Mahasiswa Akhir dan Kemelut dengan Tugas Akhirnya

Baru-baru ini para peneliti berhasil membawa kemajuan luarbiasa, untuk pertama kalinya potret black hole berhasil didapatkan. Ya, ilmu pengetahuan semakin hari makin menakjubkan dan membawa angin segar bagi peradaban manusia. Ditengah hingar bingar kemajuan dan berkembangnya ilmu pengetahuan, di belahan bumi lain ada sebuah kemuraman di wajah para mahasiswa tingkat akhir yang masih saja berkutat dengan tugas akhirnya yang tak kunjung selesai. Salah satunya adalah saya sendiri.

Advertisement

Rasanya sudah lebih dari 3 bulan tesis saya tak tersentuh sama sekali. Banyak hambatan (sebenarnya alasan aja sih) yang merintangi perjalanan saya untuk menyelesaikan tugas suci ini. Dari faktor teknis mulai dari dosen yang susah ditemui, kurang referensi, tema yang susah sampai faktor non-teknis seperti sibuk nongkrong nyari wifii, sibuk ngurusin gebetan, desa diserang akatsuki, episode one piece yang gak tamat-tamat pokoknya banyak lah (sebenarnya faktor intinya cuma satu sih males aja hahaaa). Tapi dari banyak faktor itu saya akan mencoba menelaah dan menganalisis dengan seksama faktor-faktor yang menghambat terselesaikannya tugas akhir para mahasiswa.

Pertama adalah dosen pembimbing. Bagi sebagian mahasiswa mendengar nama dosen pembimbing saja sudah membuatnya dilanda kecemasan, pusing, badan gemetaran, kehilangan banyak cakra dan menguras tenaga. Memang dosen pembimbing dari jaman dahulu kala terkesan sangat menyeramkan, jika ingin bimbingan saja baru jarak 7 meter saja terasa semua panca indra kita sudah kehilangan fungsinya. Maka dari itu, faktor ini sangat krusial dalam menentukan kelancaran tugas akhir. Sinergi dan kolaborasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing harus dijaga dengan baik yang pada akhirnya menghasilkan keselarasan dan harmoni. Untuk itu penting halnya menjaga komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing guna kelancaran tugas akhir kita.

Faktor yang lain adalah terlalu idealis. Membela idealisme sih memang bagus tapi kalo soal tugas akhir skripsi, tesis seperti itu mungkin sebaiknya banyak kompromi sajalah. Ada mahasiswa yang memang menyukai tantangan, mahasiswa tipe ini biasanya mengambil tema yang sulit dan belum banyak diangkat. Ada dua alasan yang mengapa mereka memilih tema tersebut yang pertama karena memang suka dan yang kedua karena gengsi saja. Resiko dari pengambilan tema yang sulit itu seperti biasa penyelesaian tugas akhir yang terlalu lama.

Advertisement

Kemudian banyak penyesalan di raut wajah mereka dan bergumam “kenapa dulu nggak ngambil tema yang muadah-mudah aja sih” setelah mentok di tengah jalan. Mungkin banyak tema-teman mahasiswa yang mengidolakan Tan Malaka dan terinspirasi dari quotes nya “satu-satunya keistimewaan yang dipunyai pemuda adalah idealisme”. Kutipan terdengar sangat waw sekali dan boleh saja kalian membela idealisme kalian, tapi dalam hal tugas akhir idealisme mu hanya berakhir diatas meja dosen pembimbing. Untuk itu banyaklah berkompromi dengan dosen pembimbing, nurut-nurut aja apa kata dosen pembimbing. Jangan terlalu banyak debat selama saran/masukan dari dosen pembimbing masih bisa kamu ya ikuti saja niscaya perjalanan tugas akhirmu akan selanjar tol palimanan.

Menurut dari pengalaman kemahasiswaan saya sendiri, faktor selanjutnya adalah kehidupan mahasiswa tingkat akhir yang mengenakkan dan mengasikkan. Mahasiswa tingkat akhir itu terbebas dari rutinitas kehidupan kampus yang super duper padat. Dimana sebagian besar harinya hanya dihabiskan untuk buat tugas, laporan praktikum, deadline dan lain sebagainya. Berangkat ke kampus pagi-pagi mengejar pengumpulan tugas dan siklus itu berulang terus selama 3 tahun. Setelah siklus itu berakhir mahasiswa ini seperti film India ketika dalam scene bahagia, berlari  bernyanyi menari mengitari lapangan sepanjang hari. Sudah tidak ada lagi kuliah pagi bebas bangun kapan pun, tiap hari main kemanapun tanpa terbebani tugas kuliah.

Advertisement

Tiap malam nongkrong sampai tengah malam tanpa memikirkan besok harus bangun pagi untuk ke kampus. Hari-hari inilah yang dijalani mahasiswa tingkat akhir yang pada akhirnya terlena dan terjebak dengan kenyamanan tersebut. Untuk perlu kontrol diri supaya diri kita tetap dijalan yang benar untuk menyelesaikan tugas akhir kita, kalau perlu kita mencari guru spiritual untuk menjaga semangat dan kondisi psikologis guna menciptakan kondisi diri yang kondusif.

Faktor selanjutnya dan yang paling utama dalam menghambat tugas akhir adalah pasti kalian semua bisa menebaknya, ya MALAS. Rasa malas ini lah yang menjadi penyebab utama kita tertinggal jauh dari manusia-manusia lain. Teman-teman yang lain sudah lulus, bekerja, menikah, punya anak, berhasil keluar angkasa, memotret black hole, kita masih saja berhadapan dengan dosen pembimbing. Lihat naruto saja sudah berhasil menjadi hokage apakah kalian tidak ingin menyusul pencapaian naruto. Ada banyak cara mengusir rasa malas itu, saya sendiri belum tau juga sih, ya kalian cari cara sendiri lah. Intinya jauhi rasa malas teman-teman.

Untuk itu saya menyerukan pada segenap teman-teman mahasiswa tingkat akhir segeralah selesaikan tugas akhir anda. Waktu terus berjalan, kehidupan terus berlalu, ilmu pengetahuan terus berkembang. Mungkin suatu saat nanti para peneliti akan berhasil menemukan planet di luar bumi yang bisa ditinggali manusia. Karena kelamaan belum lulus-lulus juga, jangan sampai kejadian saya harus bimbingan di planet lain karena dosen pembimbing saya sudah pindah ke planet Saturnus.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE