Karena Orang Baik Pasti Berjodoh Dengan yang Baik Pula, Tulisan Ini Akan Membuatmu Membuka Mata

Di saat Mbak Dian Sastro and the gank punya pertemanan sehat yang malang-melintang di internet, kamu malah secara sukarela dikelilingi kebahagiaan pertemanan jahit seragam, pertemanan hamil, dan pertemanan ASI. Bahasan mengenai persiapan nikah, mengenai berantem-berantem lucu sama mertua baru, atau gejolak diskusi ASI ekslusif mengalir deras di grup-grup Whatsapp.

Advertisement


Semuanya heboh, seru, dan gegap gempita dengan fase barunya masing-masing. Di tengah itu semua, kamu nggak bisa bohong kalau di dalam hati rasanya ada sesuatu yang lumayan berisik dan mengusik. Apakah itu? Yaitu pertanyaan ke diri sendiri, “Kapan ya saya ada di fase mereka?”


Lebih dari sering orangtua mengingatkan dengan nada bertanya, “Kamu kondangan terus, kapan dikondangin dong?Seolah kita tampak kurang minat sama pernikahan, padahal aslinya sudah usaha kanan-kiri dan tanya sana-sini. Belum lagi pakde, bude, om, tante yang tiap ketemu kayak nggak nemu cara lain untuk membuka percakapan.


Kata-kata Pacarnya mana?” menjadi topik awal yang lumayan bikin kita jadi males sekaligus perut jadi mules. Rasanya pengen jawab “Mungkin calonku lagi bahagiain orang lain dulu, Tante. Nanti juga ke sini kalo udah waktunya.” Eaaaa!


Advertisement

Kadang capek juga ya ditanyain sama tukang jahit iseng, “Jahit seragam melulu, Mbak? Kalah banyak deh seragam anak sekolahan. Hihi.” Ya, senyebelin-nyebelinnya celetukan si tukang jahit, tapi dia ada benarnya juga. Gimana seragam kawinan nggak banyak kalau tiap weekend ada saja janur kuning yang melengkung. Beberapa kali lewat depan janur bawaannya mau teriak, “Nurrr, kapan melengkung buat gue sih?!”

***

Advertisement

Bukan, bukannya nggak ikut bahagia dalam keceriaan teman-teman yang lain. Cuma, ini adalah sesuatu yang juga sangat wajar dan manusiawi ketika kamu resah dan bertanya-tanya mengenai nasib kamu sendiri. Inget ya, realistis itu beda sama egois.

Di masa penantian yang rentan galau gini, biasanya diperparah dengan tiadanya pasangan yang menemani, alias jomblo, atau bahasa yang sering digunakan untuk denial adalah single. Rasanya tuh sepi banget, ke mana-mana lebih sering sendiri. Apalagi kalau lagi libur, mencari teman jalan mesti sabar-sabar karena rata-rata sudah pada ada rencana sama sang pacar atau keluarga masing-masing.


Tapi tenang saja jangan khawatir, sesungguhnya mereka-mereka yang masih pacaran itupun statusnya sama kayak kita yang masih single kok. Sama-sama tertulis di KTP ‘belum kawin’, lagipula bisa putus kapan saja, tanpa terikat tanggung jawab apa-apa. Kita ya baru beda level ketika salah satunya menikah. Haha. Setuju nggak setuju itulah kenyataannya.


Di tengah kesepian itu pasti kamu menunggu-nunggu kapan giliran kamu. Masa penantian itu penuh jebakan yang bikin kamu kadang mau nyerah, kadang mau pasrah, atau malah berdarah-darah karena inget lagi beberapa luka lama yang dikorek-korek sendiri saking nggak adanya kerjaan. Huhu, jangan begitu!


Menanti itu mesti hati-hati, boleh sambil lihat kanan-kiri, yang jelas tetap jaga harga diri.


Jangan sampai kamu menurunkan standar hanya karena lelah menanti dan ingin segera bersandar.

Kamu nggak perlu jadi perempuan yang lebih lemah hanya karena pria-pria suka sama perempuan manja. Kamu ga perlu jadi perempuan pura-pura bodoh hanya karena pria minder sama perempuan yang pendidikannya tinggi. Kamu juga nggak harus menggampangkan diri untuk menerima ajakan sembarang pria hanya karena kamu kesepian.

Ayolah, jangan pesimis! Menurunkan standar dan kualitas kamu itu bukan pilihan yang bijak dalam rangka mendapatkan pasangan hidup. Hal penting lainnya yang perlu kamu ingat adalah walaupun kamu sudah berusaha mati-matian melakukan ini itu dan perbaiki ini itu supaya menjadi yang terpilih, jangan sampai kamu repot-repot menjadi orang lain! Tetaplah jujur menjadi diri kamu sendiri dengan versi yang terbaik.


Karena sesungguhnya bukan cuma tugas kamu saja kok untuk meyakin-yakinkan dia agar dia memilih kamu. Kalau memang dia menemukan apa yang dia butuhkan di dalam diri kamu, dan kalau memang dia merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan, pasti dia akan melakukan usaha yang setara.



Karena di dalam hubungan, setidaknya kita butuh dua orang dewasa yang sama-sama berusaha.


***

Kadang mungkin kamu bingung kenapa ya kok kamu sendiri saja sementara teman-teman lain sudah menikah atau paling tidak, ada deh yang berminat. Padahal kalau boleh jujur dengan tambahan sedikit percaya diri alias GR, kayaknya banyak yang nggak secantik kamu, nggak sepintar kamu, dan nggak seasyik kamu. Tapi kenapa ya mereka lebih dulu ‘laku’ sementara kamu masih menunggu?

Tentunya nggak terhindarkan lagi kondisi di mana kamu jadi sering bertanya-tanya apa gerangan yang kurang dari diri kamu sendiri. Apa kamu kurang menarik? Mungkin kurang asyik? Atau kurang baik? Semua pertanyaan itu berputar di kepala sambil kecipratan rasa yakin bahwa kamu sudah coba melakukan yang terbaik. Duh, mau ketawa tapi kok rasanya kecewa, mau ikhlas tapi kok ya malas, dan mau nggak baperan tapi kok ya penasaran.


Yang perlu kamu tahu, menjadi sendiri tanpa pasangan seperti sekarang ini adalah satu dari banyak hal yang bisa bikin kita lebih dewasa, lebih kuat, lebih mandiri, dan bikin kita lebih melek sama kehidupan. Iya, hidup ternyata nggak selalu seindah bayangan dan rencana-rencana kita.


Hidup juga nggak sesederhana 2+2 = 4, yang hasilnya pasti. Bisa saja kamu sudah nyoba sebaik yang kamu bisa, tapi sayangnya nggak pernah ada jaminan kamu akan serta merta dapetin apa yang kamu usahain. Atau malah bisa saja kamu nggak seniat itu ngusahain sesuatu, eh ternyata justru kamu dapet saja gitu tanpa disangka-sangka. Jangan bingung, hidup suka se-random itu, memang.

***

Di sisi lain, pengalaman belum dipilih seperti sekarang ini juga melatih kita untuk nggak gampang kecewa. Orang yang gampang kecewa itu sungguh rapuh dan pastinya rajin ngeluh. Ya gimana dong, 'kan nggak mungkin kamu berharap dunia ini selalu mulus seperti pipi Raisa, nggak mungkin juga semesta selalu melindungi ego kamu, atau umat manusia bahu membahu menjaga perasaan kamu? Pastilah, jarang maupun sering kita akan senggolan sama yang namanya rasa kecewa di dalam hidup.


Jadi, bersyukurlah kamu kalau pernah menjadi bukan pilihan. Hitung-hitung latihan menghadapi kekecewaan-kekecewaan lainnya di depan nanti.


Sementara menunggu, kamu mesti tetaplah sibuk dengan hal-hal positif yang inspiratif. Ngapain? Ya, ngapain kek. Bisa berprestasi di kantor, aktif di masyarakat, terlibat di komunitas sosial, dan masih segudang lagi pilihan baik lainya. Begitu pikiranmu kembali jernih, coba perhatikan baik-baik, deh! Ternyata ada lho hal yang lebih penting daripada sekadar terpilih atau belum terpilih jadi pasangan seseorang, yaitu tentang menjalani hidup sebagaimana mestinya dengan sebaik mungkin, terlepas dari kamu sekarang sudah sama pasangan atau masih sendiri.

So, ayo jadikan masa penantianmu sebermanfaat mungkin supaya kelak tiba saatnya pasangan kamu hadir, dia tahu bahwa dia memilih orang yang tepat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Karena tulisan adalah rekaman pikiran dan perasaan.

CLOSE