Kita Berada di Waktu Dan Tempat yang Sama, Namun Entah Kenapa Aku Merasa Begitu Jauh

Jujur, aku mengaku kalah jika kau bertanya kenapa aku tak lagi datang mendekatimu sejak hari itu. Aku mengaku terluka jika kau bertanya kenapa aku berlaku diam saja sejak hari itu, dan aku mengaku menangis jika kau bertanya kenapa aku tak menyapamu lagi sejak hari itu. Namun dibalik semua itu, kau harus tahu, jika aku melakukan itu semua, aku hanya ingin kau tak lagi mengenalku dengan baik, pria yang bisa membuat tersenyum sejak pertama aku bertemu denganmu.

Lalu berkata jika aku, pria yang mampu membuatmu tersenyum kembali karena kau sempat menceritakan semua keluh kesah cerita hidupmu, jika kau sedang terluka saat itu. Aku, mungkin saat itu datang pada waktu yang tepat bagi dirimu, namun sepertinya tidak denganku. Bukan aku menyalahkan hadirmu datang dalam waktuku, hingga perlahan perasaan itu tumbuh subur dalam hatiku, bukan itu masalahnya. Hanya saja, aku bukanlah orang yang tepat dan terbaik yang mampu memberi bahagia, yang pernah kau bilang kepadaku saat itu.

Aku tak ingin menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini, namun tidak dengan kenyataannya. Kau mengenalku sepintas kata indah, seperti yang kau baca dan kau lihat dalam sebuah dongeng, puisi bahkan sebuah film saja dari paras luguku. Aku jauh dari kata itu. Aku sengaja tak pernah menceritakan semua tentang hidupku yang begitu sulit untuk bisa aku jalani. Jangankan untuk bisa membahagiakanmu hari ini, aku cari makan saja hari ini begitu sulit.

Sementara, hidupmu jauh dari susah seperti apa yang aku rasa. Sebenarnya aku tak ingin bertemu denganmu saja sejak hari itu, namun cerita hidupmu dan hidupku telah memberi sebuah jalan untuk kita saling mengenal. Lalu aku yang tak menyadari itu semua, jika aku telah mencintaimu sejak pertama kali aku bertemu denganmu.

Entahlah, yang jelas aku melihat hatimu berkata, seperti juga kepadaku ketika mata indahmu menyoroti tajam atas nama rasa cinta itu. Aku tak ingin semua berlalu tanpa ada kata terus terang dari waktu yang sebenarnya. Sejak hari itu, aku berlaku kasar kepadamu dengan kata yang sebenarnya terlalu sedih untuk bisa aku lakukan kepadamu.

Aku mengeluarkan kata yang tak sepantasnya ada dalam diriku. Aku membuatmu meneteskan air mata dengan perkataan kasarku itu. Jika aku boleh bilang, aku sangat terpukul untuk bisa melakukan itu. Semalaman aku berpikir, bagaimana bisa aku melakukan sesuatu yang tak baik kepada seseorang yang telah membuat duniaku saat ini penuh dengan warna dan cerita. Namun itu harus aku lakukan, harus aku batasi. Aku tak ingin hidupmu seperti hidup yang aku rasa. Kau tak biasa dengan keadaan duniaku yang begitu sulit.

Kau terlalu indah untuk merasakan penderitaan dan pahitnya hidup seperti yang aku jalani ini. Senyummu terlalu indah jika hanya kau habiskan untuk memandangku yang redup tanpa ada kata bahagia di dalamnya.

Untukmu yang terindah, aku minta maaf jika pada hari itu aku telah membuatmu meneteskan air mata karena ulahku itu. Maafkan aku jika sejak hari itu aku tak lagi mendekatimu, tak lagi memberimu senyum dan tawa seperti apa yang pernah aku lakukan sejak kita saling mengenal. Maafkan aku jika perasaan itu tak sempat aku utarakan kepadamu. Bukan aku tak bisa melakukan semua itu, namun kita berbeda, sangat berbeda dan aku lebih memilih terluka daripada harus melihatmu menderita ada dalam hidupku.

Di sini, Aku selalu menghiasi setiap lafadz tulisanku dengan cerita tentangmu, tentangmu yang pernah mengisi indah waktuku hingga saat ini. Tahukah engkau, jika setiap hari aku selalu berupaya untuk melihatmu dari kejauhan, walaupun itu hanya sesaat, namun hal itu telah membuatku bahagia. Bahagia masih bisa bertemu dan melihatmu hingga perlahan aku bisa melepas rasa itu pergi.

Sedih, sangat menyedihkan bagiku, ketika cinta itu tumbuh dalam hati ini. Pada saat itu pula, aku harus mundur dari perasaan itu karena perbedaan yang terlalu jauh untuk dapat aku gapai. Walaupun kata mungkin itu tetap ada karena aku sangat yakin dengan apa yang ditetapkan oleh Tuhanku, namun jika aku harus meminta dan memilih, maka aku memilih menyimpan perasaan itu hingga aku terluka, namun kau bahagia dengan hidupmu daripada aku mengatakan perasaan ini hingga kau hidup bersamaku. Lalu, hanya derita yang kau tuai setiap hari berada di sampingku, itu jauh lebih menderita aku rasa.

Melupakanmu, itu tak mudah bagiku, apalagi untuk membencimu. Jika saat ini kau berpikiran jika aku menjauhimu lalu membencimu, itu tak benar adanya. Aku menjauhimu, karena aku hanya ingin kau menyadari sedikit demi sedikit. Perlahan kau tahu jika aku bukanlah orang yang mampu membuatmu bahagia, namun adaku hanya sebagai penghibur dalam waktu yang pernah kau temui dalam cerita hidupmu.

Bagiku, kau cerita yang pernah membuatku menjadi seseorang yang bijak. Bijaksana dalam mengenal diri dan menyadari diri, jika sesuatu yang ada dalam waktu ini tak semuanya harus kita miliki. Adakalanya hanya sebuah pembelajaran diri, agar kita mengetahui mana yang memang tercipta untuk kita dan mana yang bukan untuk kita miliki dalam hidup ini.

Untukmu, teruskan hidup dan cita-citamu yang pernah kau bilang kepadaku, jika kau ingin meneruskan hidupmu dengan seseorang yang memang pantas berada di sampingmu. Sementara aku sama sepertimu, akan menjalankan sisa harapan yang mampu aku jalani. Entah sampai kemana harapan ini singgah, aku tak bisa menebaknya, yang jelas hari ini aku masih bisa merasa bahagia jika dirimu masih mampu aku lihat berada di sekitarku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jejak Rindu Di Telaga Nurani"