Gadis Batu dan Ibu Tangguh, Kisah yang Selalu Membuatku Bahagia

Hai sahabat pembaca, ijinkan aku mau memperkenalkan diri dahulu ya, namaku Mega, usiaku 21 tahun, aku punya umak (ibu ) yang super hebat, pahlawan yang menjadi semangat dan kekuatanku, wanita yang sangat aku idolakan dan motivator ku. Semua ibu itu hebat, dia adalah malaikat bumi yang Tuhan kirim buat kita, anak-anaknya. Setiap orang, antara ibu dan anak pasti punya cerita dan pengalaman yang berbeda-beda, aku mau sedikit berbagi cerita, bahwa aku dan umakku adalah partner bisnis atau tim kerja yang baik.

Sejak kecil saat aku SD aku sudah di ajarkan mencari uang jajan sendiri oleh umak, dengan cara berjualan jajanan di kelas yang di buat umakku, contohnya nasi kuning yang di bungkus daun pisang berlauk sambal kacang dan ikan teri dan mi goreng bihun, es lilin atau es pelangi, kacang goreng, dan lainnya, dan aku mendapat upah dari jualanku untuk uang sakuku. Sampai sekarang cara yang umak ajarkan untuk mendapatkan uang masih aku lakoni, dan sudah tertanam dalam otakku bahwa berjualan bukan sekedar cari uang tapi sudah menjadi hobi yang aku suka.

Terlebih memang background keluargaku semuanya pedagang, mulai dari datok, nenek, umak sampai turun temurun dan sekarang ke aku, keluarga kami beramata penghasilan dari berjualan. Ini salah satu menu favorit yang sering aku jual, rendang jengkol. Rendang buatan Umakku yang aku jual sudah terkenal satu Kecamatan, dan mereka bilang maknyuss. Jualan bukan sekedar kerjaan tapi sudah menjadi hobi ku, mengisi libur dengan berjualan dan menghasilkan uang sendiri dari upahnya. kerja samaku dengan umak sangat baik, kami menjadi partner layaknya dalam sebuah bisnis, sebut saja partner bisnis lah ya, biar terdengar sedikit keren.

umakku menyediakan barang yang akan di jual, dan aku dapat bagian yang menjualnya, itu terjalin sejak aku duduk di kelas 2 sekolah dasar dan sampai sekarang. Waktu SD aku berjualan di sekolah berjualan nasi kuning yang di bungkus daun pisang berlauk sambal ikan teri dan mi bihun, dan sepulang sekolah atau hari libur aku berjaja ke di tetangga-tetangga dekat rumahku. Saat SMP dan SMA jajahan bisnis kami mencakup sedikir lebih luas, setiap hari libur aku menjajakan gulai umak dengan menempuh jarak lebih dari 70km misalnya dari rumahku di Dusun Setinggak ke Desa Temajuk bahkan sampai masuk daerah malaysia, dan tak jarang aku menjual ke post penjagaan Malaysia menggunakan sepeda motor, dengan menempuh medan yang kadang egois dan kadang menjebak, sehingga tak jarang aku jatoh dari motor saat perjalanan.

Beberapa orang menyebutku perempuan batu, karna bisa di bilang aku gadis satu-satunya di kampungku yang mengerjakan ini, berjualan dengan jarak yang jauh. Tak jarang yang menanyakan aku capek dan malu nggak sih mengerjakannya? Kalau capek, iya, pasti lah, setiap pulang jualan aku selalu minta badanku diinjak adekku, untuk melawan rasa capek, tapi capek yang di rasa tak seberapa dan terlawan saat jualan habis dan melihat umakku bersyukur atas rejeki yang didapat dari jualan. Sejak kecil Umak sudah menanamkan ke otakku bahwa tak perlu malu dengan keadaan yang Tuhan berikan, kenapa harus malu kalau kerjaan ini baik dan halal.

Umak sering mengingatkan hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang pekerjaan yang paling utama. Beliau menjawab, “perniagaan yang baik dan pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri” (HR. Al Bazzar dan Thabrani dalam Al Mu’jam Kabir; shahih lighairihi) Justru aku bangga, bahwa nggak semua orang bisa melakukannya, butuh fisik dan mental yang kuat untuk mengerjakannya.

Kenapa tidak, perjalanan yang di tempuh cukup jauh, mental untuk aku bertemu banyak orang yang berbeda-beda karakter, dan aku senang melakukannya karna sebagai pemasukan di sakuku, dari upah itu aku nggak meminta uang jajan cuma-cuma, tapi dengan keringatku sendiri, melalui kerjasama kami, ibu dan anak. Meskipun yang aku jual adalah dari umakku sendiri, semua sudah menjadi rutinitasku selama mengisi masa libur sekolahku.

Dan Saat sekarang ini hubungan bisnis kami masih terjalin meski aku berada di perantauan. Umak sering mengirimiku barang-barang yang bisa aku jadikan uang di sini, contohnya mengirim petai 1 kardus dan aku jual lewat fb dan aku tawarkan ke kawan2 kampusku. Umakku, beliau bekerja sebagai penjual gulai lebih dari 35 tahun, sampai sekarang, saat badan yang sudah mulai separuh demi separuh renta, beliau masih kuat mengerjakannya, bangun jam 2 subuh sampai pagi, setelah selesai siangnya mencari bahan-bahan untuk di masak dan di jual besoknya, setiap hari kegiatan itu terus berjalan. Beliau selalu mengatakan kerja selagi kau mampu, lakukan selagi tubuhmu mampu, dan selagi kau senang melakukannya, lakukanlah.

Kadang sedih dan kasian melihat urat-urat di tubuh wanita itu, tapi semangat dan senyumnya yang terlihat ikhlas mengerjakan semuanya menggambarkan bahwa kerjaan yang kita sukai tak pernah membebani, sekeras apapun itu. Saat ini hanya doa kesehatan dan rezeki yang berkah yang bisa aku kirim dari kejauhan untuk wanita yang paling aku sayangi, dan tetap menjadi partner bisnisku ya umakku, wanita terkuat dan tersayang.

Aku bangga punya Wanita tangguh sepertimu, Mak. Terimakasih Tuhan, Engkau kirim Malaikat berwujud Ibu buat kami, anak-anaknya. Teruntuk ibuku dan semua Ibu di Bumi, I love You. Kami, anak-anakmu, menyayangimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini