Haruskah Kita Memvaksinasi Seluruh Penduduk Dunia Setiap 6 Bulan?

Ditulis bersama dr.Alva Supit, MBMSc, kandidat PhD Gene Therapy City University of Hongkong

Dua tahun terakhir ini kita telah menyaksikan pemberitaan tentang Covid-19 dengan berbagai variannya. Dari beberapa varian yang pernah muncul salah satunya adalah varian delta, varian yang pernah sangat ditakuti masyarakat. Hingga yang sekarang ini varian omicron, varian virus Corona yang tengah hits dibahas oleh berbagai pihak. Entah varian apalagi yang akan kita hadapi di masa mendatang. Hingga masyarakat harus menerima vaksin booster dalam jangka 6 bulan setelah vaksin primer. Vaksin booster menjadi langkah yang harus diambil pemerintah untuk menanggulangi virus corona varian terbaru.

Menurut Alkhansa dkk dalam jurnal ilmiah yang berjudul Mutational analysis of SARS-CoV2 ORF8 during six months of COVID-19 pandemic yang diterbitkan oleh Elsevier bahwa SARS-Cov2 adalah virus RNA yang bermutasi dengan sangat cepat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap 6 bulan akan ada varian virus corona baru. Ada kemungkinan varian baru yang akan muncul nantinya tidak dapat dikenali oleh vaksin yang ada. Sehingga harus ada vaksin booster untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus corona varian baru. Jika setiap 6 bulan muncul varian baru, lalu apakah kita harus divaksinasi lagi? Mengingat vaksin yang diberikan kepada masyarakat secara gratis dari pemerintah. Kalau setiap 6 bulan kita harus divaksin maka pemerintah juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengadakan program vaksinasi booster.

Menurut dr.Alva Supit yang adalah kandidat PhD Gene Therapy CityU Hongkong dan saya sebagai orang yang telah belajar tentang kesehatan masyarakat, kami berpendapat bahwa vaksinasi booster setiap 6 bulan belum tentu efektif dalam penanganan pencegahan Covid-19, terutama bila varian baru dapat lolos dari pengenalan oleh antibodi akibat vaksin. Virus Corona varian baru akan menyebar jika orang yang menjadi pembawa virus tidak terdeteksi secara cepat. Kerelaan diri untuk deteksi dini Covid-19 dapat mencegah virus menyebar, namun lagi-lagi masalah biaya tes PCR yang tidak murah dan tidak bisa diakses di daerah yang jauh dari perkotaan. Juga ketakutan masyarakat yang hidungnya dikorek sampai ke ujung yang terasa pedih ini membuat masyarakat ogah melakukan deteksi dini Covid-19. Padahal deteksi dini Covid-19 adalah langkah awal untuk memutus rantai penularan virus. 

Kejelasan apakah seseorang membawa virus Corona hanya dapat dipastikan dengan tes PCR, sedangkan tes Rapid tidak bisa memberikan hasil yang pasti. Sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat yang meragukan Covid-19 ini dikarenakan orang yang dinyatakam reaktif oleh tes Rapid namun setelah tes PCR dinyatakan negatif. Sehingga ada banyak keluarga yang harus memakamkan anggota keluarganya secara pemakaman Covid-19 hanya berdasar hasil tes Rapid. Maka dari itu langkah yang paling tepat adalah tes PCR untuk deteksi dini Covid-19. 

Jika seseorang memiliki kepastian akan apa yang dia alami maka kesadaran akan pentingnya isolasi mandiri pasti akan muncul dari dalam hatinya. Karena orang dengan Covid-19 ini pasti tidak akan mau keluarganya juga tertular. Apalagi menjadi pembawa virus bagi banyak orang yang pernah ditemui. Kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan akan terbentuk apalagi bagi orang yang pernah merasakan bagaimana menderita penyakit Covid-19.

Menurut kami, dalam hal ini pemutusan rantai penularan lebih penting daripada pemberian vaksinasi booster, karena yang divaksin saja masih bisa terpapar Covid-19. Maka dari itu, deteksi dini Covid-19 berperan penting dalam pencegahan penularan virus corona.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Write for fun 😀