Kok Arisan Dikocok? Bukan Diundi atau Digilir

Ada yang tahu gak, kenapa arisan dikocok? Bukannya diundi? Sekarang juga banyak arisan yang digilir, gak dikocok lagi?

Bahkan, ada juga arisan yang “dijanjiin” keluarnya. Jadi, yang di-KOCOK apanya ya? Itu pertanyaan, gak penting banget sih untuk dijawab? Dibaca saja udah cukup kok.

Advertisement

Di kalangan laki-laki, ada anekdot lucu tentang arisan. Kata mereka, “Kasian banget yah gelas arisan dikocok melulu sampe keluar, tapi kagak pernah dimasukin?” Hahaha, bisa aja.

Arisan, buat orang Indonesia, memang sudah jadi budaya. Turun-temurun dari dulu hingga sekarang. Hampir setiap kita tidak asing dengan istilah “arisan”. Bahkan, tidak sedikit dari kita juga yang saat ini ikut arisan. Ikut arisan macem-macem. Banyak deh, pokoknya.

Dulu, arisan dimulai dari lingkungan perumahan. Atau rumahan di kampung-kampung. Biasanya arisan digelar atas kesepakatan barang yang belum dimiliki. Ada arisan rantang, arisan TV, arisan kulkas, dan sebagainya.

Advertisement

Tapi sekarang, arisan makin merebak ke mana-mana. Jenisnya juga macem-macem. Ada arisan barang, arisan duit. Arisan mobil, arisan umroh. Dan yang lagi santer diomongin, katanya ada arisan “brondong”. Itu lho, ariusan ibu-ibu tapi yang dikocok cowok brondong, si brondy. Luar biasa.

Dan arisan juga sudah menjalar di kalangan anak-anak, bapak-bapak, orang kantoran, para komunitas. Jadi gak hanya ibu-ibu doang. Saya juga pernah ikut, namanya Arisan Gardot yang gak kelar tapi udah berhenti. Kasian juga yang belum dapat.

Advertisement

Menariknya, di kalangan sosialita. Arisan sering diadain di kafe atau restoran. Udah bisa diukur, biayanya berapa? Berarti “uang arisannya” juga besar kali ya?

Tapi, kembali ke pertanyaan di awal, kenapa ya arisan dikocok? Gak ada istilah lain apa?

Arisan. Ini bukan soal pro kontra. Bukan soal juga dalil agamanya ada apa gak? Karena arisan sudah maju pesat, berkembang sebagai lifestyle alias gaya hidup di masyarakat. Maka, siapapun kita, ikut gak ikut arisan, patut kasih perhatian sama yang namanya “si arisan”. Minimal, kita punya persepsi yang gak salah tentang kegiatan itu.

Menurut Kamus, arisan itu artinya, “kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan di sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.

Silakan saja ditafsirkan makna arisan menurut kamus itu. Tidak ada tendensi apapun kok.

Terus, tulisan ini untuk apa?

Gak untuk apa-apa sih. Hanya tulisan saja. Dibaca boleh, gak juga boleh. Tapi kalo mau serius, arisan menjadi hal yang patut disikapi oleh banyak orang. Karena sikap jauh lebih penting dari fakta. Sikap kita terhadap arisan, untuk apa arisan? Banyak maslahat atau mudharatnya, menguntungkan atau merugikan?

Patut jadi renungan, buat masyarakat, sejauh arisan dibuat dan digelar untuk keperluan silaturahim, melanggengkan sikap gotong-royong untuk bantu sesama, mempererat kekeluaragaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, di samping untuk mengisi waktu luang yang positif. Atau arisan untuk hiburan, humor di kalangan anggotanya. Arisan dengan tujuan baik dan positif, tentu tidak masalah. Sangat boleh dan dianjurkan.

Nah, arisan yang tidak boleh dan dilarang itu kalo arisan malah bikin mudharat. Dampaknya negatif untuk anggotanya sendiri. Berhati-hatilah. Biasanya, arisan yang negatif itu ujung-ujungnya; arisan dipakai untuk ngerumpi dan membicarakan kejelekan orang lain. Ngumbar aib orang lain.

Arisan jadi ajang pamer dan saling bersaing tentang “keakuan”. Hingga lupa waktu kalo udah arisan, terus meninggalkan kewajiban di rumah. Apalagi kalo ikut arisannya banyak, psuing juga kan. Ikut arisan 7 macam atau komunitas, dikocok mingguan, berarti tiap hari “kerjaannya” arisan. Keren juga sih …

Jadi, maksud tulisan ini apa? Nanya lagi nih…

Maaf, maksudnya cuma mau bilang, kalo gak penting banget ya gak usah ikut arisan. Pilih arisan yang baik dan positif saja. Dan, besarannya harus sesuai dengan kocek kita. Jangan ikut karena terpaksa atau diajak teman. Buat apa tekor asal kesohor … Dah itu aja.

Sebagai penutup, arisan memang tidak masalah. Tapi dampak arisan harus dicermati, jadinya HALAL atau HARAM ? Itulah PR kita semua, masyarakat Indonesia yang sudah akrab dengan arisan ….. Udah dulu ya, salam arisan. Kocok Yuk Arisannya … Kocok, kocok … #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

CLOSE