Kisah Nyata Tentang Jarak yang (Masih) Harus Ada, Meski Hari nan Fitri Telah Tiba

Dengan getaran kecil pada jemarinya,

Dengan getaran kecil pada jemarinya, orang itu mengotak atik handphone yang baru saja diberikan oleh anaknya. Berbekal tutorial singkat yang diberikan oleh sang buah hati, orang tua itu mencoba mencari piranti untuk berkomunikasi. Matanya semakin sempit dengan kerutan di dahi karena untuk kesekian kali ia lupa bagaimana memulai berkomunikasi sesuai zaman saat ini.

Advertisement

Sudah lama sang ayah tak berjumpa dengan anaknya. Seperti kebanyakan anak lainnya, sang anak merantau menempuh pendidikan di luar daerah. Karena tak kunjung pulang untuk beberapa saat, sang ayah berharap handphone yang katanya pemersatu jarak dapat mempersatukan ia dengan anaknya, meski hanya lewat suara atau paling bagus dapat bertatap muka secara virtual. Kerinduan itu semakin menjadi apalagi bertepatan dengan suasana lebaran. Sebuah momen bagi setiap keluarga untuk kembali bersama setelah sekian lamanya.

Tak hanya bagi satu ayah saja, ribuan bahkan tak terhingga di negeri ini banyak menantikan perjumpaan di kala Lebaran. Di saat jarak memisahkan, rindu kian bertebaran, jumpa tak jua dituntaskan, maka apalah daya hanya saling berbalas sapaan lewat alat komunikasi di tangan.

Untungnya zaman now tak seberat zaman siti nurbaya atau si doel tempo kala. Kalau nurbaya hanya bisa menantikan kabar tak pasti, zaman ini sudah bisa kita nikmati berbagai kabar dari yang jauh di mata namun tetap dekat di hati. Sudah banyak sekarang piranti dan aplikasi menunjang kita untuk saling berbagi sapa dan melepas rindu yang erat menjerat.

Advertisement

Tak melulu hanya suara saja, bahkan sekarang wajah orang yang jauh dapat kita lihat seperti sedang bertamu saja. Begitu enaknya sekarang, rindu dapat dipuaskan dan segala macam rasa keinginan temu dapat dipenuhi.

Suasana yang masih Lebaran seperti sekarang umumnya di negeri kita yang tercinta saling berbagi cinta. Bersama apalagi kasusnya, Lebaran adalah tempat kebersamaan yang dinantikan setelah beberapa bulan yang dilewati selama setahunan. Meski tak semua keluarga dapat utuh kembali bersama, ekspresi rasa yang terpancar tetaplah sangat menenangkan jiwa.

Advertisement

Senyuman kecil cucu yang dinanti oleh nenek, pelukan erat ayah kepada anak gadisnya, hingga jabat tangan penggugur salah adalah acara utama dari berlebaran. Dan tentunya masih banyak lagi di luar sana dengan kebudayaannya masing-masing.

Masalah bertemu atau tidak mungkin menjadi hambatan tersendiri bagi setiap insan manusia. Tak hanya yang berkeluarga, yang bersahabat, yang berpasangan, yang dulu tak kunjung ketemuan juga kadang ingin sesekali dan lagi untuk berbincang sambil ditemani kue kalengan.

Reunian pra-Lebaran dengan kedok buka bersama menjadi ajang pemanasan. Teman sekolah, kuliah, kerja, komunitas hingga yang tak sengaja ketemu di perpustakaan pun tak absen diadakan. Suasana kebersamaan memang sangat lekat dengan Lebaran. Indah sangat mengagumkan di kala kita saling sapa dengan senyuman.

Meski tak semua dapat bersama. Ada saja orang orang yang tak bisa bersama untuk sementara. Saat Lebaran tak bisa pulang untuk menjenguk dan baru pulang entah kapan. Tentunya terdapat sedikit rasa sedih terpendam dari orang yang menantikan. Tetapi pastinya masih ada senyuman bangga untuk mereka yang dinantikan.

Berbagai urusan kehidupan memang terkadang menjadi halangan untuk kembali merasakan sentuhan tangan kebersamaan. Di satu sisi, kita meski yakin bahwa yang bersabar menanti tak akan kecewa pada pertemuan kelak nanti. Rindu ada untuk menghiasi hubungan hati, ia tak bermaksud membuatmu mati tapi agar kau lebih menghargai keberadaan di sisi.

Seperti sang ayah tadi. Handphone yang di tangan dicoba untuk membuka aplikasi untuk pertemuaan. Tak cukup hanya suara, ia perlu juga wajah untuk bertatap muka. Meski mungkin tak sedekat mereka yang di mudiki oleh keluarga dan sahabat, rasa itu tetaplah sejati maknanya.

Entah hanya dengan teknologi saja atau dapat saling dekat bersama, Lebaran dan kebersamaan itu tetap ada di setiap hati mereka yang seirama. Mau jauh atau dekat jaraknya, hati tidak mengenal jarak sebagai nominal penghubungnya. Mereka yang menanti keluarga, kerabat, hingga pasangan (yang ada atau kelak), memiliki satu kesamaan yang nyata. Yaitu rasa rindu akan kebersamaan yang telah lama ada.

Selamat berlebaran dan saling eratkan kebersamaan, jarak bukan halangan karena hati kita selalu saling berhubungan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE