana kabarnya sekarang? Masihkah kalian menjaga kontak dengan mereka? atau sudah putus tali silaturahmi? Bagaimana kalian putus? Baik-baikkah? atau pergi meninggalkannya begitu saja?

Advertisement


Ketahuilah.. sebelum kalian mengakhiri hubungan, dia adalah orang yang menjadi salah satu prioritasmu, bahkan mungkin yang pertama!


Aku sadar tentang suatu hal menyangkut keempat mantanku..

Awalnya aku berpikir mereka bukan pria terbaik dalam hidupku. Ia tentu saja jika kini suamimu bertanya; "Kenapa kau milihku?" secara langsung pas kalian langsung menjawab: "Karena kamu pilihan terbaik dalam hidupku." Jawaban yang mudah untuk pertanyaan yang sederhana. Tapi ternyata pikiran suamiku tidak sesederhana itu, lalu ia bilang; "Aku bukan yang terbaik dalam hidupmu, hanya saja aku beruntung karena kita bisa saling melengkapi."

Advertisement

Benarkah? Sesederhana itu alasan kita menikah.. saling melengkapi.. Mungkin hal yang sebaliknya terjadi pada kisah cintaku sebelumnya..

Aku ceritakan tentang mereka satu – per satu.

Advertisement

Pacarku yang pertama saat aku masih bersekolah, kita hanya berpacaran 4 bulan karena dia terlalu kekanak – kanakan bagiku. Lucu ya.. saat itu usia kami masih belasan tahun, Merayakan sweet seventeen saja belum dan aku minta putus karena alasan dia tidak dewasa. Kedewasaan semacam apa yang dimiliki anak umur 16 tahun?

Pacar keduaku, saat aku baru lulus sekolah. Saat itu aku sedang sibuk – sibuknya adaptasi dengan lingkungan kerja. Teman – teman baru dan tugas baru. Dia tidak bisa memahami kesibukanku dan akhirnya memutuskanku.Sempat galau dan mengganggu kinerja akhirnya aku berusaha bangkit.

Pacar ketiga adalah hasil combangan seorang teman. Hanya berlangsung 6 bulan dan berakhir karena aku tidak kuat karena ia kasar dan posesif. Dia pacar terlama – sebelum aku bertemu suamiku sekarang- dia membuatku tertawa dan menangis hampir sama banyaknya. Membuatku bahagia dan sedih sama banyaknya juga, hingga akhirnya aku memutuskan selesai karena lelah dengan hal ini terjadi berulang – ulang.

Pacar keempat hanya berlangsung 1 minggu dengan proses pengenalan, jaim – jaiman dan pedekate lebih dari setahun. Kita putus karena – ah sudah lah. Itu terlalu menyakitkan untuk diingat. Bayangkan saja proses menuju pacaran yang lama, ge-er – ge-eran yang lama juga, sampai akhirnya selesai dalam waktu hanya 1 minggu. Itu sangat menyakitkan!


Mereka tidak pantas untukku..


Keempat mantanku adalah orang yang baik, tepatnya baik saat awal kami berpacaran.Mereka menghiburku, membuatku tertawa, membuatku melupakan masalah yang sedang aku hadapi, mendengarkan ceritaku, dan tempatku berbagi keluh kesah.

Hingga sikap baik mereka berubah, entah lah mungkin karena aku yang susah di atur atau mereka yang terlalu banyak mengatur. Entah karena aku yang bosan atau karena mereka yang terlalu mengekang. Pada dasarnya aku adalah orang yang tidak bisa dilarang, jika aku di larang maka hal yang sebaliknya yang akan aku lakukan, dan keempat mantanku ini melakukan kesalahan mereka sama. Terlalu membatasiku.

Aku sadar mereka orang baik yang menginginkan aku menjadi baik berdasarkan koridor yang mereka tetapkan hingga akhirnya aku ke luar jalur dan membuat mereka marah. Kemarahan mereka yang membuat aku malas dan mengakhiri hubungan dengan mereka.

Berkat nasehat dan bimbingan seseorang yang sekarang mendampingiku, suamiku..


Mereka bukan tidak baik melainkan hanya tidak cocok.Mereka pria yang baik menjagamu sampai sekarang berada di sampingku, mereka hanya tidak bisa menerima dan mengatasi sifat manjamu, mengontrol kemarahanmu dan segala sifat barukmu, begitu juga denganmu. (Aku bersyukur memilih ia sebagai suamiku.)


Mungkin memang sebaiknya aku melupakan kesalahan para mantan, bagaimanapun aku juga punya kesalahan yang sama banyaknya..

Sekarang aku sadar, mungkin memang takdir yang mempertemukan aku dengan mereka. Mungkin bukan untuk bersama tapi untuk saling mengajarkan. Mengajarkan arti memiliki, menjaga yang dimiliki, merasakan kehilangan, belajar merelakan hingga mengikhlaskan dan mengucapkan selamat tinggal.

Mereka bukannya tidak baik untukku hanya saja ada seseorang lain yang lebih pantas untuk mereka, dan bukan juga aku yang tidak pantas untuk mereka hanya saja ada orang lain yang lebih baik yang Allah siapkan – dan terbukti sekarang.


Dear mantan,

Maaf untuk semua yang terjadi. Senang mengenal kalian. Semoga selalu bahagia, kelak suatu hari nanti ada seseorang yang tepat untuk mendampingi kalian.

Berbahagialah meski tak bersamaku..


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Karena perasaan adalah sesuatu yang bersifat universal dan aku ingin "membagikannya" melalui tulisan

CLOSE