Kita, Cinta dan Perbedaan yang Terlalu Banyak

Awal aku mengenalmu hanya rekan bisnis dan tuntutan profesi. Semakin kita berkomunikasi menjalani hubungan yang hanya sebatas client saja, membuat kita semakin dekat bahkan lebih dari profesional kerja. Tak tau dari mana memulai hubungan ini, yang ku tau kamu hanya salah satu dari suplier yg menawarkan product untuk keperluan pekerjaanku. Hanya sebatas client.

berawal dari chat yang lama kelamaan menjadi asik untuk berteman. Asik untuk menjalani hubungan yg lebih, bukan sekedar profesional kerja. Yah, memang semua hubungan berawal dari pertemanan dekat. Pertemanan yang saling berbagi cerita sedih, senang dan hang out. Itulah kebiasaan kami selama menjadi teman.

2 kali bertemu dan saling bertukar pikiran, pengalaman hidup yang pahit hingga manis sampai sekarang membuatku merasakan kenyamanan yang amat dalam. Setelah ku berpikir enggan untuk memulai suatu hubungan baru, bersamamu aku membuka hatiku kembali. Merasa seperti ada yang berbeda, ada benih rasa sayang, ini bukan jatuh cinta. Tapi aku menjatuhkan hatiku kembali. Iya, kepada kamu yg notaben keimanannya berbeda denganku, "ya Tuhan, salahkah aku?"

Begitupun kamu, mengucap bahwa merasakan hal yang sama denganku. Mengungkapkan semuanya di hadapanku, merasakan kenyamanan yang sama, kebahagian yang sama ketika mengenalku. Dengan pahitnya dia berkata

"Rasa sayang aku ke kamu, itu gak akan bisa mengubah kepercayaan yg Tuhan berikan kepadaku. "

sedih, iya, karena walaupun sayang ini melebihi apapun, aku tidak akan mengorbankan agamaku, orangtuaku, keimananku, dan akhirnya kami memutuskan untuk tetap menjalani hubungan yang entah kemana ujungnya.

Di hari Jum'at sore, selalu meminta ijin untuk ke gereja. Iya berat untuk menjawab, "iya, hati-hati. " Tapi memang harus kata-kata itu yang ku ucapkan.

Begitupun dia harus rela diam saat sedang berdua, adzan berkumandang dan harus menemaniku untuk menjalankan kewajibanku sebagai muslimah, walau memang kamu menungguku hanya di dalam mobil.

2 minggu kita menjalani hubungan ini.

Di minggu ketiga aku mendapat pesan singkat "Beb, aku ijin yah mau ketemu kenalan mamah yang mau dikenalin ke aku." Ya Tuhan, apa aku harus mengikhlaskan atau aku melarangnya? Dan di saat itu aku harus dituntut untuk dewasa. Aku mengikhlaskan kamu pergi bertemu wanita yang dijodohkan oleh ibumu, karena aku menyadari bahwa tidak mungkin aku melarangmu, karna aku tidak berhak atas apa yang kamu dan kedua orang tuamu lakukan.

Kamu sempat menenangkan hatiku "kita jalani hubungan ini sampai kapan akhirnya, kalau memang salah satu di antara kita mempunyai laki-laki/wanita yang mengisi hati kita selain aku atau kamu bilang yah, karna aku sadar sesayangnya aku ke kamu tidak akan merubah takdir dan orang tua pun gak bakal setuju."

Cukup tenang dengan kamu bilang seperti itu, namun perlahan ku mencoba untuk melepaskanmu, untuk membiarkan kamu menentukan jalan hidupmu, dan aku berdiri sendiri menata masa depanku. Entah, kelak akan bersama siapa dan sampai saat ini, hatiku masih berlabuh di hati yang salah, hati yg tak bisa ku miliki,

karena aku tidak akan mengorbankan agama, orang tua, dan keimananku …

semoga tuhan tentukan jalan hidup kita 🙂

HJS

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

46 Comments

  1. Sri Wahyuningsih berkata:

    Cinta yang amat berat. Kalau Tuhan yang mempertemukan, kenapa agama yang memisahkan?

  2. Johny Cage berkata:

    sungguh berat banget..

  3. Sama mbak, aku juga lagi mengalami ini. Beda agama, beda suku pula. Yang berat bukan tentang melepaskan dia, tapi mengikhlaskan dia. Mengikhlaskan bahwa dia yang menurut kita terbaik dan satu2nya, ternyata bukan yang terbaik bagi Allah.

  4. Anisa berkata:

    Sama bingung harus bagaimana

  5. UsieSha berkata:

    Terkadang org hanya bisa menghujat kita yg menjalani hubungan beda agama. Seandainya mereka taw bagaimana rasanya menjadi kita..
    Memangnya kita bisa memilih minta jodoh yg seiman? semua kan sudah rencana Tuhan..

  6. JeJe JeJe berkata:

    Malah susah pisahnya

  7. Samini Cheng berkata:

    kalau kita mau sedikit saja terbuka tentang agama, mau mengerti bahwa agama bukan untuk membanding-bandingkan melainkan untuk mengontrol diri, bukan untuk menghujat yg lain melainkan untuk menjadikan diri lebih welas asih dan lebih lembut, tidak berpikiran bahwa agama tertentu adalah yg paling benar, mungkin perbedaan agama tidak akan menghalangi tentang perjodohan atau pernikahan, kebetulan aku dan suamiku juga dari latar belakang agama yang berbeda, tapi bersyukur ikatan kami lebih kuat daripada pemisah – pemisah yang disebut perbedaan itu.

  8. Riko Wardani berkata:

    Cinta beda agama mmg berat… saya menjalani 7thn dan akhirnya melepaskan dgn berat… untuk mantanku smoga km bahagia dgn pasanganmu yg sekarang…

  9. Seiring berjalannya hubungan ini, terlintas pertanyaan dibenakku… “apakah cinta hanya untuk dua orang yang seiman dan saling mencintai…?”

  10. Bayu Reno berkata:

    Pas sama alur ceritaku bedanya cwwek aku yg non muslim