Mari Lawan Depresi, Sang Pembunuh dalam Kesunyian

Pada akhir bulan Maret lalu, sebuah film seri berjudul 13 Reasons Why disiarkan melalui Netflix. Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Hannah Baker yang merekam 13 kisah dalam video tape berisi kontribusi orang-orang di sekitarnya yang pada akhirnya menyebabkannya bunuh diri. Kemunculan film ini mungkin cukup mewakili perasaan sebagian orang yang pernah mengalaminya.

Ya, depresi. Gangguan psikologis yang membunuh dan mencekik orang secara diam-diam hingga mendorong mereka untuk bunuh diri. World Health Organization mencatat bahwa setidaknya 800 ribu orang bunuh diri setiap tahunnya akibat mengalami depresi (liputan6.com, 2017). Dan apakah ini hanya kesalahan mereka semata? Tentu tidak. Banyak orang menutup mata akan lingkungan sekitarnya dan menganggap bahwa depresi tidak berbahaya.

Bahkan terkadang mereka justru menjauhi penderita depresi, tanpa mengetahui bahwa cara ini akan membuat penderita depresi semakin merasa dikucilkan dan merasa tidak dicintai. Marilah kita kembali pada pertanyaan ini: Apakah yang bisa saya lakukan untuk mencegah orang terdekat saya depresi dan bunuh diri? Pertama, kenalilah gejalanya. Orang depresi seringkali menyendiri sepanjang waktu, mudah marah, merasa bisa menyelesaikan masalah dan menyelamatkan dirinya sendiri, kehilangan minat beraktivitas, tertekan, sedih, kosong, merasa bersalah atau tidak berharga, sulit berpikir dan mengambil keputusan serta merasa lelah (kompas.com).

Kenalilah gejala-gejala ini sebelum mereka masuk ke gejala lainnya yakni menulis status ingin mati atau mengatakan hal tersebut pada orang-orang terdekat mereka. Kedua, jangan jauhi namun dekati mereka. Orang depresi hanya butuh dipulihkan. Berikan mereka motivasi, ajak mereka berlibur atau pergi bersama selama satu hari. Kuatkan mereka dan hadirlah justru di saat-saat seperti ini.

Kehadiran seorang teman, sahabat atau anggota keluarga yang mau peduli dan meyakinkan bahwa mereka tidak sendiri akan membantu mereka dalam menghadapi permasalahan yang dialami. Terakhir, jangan mengkritik mereka akan segala hal yang sudah terjadi karena mereka hanya ingin bercerita, bukan ingin dikomentari, dikritik atau bahkan disalahkan (vemale.com, 2014).

Tidak ada yang salah dari depresi karena depresi adalah situasi yang manusiawi. Namun yang salah adalah membiarkan hal itu terjadi secara berkelanjutan. Selain adanya motivasi, dukungan, doa dan cinta dari orang sekitar, orang-orang yang depresi juga harus mencoba mencari pertolongan dan membuka diri. Proses pembukaan diri ini memang tidak mudah karena terkadang kita sudah merasa putus asa dan berkeyakinan bahwa tidak ada orang yang mampu menolong kita.

Namun dengan mencari pertolongan dan membuka diri, di saat itulah kita membuktikan bahwa kita kuat dan memiliki keberanian. Inilah saatnya untuk membuka mata. Inilah saatnya untuk mulai menyadari betapa berharganya hidup ini dengan bersedia meluangkan waktu bagi sesama dan menariknya kembali dari jurang depresi yang gelap (cyn).

“There is no need to suffer silently, and there is no shame in seeking help”

-Catherine Zeta-Jones-

“If you know someone who’s depressed, please resolve never to ask them why. Depression isn’t a straightforward response to a bad situation; depression just is, like the weather. Try to understand the blackness, lethargy, hopelessness, and loneliness they’re going through. Be there for them when they come through the other side. It’s hard to be a friend to someone who’s depressed, but it is one of the kindest, noblest, and best things you will ever do.”

Stephen Fry

Terima kasih sudah membaca… Semoga tulisan ini menginspirasi dan bermanfaat J

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Call me Cynthia Tee An ordinary girl from Solo, Central Java who writes perfect moments at perfect time Thank you for reading my article! ^.^