Hai Gadis yang Telah Mencuri Rasaku, Sudikah Kiranya Kau Memberikan Kesempatan Tuk Meraih Hatimu?

Teruntuk wanita yang selalu berjalan menyusuri kampus dengan sepatu ketsnya, berpadu dengan celana jeans yang selalu ia kenakan, ku titipkan rasa rindu yang teramat dalam untukmu. Masih terekam jelas di kepala saat memperhatikanmu dari kejauhan, dirimu selalu ceria dan aku selalu melihatmu bercerita, sambil tertawa setengah mati bersama kedua sahabatmu.

Kau tahu hal yang paling ku suka darimu adalah rambut panjangmu yang selalu kau rapikan ke belakang dengan menggunakan jarimu saat sedang berbicara, jarang sekali kau mengikat rambut itu terkecuali saat berkutat dengan buku, kau selalu duduk di kursi paling belakang saat mata kuliah berlangsung hanya untuk menghindari dosen melihatmu menggunakan celana jeans, maklum saja Universitas kita yang mayoritas jurusannya menghasilkan calon pendidik, menuntut kita untuk tampil serapi mungkin dan kau selalu saja memakai jeans.

Ku Ucapkan Terimakasih Untuk Soal Dimensi Tiga Yang Tak Bisa Kau Pecahkan, Yang Mengawali Percakapan Pertama Kita

Sang Pemilik Semesta mungkin tak ingin aku hanya berdiam diri memandangmu dari kejauhan, kesempatan untuk berbincang denganmu diberikanNYa. Hari ini kau duduk sendiri, kesempatan langka bagiku, karena hampir tak pernah aku melihatmu sendiri tanpa sahabatmu.

Ku coba duduk di sampingmu yang sedang asyik mengerjakan soal dimensi tiga, ku lihat begitu banyak coretan di kertas itu namun sepertinya tak kau temukan jawabannya, jangan tanya darimana aku bisa tahu, kerutan di jidatmu sudah membentuk kalimat“aku benci dimensi tiga”. beberapa menit aku duduk di sampingmu hingga kau sadari juga keberadaanku (setelah sekian lama aku memperhatikanmu kenapa baru sekarang kau menyadari bahwa aku ada )

“Bisa kerjain ini?”

Katamu tanpa basa-basi sambil memberikan secarik kertas tepat di depan wajahku. Aku terkejut setengah mati namun tetap ku ambil kertas itu dari tanganmu, sungguh aku sudah khatam dalam materi dimensi tiga namun mengapa otak ku tak bekerja saat mengerjakan soal dari mu. Ahh, sungguh aku tidak ingin terlihat bodoh di hadapan sang pencuri hatiku, ku paksa otak kiri bekerja lebih keras saat mengerjakannya hingga kau berikan senyuman yang begitu indah padaku pertanda aku berhasil memecahkan soal itu, kau harus tahu itu soal matematika terindah bagiku.

Percakapan Pertama Kita Menjadikan Kau Dan Aku Menjadi Kita (Teman), Sayangnya Sang Hati Terlalu Pengecut Untuk Berani Mengatakan “Aku Menyukaimu”

Maafkan Hati yang tak pernah berani mengakui perasaanya padamu, aku terlalu pengecut untuk berani mengutarakan perasaan yang tersimpan cukup lama yang menghantui pertemanan kita, aku tidak terlalu berambisi memilikimu bukan karena aku tak menginginkanmu hanya saja aku bukan pria naif yang terlalu suka memaksakan hati.

Karena yang aku inginkan hanyalah sebuah senyuman yang menghiasi wajahmu dalam pagiku setiap menatap mu dari ruang kelas kita yang berbeda dan demi Sang Pemilik Semesta aku hanya tak ingin senyum itu berubah menjadi wajah datar saat ku ungkapakan semua isi hati kepada sang pemberi soal dimensi tiga

Ketakutanku Bukan Tanpa Alasan, Kau Selalu Tegas Memagari Hatimu Untuk Pria Karena Pernah Menjadi Pesakitan Oleh Cinta

Mengapa sangat sulit bagimu untuk membuka mata bahwa tak semua pria sama, mengapa sangat sulit bagimu untuk berdamai dengan masa lalu, mengapa sangat sulit bagimu untuk percaya bahwa sebenarnya cinta tak akan menjadikanmu seorang pesakitan karena yang aku tahu cinta itu menyembuhkan.

Untukmu sang gadis yang selalu tampak ceria di mataku, berhenti menggunakan logikamu saat berurusan dengan hati, cinta bukan soal dimensi tiga yang selalu punya penyelesaian akhir benar atau salah, karena tak ada tolak ukur benar atau salah saat kau mencintai atau dicintai.

Sampai Hati Cukup Berani Mengakuinya, Sampai Kau Buka Semua Pagar Di Hatimu, Sampai Takdir Menjadi Milik Kita Doaku Akan Selalu Sama

Sebait doa yang mengisi malamku sebelum tidur untuk sang pemberi soal dimensi tiga, aku berharap Tuhan melepaskan pagar yang memagari hatimu dan menyembuhkan lukanya dengan hatiku sebagai obatnya. Sampai takdir menjadi milik kita, sampai hati ini tidak terlalu pengecut untuk mengungkapkan rasa yang ada aku berharap kau tetap menjadi gadis yang sama dan seandainya kau tidak selalu berkata "sungguh aku sedang tidak ingin melakoni drama saat ini" mungkin ada keberanian bagi hati untuk mengatakan "aku menyukaimu"

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan Instagram : paradibamanalu819