Hujan, Rindu dan Do’a. Sebuah Metafora dari Mereka yang Terpisah.

Mungkin negara ini sudah mulai memasuki musim panas. Terlihat dari pancaran sinar mentari yang tinggi intensitas. Anehnya, negara dalam diri ini serasa masih musim hujan. Masih menetes genangan air didalamnya yang tak kunjung dibuat teduh oleh keadaan. Katanya, hujan itu menenangkan, sebagian kecil membawa kenangan, sebagian lainnya membawa harapan. Nyatanya negara dalam diri ini mulai suka dengan hujan, sejak turis yang melancong didalamnya memberikan kepingan perasaan.

Advertisement

Hujan itu menenangkan, maukah kau sejenak mendekat memberi tambahan kehangatan?

Sebutlah negara itu dengan bongkahan perasaan. Sejarahnya biar ku tuliskan permulaan. Agar kalian yang membaca atau yang tak sengaja menemukan negara ini tak bergegas pergi meninggalkan. Sejarahnya tak begitu rumit dipahami, karena semua cuma cukup untuk dirasa dengan hati. Asal muasalnya, pemerintahan negara ini berjalan dengan lancar, tenang begitu kondusif. Setidaknya sebelum seorang turis tersebut datang. Turis itu berjalan jauh ke dalam negara itu. Terlihat ia begitu menyukai negara yang ia datangi. Karena negara ini dipimpin oleh seorang raja, raja pun ikut senang dan mendatangi si turis. Singkat cerita, mereka bertemu, saling sapa mulanya, bertukar canda berikutnya, dan saling suka seterusnya. Negara itu tiba tiba langsung mengalami musim semi terindah dalam perjalanan umur hidupnya. Lama kelamaan, tak disangka, si turis memutuskan untuk pergi. Sang raja begitu sedih dalam singgasananya. Seketika angin badai meluluh lantahkan seisi negara, sang raja begitu tak kuasa dengan kepergiannya.

Musim pun berganti, kali ini musim hujan lama menguasai. Belum ada tanda tanda akan diganti dengan musim lainnya. Hujan masih menjadi favorit dalam menaungi orang orang yang tersiksa sepi.

Advertisement

Lama entah dimana si turis pergi. Ia meninggalkan sang raja dengan gaya yang tak biasa. Apa rahasianya? ternyata dalam sebuah cerita si turis sempat masuk dalam istana sang raja. Istana yang dari dulu tak pernah disinggahi oleh siapapun, tak pernah dimasuki oleh siapapun, hingga ternyata bukan siapapun pemenangnya, tetapi seorang itulah yang mendapatkannya. Ya, raja dengan senang hati mengizinkannya masuk dan akhirnya si turis pergi. Dengan membawa kunci istana.

Sang raja tak bisa membuka istananya lagi. Sang raja masih menunggu sebuah temu yang tak kunjung menyatu. Si turis masihlah belum kembali, sang raja masih dalam harap yang tak kunjung putus sama sekali.

Advertisement

Hujan pun membawa kenangan. Bersama berdua dengan tangan yang masih hampa. Menghadap kepada langit sembari berbicara. "Tuhan, kembalikan dia, bersama selamanya". Hujan membawa harapan. Air yang jatuh membawa kehidupan bagi tumbuhan yang layu. Air yang bernama harapan jatuh menghidupkan bunga perasaan. Berharap terus hidup dan bermekaraan.

Hujan terus jatuh dari langit tak berkesudahan. Membawa cerita tentang harapan yang terus dipanjatkan, membawa kenangan yang kian lama luntur oleh tetesan, membalut kesetiaan dalam setiap penantiaan.

Sudahlah kawan, mari sejenak kita tinggalkan masalah negara yang dalam ambang kesepian. Mari melanjutkan cerita dalam kehidupan. Sedikit perumpamaan dari yang sedang dilanda ombak kegalauan. Dari seorang yang merindukan percakapan tiap malam yang mengasyikan lalu tiba tiba ditemani oleh bunyi jangkrik yang bergantian. Merasa menjadi seorang yang begitu menyedihkan, ketika ditinggal oleh seorang yang sudah lama diimpikan. Menjadi pasangan sejati sepi malam yang kian lama kian senyap ditinggal cahaya bulan. Dalam siang ataupun malam, hujan tetap menjadi peristiwa yang dinantikan. Ada butiran air yang kerapkali menenangkan goncangan hati yang terkena irisan. Membasuh luka yang ditinggalkan. Merindukan dalam artian yang lebih mendalam.

Mari serahkan pada Tuhan. Tenang saja, ada sesuatu yang hebatnya melebihi notif atau pemberitahuan sosial media yang dinanti. Apa itu? Do'a setulus hati. Do'a dari hati yang merindukan belahan yang satunya lagi. Yang berharap baik kepada Yang Maha Baik bahwa akan datang masa yang dinanti. Yang melelehkan segala bongkahan rasa yang telah lama dingin terpatri.

Kenapa jarak diciptakan? karena do'a itu mendekatkan. Kenapa rindu diberikan, karena sebuah temu dalam penantian lebih manis dari yang terbayangkan.

Pada akhirnya, kembali pada cerita sang raja dan turis. Sang raja terus berdo'a dan si turis masih tak tahu dimana. Tapi percaya saja, sejauh apapun turis melangkah, sesuatu yang disampaikan oleh hati yang sampai ke hati. Sesuatu yang dari hati yang menghiasi sebuah do'a malam hari, akan tersampaikan kepada hati dan tak pernah salah dalam arti. Karena raja hanyalah raja, tetapi do'a, bagian dari Yang Maha Raja yang tak pernah mengecewakan bagi mereka yang menghamba.

Hujan, rindu dan do'a. Semoga hujan kian reda, menampakkan pelangi indah tiada tara. Semoga rindu makin sirna, dengan hangatnya sebuah jumpa. Semoga do'a menjadi nyata, antara aku, kau dan restu Dia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

CLOSE