Ma, Aku Kangen Peluk dan Omelanmu

Ma.. Apa kabar? Gimana disana? Teman-teman mama disana baik kan? Pasti selalu jagain mama. Ma.. mama pasti baik-baik saja kan disana? Nggak perlu merasakan (lagi) jarum-jarum itu menyentuh kulit mama. Mama nggak perlu ngeluh lagi risih dengan selang yang bertengger di hidung mama. Nggak ngerasain sakitnya saat obat-obat itu masuk dalam tubuh mama. Mamaku, mama nggak perlu sedih lagi liat rambut-rambut mama luruh. Karena Allah sayang mama, Allah nggak mau mama kesakitan lagi. Allah nggak mau liat mama sedih lagi. Mama aku rindu.

Ma.. Hari ini aku upload foto, waktu mama masih dirumah sakit. Senyum pertama mama usai ngejalani operasi panjang. Wajah mama masih pucat tapi tetap tersenyum saat kamera itu menampilkan wajah kita. Mama.. setiap 22 desember mama selalu masuk kekamarku. Memberi doa dan kejutan akan hari lahirku. Hari ini biasanya aku dan ayah juga sibuk menyiapkan kejutan untuk mama. Jika ayah menyiapkan rangkaian bunga, maka aku sibuk memilih bentuk kue yang cantik dan pastinya enak. Hari ini biasanya kita sama-sama saling memberi doa. Doa-ku dari dulu tetap sama. Allah.. Jaga mamaku. Limpahkan kesehatan dan angkat segala penyakit yang ada padanya. Semoga kau beri umur panjang untuknya. Jauh Sebelum aku tau penyakit terkutuk itu, aku selalu meminta hal yang sama, durasi aku bersama mama diperpanjang oleh Allah.

Ada yang berbeda tahun ini ma, aku tak lagi sibuk ke toko kue, ayah tak perlu bingung merangkai bunga yang akan diberi. Hari ini kami datang mama. Tanpa kue tanpa buket mawar. Kami datang ke kerumah mu, tempat mu beristirahat selama 300 hari belakangan. Mama.. Kami datang bawa doa. Ku cium papan yang terukir nama mu dengan begitu cantik. Ku rapalkan doa. Ku panjatkan segala harap untukmu selama disana. Semoga tenang disana ya mama. Ku lirik laki-laki disebelahku. Ayah. Tak pernah sebelumnya, kusaksikan air mata itu mengalir bagai anak sungai. Laki-laki yang selalu terlihat kuat, bahkan saat mama merintih sakit usai kemo. Aku yang berurai air mata saat itu, namun ia dengan tegapnya memeluk dua bidadarinya dalam satu dekapan. Samar ku dengar doa yang ia panjatkan di puncak kepala mama. Sembari memberi kecupan dikeningku dan mama. Namun hari itu, saat layar itu menampilkan garis lurus detak jantung mama. Isakan itu lolos dari mulut laki-laki tangguh itu ma. Ia peluk aku dengan sangat erat , matanya tak putus memandangmu ma, yang telah ditutup kain putih.

Untuk pertama kalinya, aku saksikan cinta yang dimiliki laki-laki itu begitu besar untuk mama. Aku dan Ayah melewati masa sulit itu ma, semua hilang saat kami kehilangan sosok mama. Senyum itu perlahan hilang, kami nyaris tak berpijak ma.


Ma.. aku rindu peluk mama. Aku rindu dengar omelan mama.


Mama mendung itu masih ada, namun hidup akan terus berjalan bukan. Ma.. Kami baik-baik saja. Kami mencoba bangkit dari rasa kehilangan itu. Ayah sudah berangkat kerja lagi, meski kadang sering ku lihat dia memandang foto mama yang terpajang disetiap sisi dirumah sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya. Putrimu ini juga mencoba kembali jadi gadis manismu yang ceria. Walau kadang ada rindu yang coba aku redam.

Mama.. Pusaramu jadi saksi saat-saat rindu itu tak dapat ku padamkan. Nisanmu jadi saksi saat pelukku tak terealisasi. Mama.. jangan bosan mendengar ceritaku disetiap harinya.

Untuk mama yang telah pergi, kasih sayangmu sepanjang masa ma, meski raga kita tak bertemu. Meski tak bisa ku kecup tanganmu, kupeluk dirimu. Dalam sujudku, ku sebut selalu namamu, mama.

Untuk kalian yang masih bisa merasakan dekapan hangat seorang Ibu. Bersyukurlah dan nikmati kebersamaan itu sebelum dipisahkan oleh namanya kematian. Untuk semua mama. Semoga Allah memberi kalian kesehatan dan limpahan rahmat dari Allah. Pahlawan yang selalu siap pasang badan untuk keluarga dan anak-anaknya.

Mama.. ada dan tiada dirimu. Kau abadi direlung hatiku.

Putrimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Arunika - Penikmat Swastamita