Karena Segala Sesuatu Itu Ada Batasnya, Termasuk Dalam Hal Menunggu!

Setiap orang pasti pernah mencintai seseorang diam-diam, begitu pun diriku. awalnya hanya memperhatikannya diam-diam hingga tanpa menyadarinya aku sampai pada titik sulit untuk melupakan. rasa ingin memiliki itu tentu saja ada. tapi bagaimana jadinya jika yang kuperhatikan diam-diam itu tidak sependapat denganku. ya meskipun menyakitkan hingga membuat sesak dada, tapi tetap saja aku memantapkan hati padanya.

Bagi seorang perempuan memang lebih baik dicintai daripada mencintai (katanya tere liye). tapi nyatanya aku masih saja menaruh hati padanya, yang sudah jelas hatinya entah ke mana. aku selalu berharap bisa bertemu dengannya. tidak mengapa jika tak bisa bertukar kata, karena hanya melihatmu saja aku sudah begitu senang. merindukanmu dalam diam itu, sungguh aku tak menginginkannya.

Betapa bodohnya diriku, yang selalu merawat rindu denganmu. sedangkan kamu belum tentu rindu padaku bahkan tak sekalipun kamu merindu. tapi lebih bodohnya lagi, aku tidak mempunyai keberanian untuk mengatakan bahwa aku sangat merindukanmu. bagaimana aku akan mengerti dirimu, mengatakan say hello saja mulutku terasa kaku saat berhadapan denganmu.

Aku sibuk membuat drama indah tentang kita, tapi nyatanya drama indah itu hanya ada dalam kepalaku saja. sekalipun drama indah itu tidak pernah terwujud, tapi aku berharap ada satu bagian dari drama indah itu dapat kulakukan denganmu. jika tidak bisa mengatakan rindu padamu sama saja aku membodohi diriku sendiri bahwa aku menginginkanmu.

Aku selalu menhabiskan hari dengan memikirkanmu. memaksa diriku agar terlihat baik didepanmu dan menutupi diriku yang sebenarnya. melakukan hal yang bertolak belakang dengan kepribadianku. bukan hal ini yang kuinginkan tapi jika itu inginmu akan kulakukan. mungkin ini yang namanya pengorbanan.

Aku terlalu sibuk memakai topeng untuk bisa memasuki duniamu, hingga aku tidak menyadari bahwa ada seseorang yang juga berkorban demi diriku. ia mencoba yang terbaik untuk tampil di hadapanku. ia melakukan semua hal hanya untuk membuatku tertawa. tapi entah kenapa aku masih saja tidak luluh. kenapa aku lebih menaruh hati kepada orang yang sering membuatku menangis sedangkan ada seseorang yang selalu membuatku tertawa. mungkinkah hati manusia memang dirancang demikian?.

Tapi memang segala sesuatunya ada batasnya, termasuk dalam hal menunggu. jika menunggu adalah bagian dari pengorbanan, maka aku pikir sudah saatnya berhenti. karena percuma aku selalu menunggu jika aku tidak pernah mengatakan rindu padanya. karena memang bagi seorang perempuan lebih baik dicintai daripada mencintai. itu pendapatku, kalau kamu mempunyai pendapat lain aku tidak peduli.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat Kopi, Musik dan Hujan

20 Comments

  1. Pipit Dimasaja berkata:

    Amin ya robal alamin

  2. Angky Wulandari berkata:

    Iya gak Afriana Putri AS??

  3. Sama dgn kisahku saat ini.. menunggu selama kurang lebih 3 tahun. Tp blm ada titik harapan yg cerah.. tp setidaknya sdh pernh berusaha…..

  4. Afriana Putri AS berkata:

    Haha, no comment. Yg pasti pengen berhenti tapi belum bisa.