Malaikat dengan Cela

Aku telah mengenalnya, sekian lama. Sepanjang usia ini, sejauh aku bisa mengingatnya. Ingatan samar-samarku datang saat sosok itu berlari mengejar langkah-langkah kakiku yang kecil. Atau saat lengan itu menggendongku sambil merawat rumah. Serta saat belaian lembut itu menidurkan aku dalam peraduan. Beberapa kali teringat mata-mata lelah yang tak tidur kala menjagaku saat ku sakit, atau bujuk rayu agar ku habiskan makan siangku.

Advertisement


Dua sosok manusia, biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Hanya dua orang tua yang tidak mengerti derasnya perkembangan zaman dan gejolak jiwa di diri anak muda.


Berkali-kali bibir ini mengumpat mereka, atau menjelekkan mereka di depan para teman bergaul ala kawula muda. Seringkali pula agar dapat dikabulkan apa yang jadi kenginginan diri sendiri, akhirnya terucap dusta. Kerasnya usaha mencari rezeki, ku anggap biasa saja, bahkan sudah seharusnya.

Namun, seiring dengan bertambahnya kedewasaan diri ini, perlahan tapi pasti, mulai ku sadari perubahan-perubahan yang terjadi. Kerut-kerut dan gurat garis yang muncul seiring berjalannya waktu di sepasang wajah lelah itu. Kerut di bibir mereka tampak semakin dalam saat memarahiku. Kerut di mata mereka begitu kentara saat mengkhawatirkanku. Kerut di dahi mereka terlihat jelas saat mereka berdoa untukku.

Advertisement

Kini, sosok-sosok itu telah semakin renta. Namun, binar mata mereka smakin menyala, sarat dengan pengalaman hidup dan tempaan kebijaksanaan. Aku menyadari, ada saat di mana mereka pun alpa dan lupa, serta dikuasai ego dan amarah yang tidak semestinya. Namun, mereka pun hanya manusia biasa, yang punya hati serta raga.

Dua sosok itu yang telah menumbuhkan sayap-sayap kecil di diriku yang bernama kemandirian, tanggung jawab, dan budi pekerti. Sehingga aku dapat terbang bebas dan mengejar mimpi-mimpiku sendiri. Terkadang aku lupa untuk menoleh ke belakang, ketempat mereka berada. Tapi aku yakin dan percaya, kapan pun sayap ini mengarahkanku tuk kembali, selalu ada mereka sebagai tempatku berlabuh dan pulang.

Advertisement


Hentikan waktu….

Jangan tambah menua…

Tetaplah bersamaku….


Tiga kalimat yang selalu ku bisikkan kepada sang Pencipta di malam menjelang tidurku. Sebait harap untuk malaikat-malaikatku di bumi, malaikat dengan cela.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Instagram : @shine_bridal Fanpage FB : shine bridal and cafe - Mother of OneDaughter - MakeUp Artist - A wife - A dreamer - Messy writer

CLOSE