Film Guru Besar: Tjokroaminoto, Sebuah Kisah Seorang Mahaguru

Film ‘Guru Bangsa: HOS Cokroaminoto’ merupakan film yang disutradarai Garin Nugroho, dengan peran utama yang dilakoni oleh Reza Rahadian sebagai HOS Cokroaminoto. Film ini bercerita tentang Hindia Belanda yang memasuki babak baru. Kala itu, mereka pun mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Masyarakat Indonesia saat itu hidup dalam kondisi kemiskinan dan kebodohan lantaran belum mengenal yang namanya pendidikan, serta situasi politik yang tidak stabil. Dalam tekanan itu, mereka dipaksa menaati gerakan Politik Etis yang dikerjakan oleh pemerintah Belanda.

Lahirlah Oemar Said Tjokroaminoto pada 16 Agustus 1882 di Madiun, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga bangsawan. Guru bangsa ini menempuh pendidikan tingginya dengan jurusan Administrasi Pemerintahan di Magelang, Jawa Tengah. Setelahnya, Ia bekerja sebagai pegawai pemerintahan Hindia Belanda dengan posisi sebagai juru tulis Patih Ngawi selama tiga tahun.

Advertisement

Tahun 1904 Tjokro menikah dengan Soeharsikin, Putri Bupati Ponorogo. Setelah menikah, Tjokro pindah ke Semarang, sementara istrinya yang sedang hamil tetap tinggal di Ponorogo. Pindahnya ke Semarang menjadi awal Tjokro bergerak untuk memperjuangkan nasib Indonesia.

HOS Cokroaminoto sangat peduli dengan keadaan Hindia Belanda yang kala itu sangat tidak demokratis dan seolah-olah dijajah di tanah kelahirannya sendiri oleh Bangsa Belanda. Meski lahir dan besar dalam ruang lingkup keluarga kaya dan terpandang, Tjokro dengan segenap hati membantu masyarakat yang lemah. Untuk mewujudkan persamaan golongan dan revolusi ke arah yang lebih baik bagi masyarakat, Tjokro pun mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi itu ia bentuk untuk memberi kesadaran pada masyarakat, serta meningkatkan harkat dan martabat secara bersamaan. Di bawah kendali Cokro, SI menjadi sangat kuat dan berdampak pada Hindia Belanda saat itu. SI berkembang pesat dibuktikan dengan jumlahnya meningkat dua puluh kali lipat dari jumlah anggota pada masa awal pendirian SI. Tidak hanya dari segi jumlah, pidato-pidato Tjokro dapat menumbuhkan pergerakan untuk rakyat jelata. Tjokro banyak menyuarakan tentang kesetaraan antara pemerintah Hindia Belanda, priyayi, dan masyarakat kecil. Sebab besarnya pengaruh Tjokro di tengah masyarakat itulah, perintah Belanda menjulukinya “Raja Jawa Tanpa Mahkota”.

Tjokro bersama Agus Salim dari Sumatera Barat terus berjuang melalui wadah SI. Sementara itu, beberapa anggota SI dan murid Tjokro seperti Semaoen, Muso, Alimin, dan Darsono memilih keluar dari SI yang dipimpin Tjokro dan membuat SI Merah yang berideologi sosialis-komunis. Perpecahan dalam tubuh SI ini dipicu oleh pengaruh orang buangan dari Belanda yang amat mengagumi ideologi kiri, Sneevilt. Akhirnya, film diakhiri dengan dengan dipenjaranya Tjokro karena dituduh terlibat dalam aksi pemberontakan berbagai daerah dan pemicu bagi pergerakan masyarakat.

Advertisement

Selain itu, Tjokro pun menjadi guru beberapa pemuda yang kelak menjadi tokoh-tokoh besar Indonesia dengan berbagai ideologi berbeda seperti Soekarno, Kartosuwiryo dan para tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti Alimin, Musso hingga Tan Malaka.

Sebagai seorang pemimpin, Tjokroaminoto juga memiliki sifat yang sangat adil dan bijaksana. Loyalitasnya pada masyarakat dan negara membuatnya terpisah beberapa waktu dengan istri dan anaknya, seperti yang diceritakan di dalam film. Terbukti di saat istrinya sedang sakit keras, beliau tetap fokus pada organisasinya. Hal yang sangat saya kagumi, bahwa beliau tidak mempermasalahkan adanya perbedaan paham/idealisme, bahkan yang diyakini murid-muridnya. Sifat visioner yang dimilikinya mampu membuatnya berpikir jauh ke depan, bahwasanya zaman akan terus berubah dan berevolusi, dan zaman itu akan membutuhkan sosok pemimpin yang tepat, sehingga beliau tidak pernah memaksakan pengikutnya untuk mengikuti pahamnya, selama tidak ada kekerasan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE