Makna dari Sebuah Ketulusan Lewat Sepotong Sandwich Coklat

Beberapa mungkin sudah terjawab oleh waktu, beberapa masih menjadi misteri, salah satunya adalah kamu.

Roti isi, untuk kebanyakan orang hanyalah makanan biasa yang bisa dibeli dengan mudah. Bagiku, roti isi memiliki sebuah cerita yang mengubahku dan cara pandangku tentang seseorang. Aku tidak tahu siapa dia, bagaimana rupa dan bentuknya apalagi kepribadiannya. Dia hanya menghubungiku sekali via WA untuk kepentingan sebuah outdoor event yang akan diselenggarakan oleh sebuah organisasi di kampus tempatku menimba ilmu selama 3 tahun terakhir.

Advertisement

"Aku salah satu junior kakak, kita satu tim. Apa yang perlu kita lakukan?" Begitulah bentuk pesan pertamanya. Berpikir bahwa dia adalah junior, hal jahat pertama yang kupikirkan adalah menjahilinya. Bukannya memberinya solusi, aku menyuruhnya membawa banyak makanan untuk keperluan pribadiku selama outdoor event berlangsung yang salah satunya adalah roti isi.

Advertisement

Selama kegiatan dia sama seperti junior lain, tak ada hal yang membuatnya terlihat lebih atau kurang dari sudut pandangku. Sampai pada waktu senja, dia mendatangiku bertanya tentang roti isi bawaannya yang sudah habis kulahap dengan teman-teman seanggkatanku. Sungguh tidak ada rasa bersalah atau penyesalan apapun dalam diriku waktu itu.

Komunikasi kami berlanjut. Aku masih memandangnya sebagai junior lemah dan hanya menyuruhnya melakukan ini itu untuk kepentinganku saja.

Advertisement

Lucunya, dia hanya menurutinya, tidak membantah dan masih dengan senyum yang sama. Dia mulai berbagi cerita tentang hidupnya. Hal pertama yang dia bagi adalah sakit gigi akut yang dia derita. Di mana dia hanya bisa makan roti jika sakitnya kambuh. Hal yang membuatku merasa bersalah adalah saat senja di outdoor event, ketika dia menanyakan tentang roti bawaannya. Saat itu sakit giginya sedang kambuh. Aku tidak tahu tentang itu dan malah menghabiskan semuanya. Semenjak itu, aku mulai membawakannya roti. Aku masih meminta hal-hal tidak masuk akal untuk kepentinganku tapi ada empati yang mulai tumbuh.

Ini semakin lucu ketika aku mulai penasaran tentang seperti apa dia. Kenapa dia selalu tersenyum seperti itu. Apakah dia tidak pernah marah atau sedih. Kenapa dia selalu terlihat bahagia dan tanpa beban. Dan yang paling membuatku ingin tahu, kenapa aku mulai berbagi cerita dengannya dan kenapa dia selalu menuruti apa yang ku katakan. Tentu aku hanya menanyakan itu padanya, tapi jawabannya membuatku sadar akan satu hal yang orang–orang sebut dengan ketulusan.

"Aku nggak ngerti, mungkin karena aku percaya aja." Kalimat yang secara otomatis merubah pandanganku tentangnya. Dia bukan junior lemah, dia seorang manusia yang tulus. Dia bukannya tidak pernah marah atau sedih, dia hanya memilih untuk tidak memperlihatkannya kepada kami. Dia manusia, sama sepertiku. Ada kalanya dia lelah dan sepertinya kini aku memahaminya. Kalimat yang masih aku ingat darinya adalah, "Apa maksud Allah menyatukan kita dengan roti?" Ini membuatku berpikir, cerita ini belum berakhir dan kami hanya akan menyerahkannya pada waktu dan takdir.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE