Kepada Cinta yang Tidak Sempat Terucap, Terima Kasih dan Silakan Bahagia

kepada cinta yang tak pernah terucap


Terima kasih telah membuatku sejenak rehat dari fase itu. Silahkan kini dirimu boleh bahagia


Advertisement

Ada momen di saat yang tepat untuk merasakan getaran cinta. Di saat patah hati misalnya ketika sedang membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantu melupakan. Tanpa sengaja kamu hadir sebagai obat penawar saat itu.

Masalah jatuh cinta? Hahaha tidak mungkin aku dengan cepat mencintaimu, boy. Batinku saat itu hanya memikirkan bagaimana aku mampu bertualang kembali dengan hati yang lebih baik. Keberadaanmu saat itu mungkin saja mampu membuatku sejenak rehat dari fase galauku.

Hari demi hari terasa menyenangkan bersamamu, dengan semua kekompakan yang pernah kita lalui kadang sedikit menaruh curiga bahwa hati telah berpihak padamu. Bagaimana mungkin kamu mampu mengendalikan hatiku di saat masa sulit itu? Sepertinya tidak sulit untukmu.

Advertisement

Lantas bagaimana perasaanmu? Tentu dengan menerka positif sedikit membuatku malu sendiri. Maka, tidak heran juga untuk mereka (teman disekitar kita) beranggapan kita memiliki hubungan spesial, karena itu semua tercermin dari semua kebersamaan yang telah terjadi.

Aku adalah seorang wanita yang begitu sulit untuk jatuh cinta, namun denganmu aku mudah untuk merasakannya. Denganmu sangat mudah untukku memiliki perasaan sayang itu hingga aku terlalu larut dalam situasi itu seakan lupa dengan waktu yang tidak ingin terus berlabu. Waktumu berhenti.

Advertisement

Tepat sekali!

Waktumu berhenti seiring dengan senja indah saat itu. Bagaimana mungkin kamu secara terang-terangan meloloskan cincin itu pada jarinya? Bagaimana mungkin selama ini kamu bersamanya sementara di hari harimu kian berlalu bersamaku?

Bagaimana mungkin kamu tidak memiliki perasaan sedikitpun denganku sementara kamu selalu menaruh harapan untukku? Bagaimana mungkin semuanya terasa sia-sia dihatimu? Bagaimana mungkin kasih? Bahkan satu ucapan sayang belum aku raih justru malah kenyataannya aku harus menelan pahit itu semua.

Melahap semua harapan indah yang telah terlukis dalam pikiranku selama denganmu. Menabur warna hitam dalam pelangi yang sangat jelita sore itu. Membunuh semua perasaan yang terlanjur ada padamu. Aku kalah, aku kalah dengan pikiranku. Aku kalah dengan waktu yang tidak berpihak denganku. Aku kalah dengan semua yang sempat kugenggam dan terpaksa ku lepaskan sore itu. Aku diam, aku diam tanpa mampu berkata apapun. 

Mungkin luka sudah kembali aku rasakan semenjak 3 bulan kemarin sempat terobati karenamu. Kemana lagi aku mencari pegangan hati ini? Aku tidak tahu, aku tidak tahu kemana muara hati ini yang kian meruncing kelabu. Seakan hati tidak ingin menerima bahwa kamu tidak lagi berpihak pada hari-hariku. Namun satu hal yang perlu kamu tau, aku mencintaimu dan terima kasih telah menjadi penawar hati pada fase itu. Kini dirimu berhak bahagia meski tidak bersamaku, silakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I love poem and you

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE