Kamu Sih Punya Pikiran Kerdil, Wajar Sibuk Ngurusin yang Gak Penting!

Terus terang saja, siapa sih yang suka dibilang punya pikiran kerdil? Atawa jiwa yang kerdil.

Kita pasti marah kalo bangsa yang hebat ini dibilang bangsa yang kerdil oleh bangsa lain. Setuju gak? Gak tahu deh, belum tentu sih. Bisa ya, bisa gak.

Terus kenapa yang dipake istilah kerdil? Gak ada istilah lain apa?

Advertisement

Emang sih, kerdil mungkin maksudnya kecil. Kecil itu lawannya besar. Berarti soal kerdil, soal ukuran dong ya. Ukurannya kerdil, berarti ukurannya kecil. Terus, apanya yang kecil, yang kerdil? Ahhh, ada-ada aja bikin istilahnya. Kerdil. Pikirannya. Atawa jiwanya kerdil gitu.

Kok bisa dibilang pikiran kerdil atawa jiwa kerdil? Apa sebabnya coba?

Bisa jadi, kerdil atau tidak itu berkorelasi dengan kebiasaan. Semakin biasa kita berpikir kerdil ya begitulah jadinya. Semakin biasa berjiwa kerdil, ya gitulah yang terjadi. Jadi, kapan kita punya pikiran dan jiwa yang besar.

Pantesin, kita sering pusing atawa galau. Bisa jadi, karena kita terlalu sibuk sama urusan yang kecil-kecil. Jadinya kerdil deh. Gak tahu kenapa sih kta suka ngurusin yang kecil-kecil. Gak mutu, dan gak substansi. Serem juga ya.

kasihan aja ama mereka pemilik pikiran dan jiwa yang kerdil. Mereka TAKUT pada hal-hal yang gak beralasan. Sekali lagi, kasihan banget ya kalo pikiran kerdil, jiwa kecil.

Advertisement

Kok seneng ama urusan kecil, maksudnya apa ya?

Iya itu yang kecil-kecil suka kita jadiin urusan. Kesel sama tukang parkir yang seenaknya. Ngurusin pembantu di rumah yang kerjanya lamban. Mikirin Presiden yang katanya suka pencitraan. Sampe sibuk ngurusin Gubernur yang kerjanya marah-marah melulu. Dan hal yang kecil-kecil lainnya. Ahhh, itu mah urusan kecil doang.

Sayang banget, kalo memori pikiran kita yang begitu besar dipake untuk urusan yang gak terlalu berguna. Capek sama urusan kecil yang dipikirin terus-menerus. Gak ada abis-abisnya.

Ibarat komputer, sayang banget memorinya kita pake buat file-file yang gak berguna, yang semakin lama menghabiskan kapasitas memori. Akhirnya, file-file penting malah gak lagi bisa kita simpan. Sayang banget ya. Kerdil banget jadinya …

Advertisement

Ya, kerdil. Pikiran atawa jiwa yang kerdil. Sibuk ngurusin yang kurang berguna. Ngurusin file-file yang gak penting. Sementara masih banyak file-file penting yang bisa kita buat. Untuk diri sendiri atau buat orang lain. Ketimbang berpikir kerdil. Ini gak bisa, itu gak mungkin. Pemimpin jelek, pejabat ngawur. Duhh, capek bangett rasanya.

Terus gimana dong harusnya?

Ya gak gimana-gimana sih. Mau kerdil boleh, gak juga boleh. Terserah saja. Tapi biasanya, pikiran kerdil cuma menghasilkan kegelisahan. Kita jadi terganggu dengan hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak akan berakibat apa-apa bila diabaikan. Untuk apa kita kecewa pada keadaan. Mau sampe kapan? Berpikir kerdil, pikiran negatif. Gak abis-abis. Kan masih banyak yang lain yang bisa kita kerjakan. Masih banyak hal yang produktif yang bisa kita kerjain kok …

Sayang ahh. Kasihan sama memori pikiran kita yang besar. Buat apa takut kalo sebenarnya kita berani bergerak. Buat apa pesimis kalo di depan masih banyak harapan yang bisa diperbaiki. Buat apa merasa gagal padahal kita pernah mengukir keberhasilan yang luar biasa.

Sekali lagi sayang banget, kalo rasa sedih mengendap lebih lama daripada rasa gembira yang pantas kita ukir. Maka, jangan biarkan pesimisme menghancurkan optimisme yang sudah ada di depan mata kita.

Sahabat, sudahlah. Berhenti untuk berpikir kerdil, berjiwa kecil. Gak ada manfaatnya. “Dreaming is the first step that you have to make. While, the act is the next step that you have to do – Bermimpi adalah langkah pertama yang yang harus anda buat. Sedangkan bertindak adalah langkah selanjutnya."

Katakan saja dalam hati, gak ada ruang yang cukup untuk pikiran kerdil, jiwa yang kecil. Kita gak pantas terjajah oleh pikiran yang kerdil. Sama sekali gak pantas. Karena KITA lebih besar dari perasaan yang kita miliki, dari pikiran yang kita benamkan. Kerdil, sayang banget kalo bikin kita sampe “mati rasa”. Sayang banget, kita hidup di zaman MERDEKA, tapi pikiran dan jiwa kita TERJAJAH.

Udah ahh, segitu aja. Biar kita gak kerdil lagi …. #Jauhi piikiran dan jiwa kerdil.

#BelajarDariOrangGobok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

CLOSE