Pengalaman Tak Terlupakan Mendaki Gunung Andong dan Tentang Lebih Menikmati Hidup

Kini kegiatan mendaki gunung bukanlah hanya sebuah hobi semata melainkan sebuah kewajiban yang harus dijalankan paling tidak sekali dalam hidup. Setidaknya begitulah menurutku. Bagiku, mendaki gunung adalah salah satu cara ku untuk menikmati hidup.

Aku selalu ingin pergi mendaki gunung bersama teman-teman, menikmati momen-momen kebersamaan saat perjalanan menuju lokasi gunung, saat pendakian, saat berada di puncak dan saat setelah semua kegiatan pendakian gunung selesai. Ya aku selalu menginginkan hal itu.

Kini di umur yang sudah menginjak 20 tahun, akhirnya keinginan untuk mendaki gunung pun terkabulkan. Di pertengahan kuliah semester 4 kemarin tepatnya tanggal  24 April 2019, teman-teman di kelas merencanakan untuk pergi mendaki salah satu gunung di Jawa Tengah, Gunung Andong. Banyak yang bilang gunung yang terletak di antara Ngablak dan Tlogorjo, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, ini tidak bisa di kategorikan sebagain gunung karena ketinggian dari "Andong" ini yang masih di bawah 2000 mdpl. Bodo amat lah kata ku, meski hanya setinggi 1726 mdpl, yang penting bisa naik gunung dan bareng teman-teman. Lagi pula aku adalah seorang pemula. Setelah membuat grup whatsapp dan mencari teman yang mau ikut dan ternyata tidak ada lagi, akhirnya kami yang beranggotakan 9 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Alasan kenapa cuma ada 1 orang perempuan adalah karena 1 orang perempuan lagi medadak ada urusan dan tidak bisa di tinggal. Jadilah kami ber-9 laki-laki dan 1 perempuan paling cantik di kelompok ini berangkat ke Andong pada tanggal 1 Mei 2019.

Sampai di hari H, kami pun berkumpul di salah satu kosan teman kami terlebih dahulu sekitaran pukul 1 siang untuk sama-sama packing kebutuhan untuk pendakian kami. Setelah semua persiapan selesai, tepat pukul 4 sore kami semua berkumpul dan berdoa untuk kelancaran dan keselamatan kegiatan kami kepada Allah swt. Selanjutnya gas langsung menuju Gunung Andong.

Perjalanan yang kami tempuh untuk sampai basecamp terbilang cukup lama sekitaran 4 jam. Ini karena motor yang di kendarai oleh teman saya mogok dan mengharuskan kami semua berhenti sejenak untuk memperbaiki motor tersebut. Tentu saja hal ini bukan lah sebuah masalah besar bagi kami semua, toh kita semua bisa sambil beristirahat, bahkan ada juga yang mampir ke warung makan untuk makan malam.

Setelah motor sudah bisa kembali di nyalakan, kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju basecamp dan sampai pada pukul 8 malam. Selanjutnya kami beristirahat sejenak sambil ngobrol dan bercanda tawa di temani segelas kopi panas yang sangat pas di nikmati pada malam hari bersama teman-teman di kaki gunung. Kami beristirahat sekitar 1 jam. Tepat pukul 9 malam kami pun mulai bersiap untuk mendaki. Kami berkumpul kembali dan berdoa bersama-sama untuk kelancaran dan keselamatan kepada Allah swt. Lalu kami berjalan kearah loket administrasi untuk membayar biaya dan menuliskan nama dan asal masing-masing. Ini merupakan salah-satu prosedur yang harus dilakukan agar bisa naik ke puncak Andong. Dan saya rasa tidak hanya di Gunung Andong saja, tetapi di gunung-gunung lain pun pasti ada prosedur yang seperti ini juga.

Singkat cerita kami sampai di depan gerbang Pendakian Gunung Andong via Sawit dan memulai pendakian kami. Baru mendaki sejauh 100 meter seorang teman saya yang perempuan udah merasa kecapean dan sempat berfikiran untuk turun dan membatalkan pendakiannya. Wajar saja karena ini baru pertama kalinya ia mendaki gunung sama sepertiku. Namun teman-teman yang lain memberi semangat kepadanya dan mengatakan “ayolah ntar kalau udah di puncak bakalan puas lho dengan pemandangannya”. Kemudian ia pun bangun kembali dan melanjutkan pendakian.

Selama pendakian kami banyak sekali berhenti untuk beristirahat. Karena kebanyakan dari kami adalah pemula yang baru beru pertama kali naik gunung termasuk aku hehehe. Banyak momen-momen menyenangkan terjadi saat pendakian ini, dan yang paling aku ingat adalah dimana teman kami yang perempuan tadi sudah mulai terbiasa dan mengejek teman kami yang lain karena terlalu sering meminta untuk beristirahat. Tentu saja itu hanyalah sebuah candaan dan menurut ku itu sangatlah menyenangkan melihat teman-teman masih bisa saling bercanda meski sedang kelelahan karena mendaki gunung.

Setelah memakan waktu kurang lebih 3 jam, kami pun tiba di puncak Andong. Dan benar saja keluh kesah selama pendakian terbayarkan dengan pemandangan yang di berikan oleh puncak Andong ini. Pemandangan lampu-lampu kota yang terlihat dari puncak dan kerlap kerlip bintang terlihat sangat indah dimata kami semua.

Selanjutnya kami pun membagi tugas. Ada yang mendirikan tenda, ada yang menyiapkan perlengkapan masak untuk membuat mie instan, ada juga yang membantu dengan menerangi menggunkan head lamp saja. Setelah selesai membangun tenda, kami pun mulai makan mie instan yang juga sudah selesai. Sama-sama kami menikmati makanan sederhana namun nikmat ini.

Terpaan angin malam yang sangat dingin membuat sebagian dari kami tidak tahan dan ingin segera tidur di dalam tenda, sebagiannya lagi memilih membuat kopi dan tetap berada di luar tenda lebih lama lagi. Tepat puku 3 dini hari, kami semua masuk kedalam tenda untuk tidur karena nanti nya ingin melihat matahari terbit di puncak Andong. Namun tidak dengan ku. Aku tidak bisa tidur dengan tenang karena aku merasa terlalu sempit di dalam tenda dan akhirnya aku memilih untuk tiduran diluar menggunakan sleeping bag sebagai alas dan memandangi bintang-bintang dilangit sambil menunggu matahari terbit.

Selama aku terjaga dan memandangi bintang-bintang, terpikirkan oleh ku bahwa aku belum pernah menyaksikan bintang jatuh secara langsung. Kemudian boom! Bintang jatuh terlihat oleh kedua mata ku dan entah mengapa ini sangat membuat ku bahagia. Ini adalah momen yang ga akan pernah aku lupain.

Pukul 5 pagi, secercah cahaya mulai terlihat dari balik awan dan terlihat semakin tinggi. Ya itu adalah matahari yang sedang terbit. Kemudian aku membangunkan teman-teman ku dan bersama-sama menyaksikan sunrise yang sangat indah dari puncak Andong. Kami pun bergantian mengambil foto sampai pukul 8 pagi.

Selesai berfoto ria, kami pun beres-beres, menggulung tenda dan bersiap untuk turun. Setelah semuanya barang bawaan termasuk sampah kami sudah siap untuk di bawa turun, kami pun turun dari puncak Andong dan sampai di rumah masing-masing.

Ini adalah pengalaman pertama ku mendaki gunung bersama teman-teman ku. Dan ini adalah cerita ku yang sedang menikmati hidup.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswa semester 4 universitas amikom yogyakarta.