#JarakMengajarkanku Memori yang Harmoni Tercipta Lantaran Jeda

Perihal jarak ini, aku lebih suka menyebutnya jeda.

Pertama kali aku sadar bahwa kita akan terjebak bersama seumur hidup, aku terbayang seberapa banyak kebosanan yang akan muncul. Aku mudah bosan, kamu tahu itu. Sudah banyak permainan aku pasang di telepon genggamku untuk kemudian aku hapus dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Kamu sangat tahu itu.

Advertisement

Beberapa kali dalam setahun, aku juga mengubah tata letak ruanganku. Tentu saja kamu juga tahu itu. Tapi tetap saja, pada lembaran takdir tertulis bahwa kita terjebak bersama seumur hidup seolah tidak peduli dengan kecenderunganku yang mudah bosan.

Sampai suatu hari, ada yang hadir di antara kita. Kamu pergi, menciptakan ruang sela di antara setiap temu. Ada jarak fisik ribuan kilometer yang memisahkan raga kita. Apakah kemudian aku bahagia karena kebosanan bisa dihindari? Tentu saja tidak.

Rasa kecewa menyelimutiku ketika tahu kamu akan pergi. Dan rasa itu tidak berangsur pudar meski sudah beberapa kali perpisahan aku lewati. Dia datang lagi dan lagi, tidak peduli sesering apa jarak memisahkan atau sesakit apa hati. Selalu ada air mata yang tertahan setiap kali aku mengantarmu pergi. Selalu ada ketidakrelaan berpisah denganmu. Tapi bisa apa aku? Perihal jarak ini, aku bukan orang yang ahli untuk menghadapinya.

Advertisement

Dan karena perihal jarak ini, aku memiliki hubungan benci dan cinta dengan stasiun, terminal, ataupun bandara. Aku membencinya karena di tempat-tempat itu aku melihat punggungmu semakin menjauh. Suaraku akan memelan karena air mata dapat turun kapan saja sedang kau pernah berkata kepadaku untuk selalu tegar dan tidak menangis pada setiap perpisahan.

Tapi aku juga menyukainya karena ruang sela antara kita tidak lagi ada. Jari-jemari kita akhirnya menemukan waktu untuk saling bertaut melepas rindu. Dan hanya pada tempat-tempat itu, aku menemukan harapan untuk dapat bertemu.

Advertisement

Dan karena perihal jarak ini, setiap akhir temu kau peluk erat aku. Dan aku akan menatapmu lekat-lekat untuk mengukir setiap inci raut wajahmu di ingatanku. Sebuah cara yang kita yakini dapat merekam memori untuk waktu yang cukup sampai temu menyatukan kita lagi.

Tapi harus aku akui perihal jarak ini, aku menyukainya. Karena saat-saat bersamamu menjadi berharga untuk mencipta memori bersama. Tanpanya, aku tidak mengenal jeda untukku yang mudah bosan. Seperti halnya sebuah kalimat yang membutuhkan spasi agar dapat terbaca, jarak antara kita adalah jeda untuk mencipta memori menjadi harmoni yang tidak membosankan.

Karenanya, meski menyakitkan, jarak mengajarkanku bahwa memori yang harmoni dapat tercipta lantaran jeda yang menjelma jarak. Terima kasih sudah menciptakan jarak itu.

Oiya, satu lagi, terima kasih sudah mau terjebak seumur hidup denganku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat langit biru dan rangkaian kata yang tercipta oleh rindu.

CLOSE