Mana Terima Kasih Kamu Kepada Ibu? Kamu Ingkar 4 Hal Ini Kepada Ibu (Renungan Hari Ibu)

Kamu boleh berucap SELAMAT HARI IBU. Tiap tanggal 22 Desember. Itu gampang.

Advertisement

Tapi di saat yang sama. Kamu sulit berucap TERIMA KASIH IBU, sambil mencium tangannya. Tulus dan penuh kasih sayang. Coba di cek, kapan kamu terakhir bilang TERIMA KASIH kepada Ibu. Orang yang melahirkanmu, mendidik dan membesarkanmu …

Mana terima kasih kamu kepada Ibu? Mana ….

Anehnya, kamu buru-buru berucap terima kasih kepada kawan atau orang lain yang ngebayarin semangkuk mie di warung tadi. Hanya karena semangkuk mie, kamu bilang kawan baik, orang lain baik. Lalu merasa terharu atas kebaikan orang lain.

Advertisement

Mana terima kasih kamu kepada Ibu? Mana ….

Sayang, kamu sering lalai. Untuk kebaikan Ibu yang melahirkanmu, kamu sering lupa berucap terima kasih. Kamu suka gak adil malah kadang gak jujur. Mengaku hormat dan cinta pada Ibu, tapi waktu buatnya hanya sedikit saja. Setelah dewasa dan bekerja, kamu malah jarang menengok Ibu. Cinta pada Ibu tapi gak perhatian. Emang kamu tahu, Ibu kamu sekarang sehat atau tidak? Ibu kamu pengen apa tahu gak? Pdahal Ibu kamu sekarang, cuma kangen sama kamu. Kok sudah lama gak datang-datang.

Advertisement

Kasih Ibu itu bukan semangkuk mie.

Buat orang yang bayarin mie kamu bilang terima kasih. Buat Ibu yang melahirkan dan mendidik kamu, jarang berucap terima kasih. Ada saja alasannya. Sibuklah, gak sempatlah, gak punya waktulah. Kamu, kadang buat Ibu saja banyak alasan.

Kasih Ibu itu bukan semangkuk mie.

Kamu mudah berucap terima kasih berulang-ulang kepada orang lain atas kebaikan kecil yang mereka berikan. Tapi kebaikan Ibu yang bisa membuat kamu seperti sekarang, masih terlalu sulit untuk diucapkan. Kenapa sih kamu…??

Kamu yang sering bilang 4 hal ini, tapi kamu ingkar kepada Ibumu:

1. Kamu yang sering bilang “Aku sayang sama Ibu”. Tapi perilaku kamu terlalu jauh dari arti kata sayang untuk Ibu. Kalo sayang kenapa kamu jarang ke rumah Ibu?

2. Kamu yang bilang “Aku bangga punya Ibu sepertimu”. Tapi juga yang gak pernah mau memberikan kasih sayang kepada Ibu seperti yang diperbuatnya waktu kamu kecil.

3. Kamu yang sering bilang “Tidak ada yang spesial di hati ini selain Ibu”. Tapi kamu pula yang membuat spesial-spesial yang lain dalam hidupmu hingga Ibu terlupakan.

4. Kamu yang bilang “Aku bisa begini karena Ibu”. Tapi kamu juga yang sudah begini seakan gak peduli pada Ibu, sekedarnya saja mengingat Ibu.

Kamu tahu gak, kasih Ibu itu bukan semangkuk mie.

Katanya jasa dan pengorbanan Ibu sulit dibalas. Dengan apapun dan sebesar apapun. Tapi kenapa kamu juga sulit meminta maaf kepada Ibu. Kenapa kamu susah berterima kasih kepada Ibu. Kenapa kamu enggan meminta doa restu kembali kepada Ibu. Sekalipun kamu sudah seperti sekarang ?

Mana terima kasih kamu kepada Ibu? Mana ….

Kamu itu. Berbeda pendapat sedikit saja dengan Ibu sudah marah. Anak yang terlalu mudah memusuhi Ibu. Hingga lupa, siapa yang melahirkan kamu?

Mana terima kasih kamu kepada Ibu? Mana ….

Siapa yang mengganti popok dan menyuapi kamu sewaktu kecil. Ketika kamu sakit panas, siapa yang mengompres kepala dengan air dingin? Ahhh, sudahlah itu semua hanya masa lalu, masa kecil kamu.

Hari ini, berapa banyak Ibu yang terpaksa menyeka air matanya. Karena kangen ingin bertemu dengan anaknya. Berapa banyak Ibu yang menunggu dan membuka pintunya, lalu berharap ada kunjungan dari anak-anaknya. Berapa lama lagi Ibu kamu harus menunggu ? Tolong katakan, berapa lama lagi …..

Sungguh, jangan sampai batin Ibu kamu berkata “Di mana anak yang aku perjuangkan dulu?”

Kamu masih ingat gak?

Dulu ketika kamu baru dilahirkan, usia seminggu, Ibu yang membawa kamu pulang ke rumah. Di malam hari, kamu menangis, menjerit-jerit karena popok kamu basah. Sekalipun tubuhnya letih, Ibu kamu bangun. Berjalan di lantai yang dingin, tanpa alas kaki. Mengganti popok kamu, lalu menyusui. Itulah kasih Ibu. Tidak sebanding dengan semangkuk mie.

Ibu kamu RELA melakukan semuanya demi kamu, anaknya. Mungkin Ibu tidak suka bangun malam, tapi ia rela melakukannya. Demi kamu, demi anak-anaknya.

Mana terima kasih kamu kepada Ibu?

Katanya kamu mampu berjuang untuk hidup. Bekerja keras untuk keluarga. Tapi mengapa kamu gagal untuk berterima kasih kepada Ibu. Ibu yang melahirkanmu. Kapan…?

Kapan kamu berkunjung ke rumah Ibu?

Kapan kamu mengajak Ibu makan bersama?

Kapan kamu mengajak Ibu jalan-jalan?

Kapan kamu terakhir memberikan kecupan manis kepada Ibu?

Kapan kamu ucapkan terima kasih kepada Ibu?

Dan kapankah kamu berdoa untuk Ibu?

Semoga kamu gak menjawab, kapan-kapan.

Sesibuk apapun, sesulit apapun. Temuilah Ibu, ucapkan terima kasih dan meminta maaflah kepada Ibu. Mohon doa restu kepadanya. Buatlah Ibu tersenyum bersama kamu. Dan jangan biarkan batin Ibu menahan rindu kepadamu, anaknya.

Sahabat,

Kita selalu ingat Ibu saat kangen dan butuh Ibu. Tapi kita jarang ingat Ibu saat Ibu butuh dan kangen kita.

Datanglah dan temui Ibu sekarang …

Karena Ibu tak pernah lelah untuk menyanyangi kita. Tapi kadang kita lupa atas kasih sayang yang telah Ibu berikan kepada kita.

Terima kasih Ibu …

Kini kusandarkan diri di bahumu

Agar terasa kelembutanmu menembus dinding kalbuku

Agar hancur segala keangkuhan diriku

Agar luluh segala gundah dan gelisah

Biarkan aku terhanyut dalam kedalaman kasih sayangmu

IBU …. #Salam Cinta dari Anakmu

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

CLOSE