Kala Hati Masih Bisa Ikhlas Walau Disakiti Janji di Atas Ingkar. Tuhan Pasti Menyiapkan Sosok yang Lebih Baik

Siapapun orangnya, aku belum dapat menduganya.

Sebenarnya aku ingin bertahan pada kesendirian yang setidaknya memberiku ruang untuk dapat merenung dan menjaga pikiranku soal pasangan. Setelah cintaku tidak pernah mendapat sinyal baik dari orang yang sempat aku suka, aku memutuskan untuk beranjak menemukan cinta yang lain, satu cinta yang bisa berubah menjadi saling cinta.

Apabila diam mengganggu tenang, ungkap mematikan angan, dan bertahan tak memberi titik terang. Berarti sudah saatnya untuk menentukan langkah baru.

Sebenarnya temu itu tidak pernah kuharap menjadi rasa sayang. Hanya saja, kamu begitu pandai dalam mengombang-ambingkan hatiku sehingga lupa akan pendiriannya. Kamu sudah mampu mengubah perasaanku dengan caramu. Kelingkingmu seolah tiada ragu mencari kelingkingku untuk mengukir janji.

Lalu kalimat cinta yang kau bisik semakin melemahkan keputusan yang telah aku tetapkan. Aku percaya kamu bisa meniadakan sendiri yang tengah aku jalani.

Aku dan kamu kemudian menjadi satu, yaitu sepasang kekasih. Kita melalui berbagai peran yang ditakdirkan. Termasuk melewati setiap alur yang berisi keluh-kesah dan dialog-dialog hitam yang menuntun kepada pertengkaran kecil. Namun entah bagaimana bisa, sosokmu tetap menjadi insan penyusun interpretasi bahagia bagiku.

Saat jatuh cinta, asam-pahit perjalanan yang menyertainya seperti bumbu  masak yang justru melengkapi rasa untuk memperoleh nikmat.

Hal yang bersama kita membuat aku berjanji agar sebisa mungkin untuk tidak membentuk kesalahan yang dapat melukaimu. Sebab, asal kau tahu bahwa sebelumnya aku pernah berada pada kondisi patah hati begitu hebat. Aku harap kejadian menyakitkan itu tidak terjadi menimpamu, apalagi jika aku yang menjadi penyebabnya.

Memilihmu sebagai sebuah komitmen yang perlu aku pegang teguh pada akhirnya menjadikanku lebih bertanggung jawab. Bahkan aku sama sekali tidak punya niat sedikitpun untuk melirik ke arah lain. Menurutku sudah tidak ada lagi alasanku mencari orang yang lebih baik. Ini karena sebuah temu antara aku dan kamu merupakan bagian terbaik dalam jalan hidup, pada saat itu.

Loyalitas yang diperjuangkan kadang kala harus kalah dengan takdir yang sudah tertulis. Iya, kisah kita sangat sebentar. Peluk yang dulu bukan hanya memberi senang melainkan juga rasa tenang, seketika hilang. Keputusanku untuk bersamamu terlihat seperti kesalahan. Tapi aku justru percaya bahwa tidak ada yang salah dalam garis hidup. Kita ada dalam skenario perjalanan ini bukan hadir dengan kebetulan.

Kita saling mengenal dan bersama juga bukan tanpa alasan. Hanya saja mungkin ini memang rencana Tuhan yang indah untuk hidupku, pun hidupmu. Maka di sini aku cuma butuh berjuang agar luka hati yang sempat tergores ini tidak merusak semua rencana baik yang telah tertuliskan. Aku yakin, Tuhan tidak sedang bercanda kala menciptakan kasih di antara kita.

Tidak pernah habis terpikirkan olehku tentang mengapa terlalu cepat kita menetapkan arah yang bersimpang. Kita tidak lagi searah. Meski sejujurnya aku masih mau bersamamu karena aku terlanjur menyayangimu. Sehingga dengan begitu, aku menganggap bahwa perjuangan menjadi opsi prioritas.

Aku ingin memperjuangkanmu semampu yang aku bisa lakukan. Aku bertahan pada situasi setia dan rindu. Memaksa temu tanpa wacana kulalui demi meyakini hati. Barangkali kamu akan kembali, menemaniku menulis sejarah agar ruang dan waktu tidak terbuang percuma.

Namun realitanya kita sudah tidak bisa saling mengikat satu sama lain. Berpisah sukses mencairkan air mata yang merasa gagal, melumpuhkan kaki hingga merasa tak sanggup lagi untuk berdiri. Bagai orang yang tak berdaya, hatiku benar-benar hancur.

Usai adalah alternatif terakhir dari sebuah kekecewaan.

Kehilangan dan perpisahan yang barang tentu menjauhkan jarak ini terjadi sebagai akibat masih ada rahasia di balik cinta yang kaupunya. Tapi, kalaupun kenyataannya bukan aku yang menjadi pilihan, maka dapat aku pastikan tidak akan ada sesal yang menetap di hidupku.

Yang terpenting aku telah memberikan cinta terbaikku, cinta yang penuh ketulusan, cinta yang selalu jujur, dan cinta yang membuatku selalu menerima apapun keadaanmu. Lekas hatiku pasti sembuh dari luka tanpa meninggalkan kebencian yang menyertainya, waktuku terbatas untuk bahagia. Inilah fase terberat kala kisah berakhir, hati hanya perlu mengikhlaskan, bukan melupakan.

Cinta ini membuat aku mengerti bahwa kita tak bisa bersama karena tak ingin mematahkan hati yang lainnya. Sungguh aku senang melihatmu senang meski bersama orang yang bukan aku. Selama ini pun aku telah kebal memandang kedekatanmu. Semoga kamu tidak lagi berbuat curang terhadap siapa saja, dengan begitu kamu bisa berikan hatimu secara utuh.

Cinta terbaik adalah cinta yang mampu menekan ego atas mencari bahagia sendiri tanpa peduli perasaan orang lain.

Aku sadar, mungkin aku terlalu terbuai akan iming-iming cinta yang sebetulnya keliru. Jujur, ketika aku dan kamu masih bisa dipanggil kita, aku yang sangat berharap terlalu tinggi pada hadirmu menjadikanku semakin sayang. Lalu situasi itu malah semakin menyadarkanku, aku hanyalah teman yang kamu pinjam kala merasa sepi.

Seolah tidak pernah ada kita. Seakan kejelasan status cuma impian manis, kamu justru menggantungnya. Kamu dengan santai mengacuhkanku jika sedang tak sedang sendiri. Meskipun aku sungguh cinta, belum tentu kamu juga. Karena walau janji cinta itu ada, namun ingkar masih dapat berdiri di atasnya berbarengan dengan ragu.

Sekarang, kamu memang pernah membunuh bahagiaku. Meredupkan cerah yang biasa ada dalam pagiku. Serta meriuhkan malam yang dulu setia memberi tenang. Tapi, biarlah kamu kujadikan masa lalu yang tak perlu kubenci, tak pantas kukenang, tak patut kulupa. Kamu hanyalah masa lalu yang seharusnya aku lepaskan.

Sakitnya masa lalu tak layak membuat kita bersembunyi dan merasa terasingkan semesta.

Kali ini aku hanya dapat menanti agar aku bisa kembali bertemu seseorang yang bisa membuatku jatuh cinta. Seseorang yang dengan senang hati berusaha membenahi hatiku lalu merawatnya secara wajar, sehingga luka yang pernah ada sebelumnya akan pudar lalu menghilang tanpa bekas.

Siapapun orangnya, aku belum dapat menduganya. Semoga dia mempunyai pemikiran untuk saling mengerti arti memiliki dan mempertahankan sesuatu hal yang ditunggu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pria kelahiran 25 Januari dengan talenta sederhana, pecinta film thriller/horror/action, penyuka musik ballad, pencurhat lewat tulisan, perupa lewat lukisan.