Jangan Langsung Dibuang, Manfaatkan Kulit Pisang Untuk Mengisi Ulang Baterai Primer

Manfaat lain kulit pisang yang berguna di kehidupan sehari-hari.

Siapa dari kita tidak mengenal buah pisang? Pisang adalah salah satu buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Pohonnya pun mudah kita temui di sekitar lingkungan tempat tinggal kita. Tekstur buahnya yang empuk, rasanya yang manis, dan banyak mengandung gizi yang baik bagi tubuh membuat pisang disukai dari segala kalangan. 

Buah pisang biasanya hanya dimanfaatkan daging buahnya saja, sedangkan kulit buahnya sedikit sekali dimanfaatkan. Ada yang memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan kosmetik atau sebagai panganan sampingan. Namun pada umumnya, kulit pisang ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk organik.Ternyata, manfaat kulit pisang lebih dari itu, loh. Sekarang ini, kulit pisang mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik melalui daur ulang baterai primer.

Menurut penelitian, kulit pisang ternyata mengandung kalium (K+) dan garam sodium yang mengandung klorida (Cl-). Reaksi antara keduanya akan menghasilkan senyawa kalium klorida atau KCl. Senyawa ini merupakan elektrolit kuat sehingga mudah terionisasi dan menghantarkan arus listrik.

Dari kandungan itulah, banyak orang yang mulai mengembangkan baterai daur ulang dari bahan kulit pisang yang ramah lingkungan. Mengingat, baterai konvensional yang beredar saat ini diketahui memiliki kandungan merkuri, timbal, dan logam berat lainnya yang dapat mencemari air dan tanah. Baterai dari kulit pisang ini diharapkan bisa menjadi solusi dari pencemaran limbah sekali pakai seperti baterai.


Bagaimana cara membuat baterai dari kulit pisang?


Baterai yang digunakan disini adalah baterai bekas tipe AA, sedangkan untuk kulit pisang yang digunakan berasal dari jenis Pisang Ambon. Cara membuatnya pun terbilang mudah.


  • Pertama, kita siapkan baterai bekas yang akan digunakan, lalu buka pelindung dan semua komponen baterai bekas. Gunakan gunting agar memudahkan proses pembukaan.

  • Kedua, keluarkan pasta baterai (pasta yang berwarna hitam) dari dalam baterai. Bisa menggunakan tusuk gigi atau batang lidi. Jangan sampai merusak batang karbon yang ada di baterai.

  • Ketiga, cincang kulit pisang yang akan digunakan kemudian tumbuk hingga halus dan menjadi seperti pasta. Ambil pasta kulit pisang yang sudah dihaluskan sekitar 3 gram. Sebuah kulit pisang bisa menghasilkan sekitar 27 gram pasta.

  • Terakhir, masukkan pasta kulit pisang yang sudah dipisahkan tadi ke dalam baterai. Padatkan pastanya dan isi hingga penuh. Lalu susun dan rapihkan kembali komponen-komponen baterainya. Baterai pun siap digunakan.


Kok bisa menghasilkan listrik?


Mari kita jelaskan secara kimia. Reaksi kimia yang terjadi dalam baterai dengan pasta kulit pisang ini terbentuk dari beberapa reaksi. Reaksi antara anoda dari batang karbon (C) dan klorida (Cl-) dari pasta kulit pisang, akan menghasilkan senyawa baru dan menyisakan satu elektron. Lalu, ada reaksi antara katoda seng (Zn) dengan kalium (K+) yang membutuhkan satu elektron agar bisa berjalan.

Kekurangan elektron pada reaksi kedua akan mengambil elektron dari reaksi pertama. Sisa elektron dari reaksi anoda karbon dan klorida tadi kemudian dikirimkan ke katoda agar katoda dapat bereaksi dengan kalium. Nah, perpindahan elektron dari anoda ke katoda inilah yang menimbulkan aliran listrik pada baterai.


Bagaimana hasilnya?


Hasil pengukuran dari alat voltmeter, baterai ini memiliki tegangan sebesar 0,1 Volt, lebih kecil dari baterai konvensional yang memiliki tegangan 0.8 Volt. Kemudian kuat arus yang dihasilkan sebesar 0,4 Ampere. Dengan tegangan dan kuat arus tersebut, baterai ini mampu menghidupkan sebuah jam dinding selama 26 x 24 jam.

Hasil yang didapat sangat memuaskan. Terlebih lagi, kita bisa membuat hingga sembilan baterai daur ulang dari sebuah kulit pisang. Inovasi ini sangat berguna bagi kelestarian lingkungan karena dapat mengurangi pencemaran air dan tanah akibat logam berat dari baterai konvensional.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Jakarta