Generasi Milenial dan Wajah Politik Indonesia di Masa Depan

Paradigma milenial adalah membangun kondisi politik yang sehat

PEMILU 2019 semakin mendekati klimaksnya. Tidak sampai satu bulan, tepatnya Rabu, 17 April 2019 seluruh rakyat Indonesia yang sudah memiliki hak suara akan datang ke Tempat Pemungutan Suara dan mencoblos siapakah Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin dan memerintah selama lima tahun ke depan. Mau dibawa ke arah manakah Indonesia selama lima tahun ke depan ini. Sebagai warga negara yang baik wajib hukumnya untuk memilih dan menggunakan hak suaranya. 

Pada perhelatan PEMILU 2019 ini mayoritas didominasi oleh Generasi Milenial (Gen-Z). Pemilih pemula yang baru pertama kali merasakan panas konstetasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Apalagi tahun 2019 menjadi awal diselenggarakannya PEMILU serentak, mulai Pilpres dan Pileg. Generasi milenial ini jelas mengalami "Andy Lau" (diantara dilema dan galau). Generasi milenial yang masih hijau dan masih belum paham banyak tentang dunia politik di Indonesia jelas mengalami kebimbangan dan kebingungan. Kebimbangan dan kebingungan inilah yang menjadi sasaran empuk dan rebutan partai politik dalam meraup suara sebanyak-banyaknya.

Generasi milenial selama ini identik generasi yang anti sosial dan politik. Duduk bersama tetapi saling menundukkan kepala karena sibuk dengan gawainya sendiri-sendiri. Generasi yang nyaman dengan dunia media sosial. Tetapi tidak selamanya statement ini benar. Banyak sekali generasi milenial yang dengan ide kreatif dan inovatifnya. Menggunakan gawainya untuk membangun komunitas dan mempunyai berpengaruh luas. Tidak sedikit pula anak muda sekarang yang terjun ke dunia perpolitikan Indonesia.

Partai politik tidak kalah gesit melihat peluang yang bisa diambil dari generasi milenial ini. Banyak pula partai politik yang mulai merangkul generasi milenial untuk dikader dan pada suatu saat akan dijadikan penerus tulang punggung partai. Apalagi menyongsong perhelatan PEMILU 2019. Ada beberapa partai politik yang mayoritas anggotanya adalah anak muda.

Generasi milenial dan politik harus saling bersinergi satu sama lain dan menciptakan simbiose mutualisme. Karena anak muda sekarang adalah pemimpin masa depan. Kalau anak muda sekarang sibuk dengan dirinya sendiri, tidak mau keluar dari zona nyaman, sibuk dengan gawainya sendiri, dan bermain game tanpa adanya sumbangan positif bagi masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia sangatlah rugi. Begitu pula bagi partai politik, tidak hanya menjadikan generasi milenial sebagai ladang pendulang suara saja tanpa memberikan edukasi politik yang sehat dan tidak hanya mementingkan kepentingan partainya saja.

Milenial harus belajar politik dengan sungguh-sungguh karena kehidupan tidak lepas dari yang namanya politik. Milenial harus mengetahui ilmu ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan, dan lain sebagainya. Indonesia dua puluh tahun ke depan mau menjadi negara apa saja, keputusan ada di tangan para generasi milenial ini. Paradigma milenial adalah membangun kondisi politik yang sehat. Berbeda partai politik tidak ada masalah, yang terpenting tidak saling memecah belah.

Kids Zaman Now (Kizano) tidak hanya terpaku dengan visi fakultatif saja. tetapi harus mulai membangun visi yang universal dan berwawasan dunia. Pemimpin masa depan Indonesia harus seorang diplomat tingkat dunia. Seorang yang berpikiran luas. Milenial mempunyai tugas untuk mengubah paradigma tentang politik yang selama ini mungkin hanya berorientasi pada hal-hal negatif saja. Milenial harus membuat wajah perpolitikan Indonesia lebih baik dan semakin baik untuk dua puluh atau bahkan seratus tahun yang akan datang.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku lahir di Kediri. Aku anak terakhir dari lima bersaudara. hobiku dari dulu membaca dan menulis. Aku sangat suka membaca buku-buku non fiksi. dan aku suka menulis esai, artikel dan opini.