Siapa Takut Jadi Sarjana Muda? Yuk, Buktikan Kamu Bisa!

Apa pertanyaan yang sering muncul ketika anda telah wisuda? Kalau tidak rencana kerja, pasti rencana menikah. Dua pertanyaan besar ini secara tidak langsung terdoktrin dalam pemikiran para wisudawan atau wisudawati bahwa yang harus dilakukan pasca atau setelah sah menjadi sarjana adalah mencari pekerjaan atau sesegera mungkin untuk menikah.

Advertisement

Meskipun sangat remeh temeh, apalagi sering ditanyakan (seolah-olah belum bisa dikatakan sarjana apabila tidak diberi pertanyaan itu), tetap saja bepengaruh pada kondisi psikologis seorang wisudawan dan wisudawati, atau lebih tepatnya sarjana baru karena pertanyaan itu ibaat sugesti yang masuk ke alam bawah sadar manusia. Itu menurut saya.

Tidak sedikit dari sarjana muda memilih untuk pulang ke rumah karena panggilan orang tua, ada yang sibuk mencari pekerjaan sana-sini, ada juga yang lebih memilih untuk aktif di organisasi karena merasa lebih dibutuhkan, dan ada juga yang menganggur. 

Kebanggaan yang dirasakan berbanding terbalik dengan realitas yang dihadapi yang dalam istilah filsafat dikatakan bahwa dunia ide tidaklah berbading lurus dengan dunia realitas. Kondisi hidup, khususnya ekonomi, adalah tantangan besar bagi sarjana-sarjana muda, karena tanggungan orang tua atas dirinya sudah tidak bisa lagi diharapkan. Apa yang harus dilakukan oleh sarjana muda?

Advertisement

Bagi saya, dengan berbagai fenomena yang ada saat ini, atau ketika berhadapan dengan realita kehidupan yang justru sangat berbeda dengan yang disampaikan oleh para dosen sewaktu masih kuliah. Hemat saya, ada tiga promblematika yang harus diselesaikan oleh seorang sarjana muda sebelum berinteraksi dengan realita kehidupan. Tiga hal itu adalah kepercayaan diri (self-confident), visi, dan strategi. Ketiganya harus dibangun sejak aktif menjadi mahasiswa, ini sangat penting mengingat kompetisi yang sangat luar biasa di era yang serba dinamis dewasa ini.

Pertama, generasi muda hari ini bisa dikatakan sangat kurang dalam hal kepercayaan diri. Fenomena ini sangat banyak kita saksikan di lingkungan sekitar kita seperti kampus atau lingkungan organisasi. Saya teringat dengan argumen salah seorang psikolog bernama Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menurutnya persoalan mendasar anak-anak muda saat ini adalah krisis kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki, minat serta pilihan apa yang harus ia jalani.

Advertisement

Salah satu faktornya berasal dari kebiasaan anak-anak muda yang seringkali menghabiskan waktu dengan dunia maya sehingga lupa untuk berinteraksi secara sosial dengan orang-orang sekitar yang ada dilingkungannya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak anak-anak muda kurang pecaya diri jika ia terjun ke masyarakat. Mereka mengalami keresahan yang akut saat harus bertemu langsung dengan orang lain. Padahal sangat penting untuk melatih sejauh mana tingkat kepercayaan diri yang dimiliki.

Kepercayaan diri adalah modal bagi seorang sarjana baru untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari, betapapun dengan lingkungan sosial yang tidak baik. Tapi dengan adanya kepercayaan diri, membuat kita tetap melangkah, memiliki keyakinan untuk berjalan ke depan dan siap menghadapi berbagai tantangan. Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang bisa diukur dengan kecerdasan yang kita miliki.

Bukan juga dengan seberapa banyak teori yang kita hafalkan selama masa perkuliahan. Kepercayaan diri dapat dilihat dari seberapa jauh motivasi yang kita miliki untuk beraktualisasi di tengah-tengah masyarakat. Seorang sarjana memang tidak bisa lepas dari banyaknya tuntutan hidup yang dihadapi, namun bukan bearti harus terperdaya dengan tuntutan.  

Kedua, merumuskan visi apa yang kita miliki ke depannya adalah soal yang sangat penting yang harus dipikirkan oleh generasi muda, apalagi yang sudah sah menjadi. Setiap manusia memiliki harapan di dalam hidupnya. Ke mana dia melangkah, harapan itulah yang selalu menjadi motivasi diri untuk meraih apa yang telah dicita-citakan. Nah, pentingnya merumuskan visi (tujuan) adalah agar kita tidak pupus harapan dengan realitas yang ada hari ini.

Di tengah persaingan yang ketat, kecerdasan tidak cukup jika tidak diimbangin dengan visi yang jelas. Banyak orang yang mengalami kebingunan karena hanya bisa menunggu untuk diperhatikan oleh orang lain karena tidak tahu menahu apa yang harus ia lakukan, tidak terkecuali bagi lulusan baru.

Sebagai contoh, manusia itu ibarat sebuah organisasi, dan organisasi yang ideal adalah organisasi yang memiliki rumusan visi yang jelas sebagai acuan dalam menjalankan organisai agar sesuai dengan kebutuhan personal yang ada di dalam organisasi tersebut. Pengalaman di organisasi yang saya geluti, merumuskan sebuah visi memerlukan beberapa hal yang bisa jadi acuan. Setidaknya, ada dua hal penting yang harus dimiliki, yaitu keluasan wawasan dan daya analisis yang kuat.

Keluasan wawasan ialah seberapa jauh informasi yang kita dapatkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia di luar perkuliahan. Karena saya lama bergelut di organisasi perkaderan dan gerakan, wawasan saya tentang realitas sosial dan kebijakan pemerintah harus luas. Konsekuensinya adalah, saya harus banyak membaca berita terkini, berdialog dengan akademisi, ataupun orang-orang yang bergelut dengan politik. Selain itu, berkecimpung di dunia pelatihan dan pendidikan juga tidak kalah pentingnya. Hal ini penting untuk membantu saya dalam menemukan regulasi dan menentukan metode yang tepat dalam mengolah organisasi sesuai dengan fungsi organisasi tersebut.

Ketiga, persiapkan strategi yang matang sebelum bergulat dengan dunia yang serba kompetitif. Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar istilah tiba masa tiba akal. Istilah ini sebetulnya bisa menjadi bahan refleksi bagi kita generasi muda yang bisa dikatakan minim daya jelajah. Tiba masa tiba akal adalah gambaran bagi orang-orang yang tidak bisa menentukan ke mana arah dan tujuan hidupnya.

Mereka lebih memilih mengikuti arus daripada bergerak dengan pilihan sendiri, tujuan mereka ditentukan oleh arah angin. Bagi saya, orang-orang yang seperti ini bukan karena tidak memiliki tujuan hidup, melainkan karena tidak pernah berpikir strategi apa yang ia gunakan untuk mengimplementasikan tujuan yang dimiliki.

Strategi adalah upaya untuk mencapai tujuan jangka panjang, melalui langkah-langkah taktis yang telah dirumuskan sesuai dengan target-target yang ingin dicapai. Pengertian strategi yang lain adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari seseoang dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh orang itu sendiri (Glueck dan Jauch, 1989). 

Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah merumuskan strategi itu sendiri. Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE