Dia, Pria Yang Memiliki Tanda Lahir di Mata Kirinya

Hey kamu pria aliran pengguna sarung saat sholat Jum’at. Percaya atau tidak percaya di segala apa yang sedang kamu rancangkan, aku ada di belakangmu mendukung dan percaya (sangat) kamu bisa menggapainya. Dan jika di suatu hari nanti kamu telah bahagia dengan pencapaian itu, aku harap kamu tetap kamu dengan kesederhanaan yang kamu miliki. Jangan ubah itu, jangan buat orang banyak kecewa.


Kata orang panggillah lelap dengan hayalan indah maka lahirlah tulisan ini. 

Karena indah yang mereka maksud itu kamu titik.


Tengah malam sepi bersama alunan merdu Teh Nike pengiring khalayak masa lalu.

Mataku menginginkanku terlelap tapi tidak dengan pikiranku. Ia terus mengalir berbicara membuatku menyerah pasrah. Hingga melahirkan berbagai lamunan dan tiba pada dia yang selalu menarik hati, rasanya tak ingin henti jika sedang membahasnya.

Okeee di paragraf selanjutnya Pria pemilik sweater hitam dan jaket jeans favorit ini aku panggil dengan sebutan Genta (jangan mengartikannya dalam bahasa Bugis yah.)


GENTA. Aku senang dengan panggilan ini, lebih senang lagi jika aku menjadi Dindanya pada masa depan, he he he.


 

Kenapa lebih memilih memanggil Genta? Karena pembawaanya persis seperti Genta di 5cm, kalo aku? Jangan bayangin seperti Dinda deh jauh banget! HAHAHAHA 

Genta membuat jendela-jendela kaca itu terlihat indah di pagi hari, kadangpula membuat bodoh menyiksa diri. Menentang kemauan yang akhirnya menjadi keinginan untuk berlama-lama dengan alasan yang tulus demi dia.



G   E   N   T   A

Pria yang dulunya bak angin berlalu namun kini ia jauh (lebih) ternilai di pandangan ini.

Saat waktu telah mengijinkan kalian bertemu dengan pria ini mungkin, tutur kita sama saat pertama kali kumelihatnya

“Biasa saja.”

Hingga waktu mengantar dan membuatku terniat meneliti hal-hal tentangnya. Dan percayalah kalian denganku, “Dia lebih dari itu.” 

Dan memutuskan jatuh hati. Bukan, jika karena ketampanan maka sudah dari dulu aku menyimpan hati begini-begini jatuh hatiku tak semurah itu. Tapi… dari beberapa kelebihan terutama lewat kesederhanaannya. Aku kagum makanya jatuh hati.

Bukan kerabat dekatku namanya jika mereka tak tahu ada apa aku dengan Genta ini dan aku senang tak ada nyinyiran saat kubahas tentangnya. Tunggu aku tertawa sejenak dulu, berkat gumaman mereka di tempo lalu:

“Kalem banget kalo ngomong, saking kalemnya hampir gak kedengaran dia ngomong apa.”

“Oh… Genta Gentamu itu, kaki aku hampir keinjek sama ban motornya waktu kulagi main wifi. Terus sempat ngedipin mata waktu kuambil jemurannya yang jatuh, Genit!”

“Ganteng sih, tapi gak cocok lah. Kamu ini dulu dapatnya yang kependekan, sekarang naksir yang ketinggian. Mana cocok? Dia kelewat tinggi kamu kelewat pendek!”

“Jangan deh… kasian di kamu, bayangin aja kalo ngobrol”

“Em… keliatannya anaknya pinter tapi disini potonya kayak pengedar narkoba wkwkwk. Ketuaan menurutku, kamu sama adeknya aja HAHAHAHA!”

“ Tadi Genta ada di sampingku waktu sholat jumat, nopang dagu sambil menghayal dia”

“Genta tukang ojek? Abis setiap naik motor bawa 2 helm mulu”

Dan ini balasan dari gadis kekurangan senti yang sering menjadi sok pahlawan untuk Genta.

“ Iyah emang dia kayak gitu.

 Ya kalle…!

 Ih luccu kalle kayak pemeran full house gituh,

  Hellouuu! Genta bukan tukang ojek!!

  Iyyah, dia tuh pinter, baik… bla bla bla”

Untuk Genta yang mungkin saat ini sedang sibuk bersama perjalanan dan tumpukan duriannya atau mungkin dengan game chiken dinner. Jangan terlalu sering begadang dan terlalu banyak makan duren nanti sakit.

Dan semoga baik-baik saja selalu bersama mereka yang kamu sayangi.


Day 87 of 365.

Maaf, aku kangen Genta. Yah mau gimana itu alami, jika diberi pilihan aku lebih memilih tidak ingin!


Genta, ada suatu masa yang membuatku takut dan kuharap semoga akan baik-baik saja diri ini saat itu benar terjadi yakni dimana akhirnya penghuni rumah kayu teduh itu tak lagi disitu. Jika sampai masa itu terjadi semoga tak ada rasa sedih saat memandang jendela perak itu, seuntai tali hitam dan meja berlapis hijau meski terlihat sama tapi tak bermakna lagi.

Akhir kata dari tutur tulus dibalik paksaan dan ikhlas yang masih dalam bimbangan


Tuhan, diri ini ingin kembali seperti di awal juli 2018 kemarin, tenang bahagia tanpa Genta dalam renungan.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini