Soal Ganasnya Jabir: Jaringan Bibir yang Makin Hari Makin Merekah di Kalangan Kaum Hawa

Ganasnya Jabir (Jaringan Bibir)

Hai engkau kaum hawa, sudah banyak cerita tentang kaummu. Kaum yang akan lebih mengutamakan perasaan daripada logika untuk mulai frontal dan sangat vulgar menceritakan semua hal kepada siapapun yang ada di hadapannya, apalagi ketika keadaan hati atau mood berada dalam kondisi berapi-api (Ya, kan mood lagi bagus nih).

Advertisement


Dengan kalimat andalan yang mengawali cerita berkata, "Ssst… jangan bilang siapa-siapa ya, cuma kamu yang aku kasih tahu. Ini rahasia." 


Namun kemudian, kisah tersebut mendadak tersebar kepada lebih banyak orang dengan lagi-lagi kalimat pendahuluannya sudah sangat mudah tertebak, "Ssstttt….." dan blaaa blaaa sampai akhirnya bumbu-bumbu lain ikut dicampurkan agar makin sedap dikonsumsi, membuat kisah awalnya berubah. Bahkan ada yang sengaja menambahi bumbu dengan mengganti alur atau menambahkan tokoh baru dalam kisah tersebut lalu menceritakannya kepada orang kedua.

Dan orang kedua ini kemudian menceritakan ke orang ketiga, lalu orang ketiga ke orang keempat, kelima, keenam, dan begitu seterunya. Bukankah bumbunya akan semakin beragam? Bahkan makin kreatif namun pasti terkesan imajinatif. Orang yang tak pandai menyaring dan menelannya mentah-mentah, tentu akan digemparkan dengan kisah itu.

Advertisement

Gosip, konflik, kemarahan, kebencian, perpecahan pun akhirnya yang sering jadi akibatnya. Dan ujungnya sudah pasti penyesalan telah mulai menyebarkannya dengan embel-embel, ini rahasia, jangan bilang siapa-siapa.

Oh well well.. Sindrom jaringan bibir (jabir) yang mengganas di republik kaum hawa itu memang tak terbantahkan. Kecepatan jabir di masa kini menjadi seakan lebih cepat dari kecepatan cahaya matahari sampai ke bumi. Cepet banget dong? Iya, kurang dari 8 menit, seantero jagad telah mendengar isu atau berita atau peristiwa tersebut (Agak hiperbola sih hehehe).

Advertisement

"Nggak usah kaget dek, ya begitulah kekuatan jabir para wanita," sambil diiringi tawa terbahak-bahak. Mendadak tertegun kaku, sambil menelan ludah, aku berusaha menyadarkan diriku bahwa inilah kenyataannya. "What?" Bukankah hanya ada 2 orang yang mengalami salah paham karena makanan yang dipesan ternyata asam dan hampir basi, tapi mengapa satu pesta telah mendengar kabar itu? Bahkan rekan di kota lain telah mendengarnya.

Hah? Iya. Benar begitu. Lebih-lebih, mereka yang mendengar hanya dari jabir kini mulai angkat bicara, menambahi bumbu-bumbu lain yang jauh dari kenyataannya. Terlihat seakan mereka lah saksi yang ada disana kala itu, yang melihat dan mendengar sendiri kejadian itu dengan jelas. Hmmm.

Ketertegunanku tak berhenti sampai disitu, ketika tiba-tiba seorang teman lain lagi berkata, "parah sih, gue cuma bilang kenapa tim dance gak ada persiapan ke ketua tim eventnya, gue bilang gitu, maksudnya biar dia sendiri yang langsung tanyain progress persiapan langsung ke ketuanya. Lah kok malah si ketua event ini ngomong kemana-mana, omongan gue ditambahi bumbu ini itu, lalu ketua dance ngomong ke yang lain, lalu semua tim dance akhirnya tahu. Jadi kenak deh gue, dibilang ikut campur lah ini lah. Kesel banget sama mulut orang-orang ni." 

Tidak bermaksud menghakimi, atau merasa lebih baik dari kaum hawa yang lain, tapi biasanya keadaan diatas dipilih karena didasari oleh alasan-alasan tertentu. Mulai dari karena ingin mencari pendukung, pembelaan, saran, atau sebatas ingin saja membagi atau meluapkan semua yang tersimpan di hati. Mengingat kaum hawa memang tercipta dengan kemampuan berbicara yang lebih banyak dari lawan jenisnya. Setiap hari, kaum hawa memiliki 20.000 kuota kata yang harus dihabiskan.

Eitsss, tapi tunggu dulu. Namun, tetap ini tidak bisa dijadikan kedok atau ditolerir untuk mudah mengucapkan kalimat sakral pengawal sebuah kisah, ”Ssst ini rahasia, jangan bilang siapa-siapa…” ke satu orang, dua orang, dan akhirnya menyebar kemana-mana. Seandainya pun suatu kisah penting dan rahasia yang telah kita ketahui sebelumnya tersebar dan menimbulkan efek yang begitu menakutkan, tapi harusnya bukan kita yang jadi salah satu penyumbang kisah tersebut menyebar ke telinga orang lain.


Dan kemudian disebarkan ke yang lainnya lagi.


Huft. Agak lelah sih dengan isu ini, seakan susah untuk dicegah untuk tak menghiasi negara +62 ini, tapi memang karena kata-kata itu tidak ada wujudnya dan tidak bisa dipegang, jadi ya ini lah resikonya. Kita sendiri yang harus bijak dan lihai mengendalikannya, agar tak banyak orang akhirnya saling benci, menjauhi satu sama lain, bahkan bertikai karena kata yang terucap dari mulut kita.


Jagalah kata-katamu dengan segala kewaspadaanmu, karena kedewasaan dan kecerdasanmu diukur dari seberapa lihai kamu memakai lidahmu untuk mengeluarkan kata-kata yang bisa membangun bukan menyebarkan cerita lainnya yang berujung jadi gosip dan akhirnya menyakiti bahkan menjatuhkan orang lain.


Demikian juga lidah, walaupun satu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.~~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shangrila.(n) ; any place of complete bliss and delight and peace→The Lost Horizon, James Hilton(England,1933)™ Passion Never Weak

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE