Gagal SNMPTN? Janji Allah Itu Pasti!

Sebuah kemajuan yang dilakukan oleh orang lain, bukan berarti sebuah kegagalan bagimu -Budi Waluyo

 

Advertisement


"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah: 216)



"Berdoalah kepada-Ku pasti Aku kabulkan untuk kalian." (Q.S. Ghafir: 60)


Sekarang… udah pengumuman SNMPTN dan SPAN-PTKIN. Gimana hasilnya, temen-temen? Kalau temen-temen keterima alhamdulillah, kalau tidak jangan berkecil hati. Allah punya jalan dan caraNya sendiri buat temen-temen, hambaNya yang yaat.

Advertisement

Gini, gue mau cerita. Lulus SMA, gue juga punya cita-cita seperti temen-temen semuanya. Pengen kuliah di sini, lewat jalur ini. Tapi Allah gak kasih. Sedih? Udah pasti. Down? Iya juga.

Saat itu, gue gak lolos SNMPTN. Yaudah gapapa. Karena gue pikir SNMPTN itu hoki-hokian, dan waktu pengumuman SNMPTN, posisi gue lagi di Bandung. Lagi ngejar cita-cita gue buat sekolah di kedinasan, IPDN. Yes IPDN! Institusi yang dulu dikenal sebagai institusi tukang pukul. Tapi sekarang udah gak dong yaaaa hehe.

Advertisement

Gue udah berharap banget sama IPDN ini. Jadi harus fokus, jangan pikirin kegagalan SNMPTN! Tahap demi tahap udah gue lewati. Dan akhirnya di tahap psikotes -tahap sebelum pantukhir- gue dinyatakan gagal, gak lolos. Sedih dong gue? Jelas. Ini mimpi gue sejak SMA. Dan berasa hancur gitu aja. Karena kegagalan itu, gue jadi orang yang pendiem. Gue belum bisa nerima kegagalan gue. Dan lu tau apa yang bikin tambah gue frustasi? Setiap tes yang gue jalani, gue selalu gagal di tahap psikotes (tes BCA gue gagal di sini juga). Sampai pada fase dimana gue mikir, apa ada yang salah sama psikologis gue? Ya, gue sampe berada di fase itu. Yang akhirnya gue sampe tanya-tanya psikolog, dan beli buku-buku psikotes. Banyak banget! Walaupun gue gak tes psikotes dimanapun, tapi gue beli buku psikotest itu. Iya! Saking frustasinya.

Singkat cerita, gue keterima kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta prodi Hukum Pidana Islam lewat jalur SPAN-PTKIN. Meskipun gue gatau, ini prodi belajar apa?! Gue tetep daftar ulang di sini. Dan pada saat keputusan itu, gue cancel tes SBMPTN gue. Padahal udah daftar. Kenapa? Karena gue belum bisa move on dari IPDN. Jadi gue pikir, yang penting gue kuliah, dimanapun itu, jurusan apapun itu. Gak peduli! Ya!! Kehidupan dan rencana-rencana indah yang udah gue bangun, hancur.

Alhasil, selama satu tahun kuliah di UIN Jakarta, gue cuma jadi kupu-kupu, kuliah pulang kuliah pulang. Gue masih berat hati buat ngelepasin mimpi IPDN gue. Sampai selama dua tahun di UIN, pikiran gue masih IPDN. Setiap binder kuliah, gue tulisin IPDN IPDN dan IPDN. Gue jadiin foto seragam IPDN jadi wallpaper hp gue. Gue shalawatin tiap buka dan liat foto itu, sampe dua tahun lamanya. Hingga akhirnya gue ikut tes IPDN lagi.

Gue minta sama Allah, "ya Allah, kalau rezeki gue di IPDN, tolong terima gue di IPDN tahun ini. Jangan nunggu sampai tahun ketiga baru keterima. Kalau ternyata tahun ini gagal lagi, berarti Engkau nakdirin gue buat kuliah di UIN Jakarta." Ya, begitulah kontrak gue sama Allah.

Dan akhirnya apa? Tetep! Gue gagal lagi di IPDN. Ya, gagal! Tapi justru kegagalan kedua ini awal dari semuanya. Mulai dari sini, gue mau bangkit. Lepasin mimpi gue sekolah di IPDN. Berat? Iya. Tapi gue percaya sama Allah. Kontrak udah ditandatangani. Dan jawabannya, Allah gak lolosin gue di IPDN. Artinya, takdir gue di sini, UIN Jakarta. Tapi gue gamau dong lepas gitu aja, gue minta keringanan sama Allah, "ya Allah, gapapa gue gak kuliah di IPDN. Tapi tolong ya Allah kasih gue kesempatan buat foto pake seragam IPDN. Tolong." Karena gue belum foto di gedung IPDN. Dulu gue mikir, ah nanti juga gue sekolah di sini. Dan ternyata itu tidak terjadi;(

Setelah itu… Kuliah gue di UIN Jakarta sudah mulai membaik. Binder gue sudah tulisan materi, bukan kata-kata IPDN lagi. Hingga akhirnya gue bertemu dengan dosen yang mengajari gue nulis, bergabung komunitas yang bisa ngasih feedback positif buat gue.

Ya, di tahun ketiga, kehidupan kuliah gue di sini mulai membaik. Berkat bimbingan dosen gue di atas, gue bisa nerbitin tulisan di jurnal dengan judul Negeri Ini Belum Siap Berdemokrasi dan Pemberlakuan Sistem Lelang Jabatan di Indonesia. Kebetulan? Enggak. Ini udah rencanaNya.

Di lain sisi, gue juga di sini jadi debater. Iya, gue seringkali mengikuti lomba debat hukum berkat komunitas yang gue ikuti di atas. Gue juara 2 lomba debat hukum di Fakultas, semi finalis debat hukum Diponegoro Law Fair 2018, juara 2 debat konstitusi MPR RI Regional DKI Jakarta tahun 2019, dan penyisihan debat hukum Padjadjaran Law Fair XI 2019. Kebetulan? Bukan. Udah rencanaNya. Dari gue yang pendiem, sampe gue jadi debater!!

Dan satu lagi, inget doa gue yang minta foto pake seragam IPDN? Alhamdulillah, Allah gak kabulin. Tapi kamu tahu, Allah ganti pake apa? Allah ganti gue foto pake seragam kedinasan kelautan. Sama-sama seragam, sama-sama keren yakan? Iya! Seneng? Tentu. Allah lagi-lagi nepatin janjiNya ke gueeee. Alhamdulillah..

Kalau gue sekolah di IPDN, apa mungkin gue bakal bisa nulis? Bisa ngomong di depan banyak orang? Jadi Ketua Umum Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta DKI Jakarta? Jalan-jalan menikmati keindahan alam Indonesia? Belum tentu!

Jadi temen-temen.. Apapun hasil kerja keras, usaha, dan doa temen-temen, selalu ingat! Allah punya rencana yang terbaik buat temen-temen. Kalo belum sekarang, mungkin nanti. Semangat! God bless you!!

Terus kejar kesuksesan di jalan yang Allah berikan. Yakinlah! Setelah kesulitan, ada kemudahan. Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah airmata.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Generasi 1998 menuju sumpah advokat 2023. Meminati isu hukum, politik, dan pemerintahan. Kerap melakukan kunjungan ke berbagai daerah untuk menikmati keindahan alam.

CLOSE