Maka, Lahirlah Si Coy!

Sabtu, 12Oktober 2013, 10:00 Wib
Ada sesuatu yang aneh di balik celana dalamku. Ada apa? Rasa penasaran membuatku ingin segera ke kamar mandi. Ternyata ada gumpalan bening menyerupai agar-agar, kental. "Ibuuukkkk…!!!", teriakku. Tergopoh-gopoh Ibuku menghampiri ke kamar mandi. "Ya Allah, itu mungkin air ketuban!" Pak, bawa ker rumah sakit saja!".

Advertisement

Sabtu, 12 Oktober 2013, 13:00 Wib
"Masih pembukaan satu Mbak. Tapi memang harus opname", ujar bidan yang memeriksaku setiba dirumah sakit. Tanpa banyak tanya, aku segera menurut saat didorong di atas kursi roda menuju ruang bersalin. "Dokternya baru datang jam 3. Diinfus dulu ya Mbak", aku menurut, lagi.

Sabtu, 12 Oktober 2013, 15:00 Wib
"Masih satu Mbak!". "Tapi airnya merembes terus Dok!", jawabku cepat. "Mau dirangsang? Biar anaknya cepat keluar", tawarnya. "Boleh!", jawabku cepat, lagi. Kenapa aku begitu cepat menjawab? Karena Bapak pesan , 'nurut aja apa kata dokter atau bidannya. Semua yang terbaik demi Mbak tentunya'.
"Saya masukin perangsangnya ya Mbak?", senyum ramah bidan kala itu menentramkan. "Boleh. Tapi sakit gak Sus?", tanyaku. Tak ada jawaban, cuma senyuman saja dari bidan cantik.
Beberapa menit berlalu, tak ada reaksi. "Kok gak ada reaksinya Mbak? Emang gak sakit ya?", tanyaku, lagi. Jawaban yang kuterima hanya senyuman, lagi. Oke, aku sabaaarrr!!!

Sabtu, 12 Oktober 2013, 16:00 Wib
Ada sesuatu yang aneh di bagian pinggul. Semacam nyeri atau apa ya, aku sulit menjelaskan. Tapi bisa dikategorikan sebagai 'sakit'. Semakin kesini, semakin nyeri. Masih bisa ditahan memang. Menuju ke arah jarum jam berikutnya, aku merasakan nyeri hebat di bagian pinggul menuju -maaf- anus. Luar biasa! Sakit ini seperti mulas dan dipukul pakai martil. Kugigit bibir, masih bisa kutahan. Setelahnya aku merasa lelap dan seperti mimpi.
Sampai pukul lima sore, bidan mengatakan, "Masih buka tiga. Sabar ya Mbak!". "Sakit..", jawabku merintih.

Advertisement

Sabtu, 12 Oktober 2013, 19:00 Wib
Nyeri semakin hebat! Setelahnya, kantuk juga semakin merayap. Nyeeeng….., nyeri itu datang lagi! "Sabar, memang gitu orang mau melahirkan!", Ibuku setia menemani. Aku tidak tahan. Pengen pindah menghadap timur, jongkok, balik ke barat, duduk, miring kiri, balik kanan, njenthit, tiduran lagi! Ibu dengan sabarnya mengikuti arah tanganku yang diinfus. Ada keinginan lebih baik caesar saja! Masih bukaan limaaaaa…ooohh!

Sabtu, 12 Oktober 2013, 20:30 Wib
"Buka enam-tujuh Mbak!". Ooh, masih belum sepuluh. Kapan Ya Allahhh…??? Nyerinya luar biasaaaa!!!
"Mbak…ayoo..saya sudah gak kuaaaattt!!!", teriakku. "Kalau belum terlalu mulas, sabar dulu Mbak. Tarik nafas panjang!". Ah..nasihat yang sudah kudengar berulang-ulang sejak aku bukaan tiga tadi. "Sekarang aja Mbak…..!!!!", teriakku, lagi. Setelahnya kulihat beberapa bidan yang bertugas mulai melakukan persiapan.
"Oke Mbak, kita mulai. Kalau mulas, baru mengejan diawali tarik nafas melalui hidung dibuang melalui mulut!", arahan pertama.
"Ayo Mbak, keluarkan tenaganya!", arahan kedua.
"Semangat Mbak!", arahan dari bidan lain.
"Ayo mengejan Mbak, kasian anaknya!".
"Itu sudah kelihatan rambutnya!". Huft..huft..huft.. Aku sudah tidak kuat. Tidak ada rasa kalau akan keluar jabang bayi dari jalan lahirku.
"Ayo Mbak saya bantu dorong!", didorongnya perutku dari samping. "Yang kuat Mbak! Kasian bayinya!".Ah, dikiranya hanya seperti meludah saja. Kalian tidak kasian aku yang sudah kehabisan tenaga ini, pekikku dalam hati yang tak bisa keluar dari mulut.
"Ayo Mbak, kepalanya terlihat!". Serta merta kulihat ada bidan lain naik ke kasurku dan langsung mendorong perutku. "Ayoooo,,aku mulas!", teriakku tak kalah semangat.
Setelah perjuangan panjang, akhirnya… Aaargghhhh…..!!!!

Advertisement

Sabtu, 12 Oktober 2013, 22:05 Wib
Bbrrullll,, keluar sesuatu dari jalan lahirku. Anakku! Ya Allah, akhirnya! Seneng, capek, terharu, letih, bangga, lemas, semua ngumpul jadi satu. Tapi…kudengar Ibukku berteriak 'Ya Allah, ayo bangun Dek! Nangis Dek! Nafas Dek!'. Ada apa ini? Apa yang terjadi? kusempatkan melongok di sela pahaku. Ya Allah anakku biru, pucat. Ditepuk kaki dan pantatnya berulang-ulang oleh bidan secara bergantian dibantu oleh Ibukku yang terus menangis. Adikku yang menemani persalinanku juga tak kalah banyak mengeluarkan air mata. Tuhaaan…ada apa ini? Hanya aku yang terlihat tidak panik, tapi pahaku bergetar. Mata kering dan tidak ada sisa untuk sedih apalagi menangis. Aku lupa semua doa, yang kuingat hanya 'Ya Allah, kenapa?'.
Bidan memasukkan dua selang ke mulut anakku, memasukkan selang oksigen ke hidungnya. Semua berdoa, berwajah cemas, dan khawatir. Hanya aku yang kaku, masih dengan paha bergetar!
Beberapa menit kemudian terdengar bunyi 'huuek' dilanjutkan dengan percakapan, "Kok keluar darah Mbak?", "Iya Buk, darahnya harus keluar", dan 'hhhooooaaa,,hmm..hmm..hoooeeekkkk', suara tangisan Ya Allah. Legaaa, menyelimuti semua wajah yang berada di ruangan itu. Tak ada lagi tegang.
"Harus diobservasi dokter dulu Mbak. Adzannya nanti dulu ya!", senyum bidan yang lagi-lagi menyejukkan.
Selang sekitar sepuluh menit kemudian, muncul dokter dan bidan menggendong bayi laki-laki ganteng, sehat, dan luar biasa dari ruang observasi.
Ya Allah, anugerah itu ada! Dari segala bentuk perjuanganku, kesabaran Ibukku, ketabahan Ayahku, tangisan Adikku, doa suamiku, kekhawatiran mertuaku, tidak peduli duapuluh jahitan, infus dua ampul, maka lahirlah Si Coy!

Lof My Athaya Davana Vigili

#lahir #bayi #alhamdulillah

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE