Matematika Mengajarkan, Jika Salah Katakanlah Salah Maka Kamu Bertindak Benar

Mungkin satu bulan yang lalu, aku dan teman-temanku berkumpul di sebuah kafe yang berada di Banguntapan, Bantul.

Baru pertama kali ada Kopasus yang menghadap langsung denganku. "Wah tambah keren saja aku berhadapan dengan Kopasus," batinku.

Kopasus dihadapanku ini bukan Komando Pasukan Khusus, tetapi ini adalah salah satu minuman yang disajikan di kafe tersebut. Kopasus di hadapanku ini adalah sebutan lain dari Kopi Pakai Susu. Tapi susunya mungkin susu kental manis (SKM).

Saat yang bersamaan dengan serutan Kopasus yang menyentuh lidahku. Aku ngobrol panjang dengan temanku. Ngobrol agak serius. Aku ingat obrolannya saat itu tentang sebuah konsep matematika. Seingat aku waktu itu, dia mengungkapkan konsep hitung matematika yaitu tentang perkalian.

Oh, ya akan lebih baik jika aku perkenalkan dia, namanya Haprilia CN dia seorang sarjana pendidikan. Hap panggilan dekat aku kepadanya.

Kalau kamu mungkin bisa panggil, sayang~, mbak~, atau yang lebih ekstrim emak~. Hehe~. Semoga yang bersangkutan ikhlas ya.

Banyak hal yang aku dapatkan dari dia. Cerita-cerita kehidupan di kampungnya, mulai dari tantangan mengumpulkan orang, bisa aku bilang dia (Hap) adalah seorang aktivis anak.

Ada sesuatu hal yang menarik untuk aku bahas disini dari obrolan kami. Jika pembaca juga mau ikutan, bisa ikut di kolom komentar.

Seingatku Hapril mengungkapkan konsep matematika, konsep tersebut aku jadikan sebagai bahan pertanyaan untuk aku bahas. Beberapa pertanyaan berikut sebagai pintu masuk ke pembahasan.

Mengapa – x – = +? (baca: mengapa negative dikali negative hasilnya positif?), mengapa + x + = +?, mengapa – x + = -?

Aku lupa dengan penjelasan yang disampaikan oleh Hapril waktu itu. Aku merasa yang dia bahas saat itu memiliki kesamaan dengan konsep matematika yang aku dapatkan dari sebuah buku yang diterbitkan Bentang Pustaka, buku itu berjudul Mendidik Pemenang Bukan Pecundang ditulis oleh Sarasvati dan Sumardianti. Aku baca buku itu pada Sabtu, 21 Juli 2018.

Aku menyerap tulisannya seperti pembahasan sebagai berikut.

Mengapa negative dikali negative hasilnya positif (- x – = +)? Kita analogikan negative sebagai sesuatu yang salah dan positif kita sebut dengan sesuatu yang benar. Logika yang dapat kita ambil dari – x – = +, artinya jika kita mengatakan sesuatu yang salah adalah salah maka tindakan (pernyataan) kita itu benar.

Contohnya aku melakukan korupsi. Tindakan korupsi adalah sesuatu yang salah, kalau kamu mengatakan tindakan korupsiku adalah sesuatu yang salah maka kamu menyatakan sesuatu yang benar.

Kalau + x + = + (positive dikali positive hasilnya positive), simbol + itu kita artikan benar. Logikanya jika mengatakan kebenaran kepada sesuatu yang benar maka itu adalah benar.

Lalu bagaimana dengan – x + = -, ini artinya jika kita mengatakan salah terhadap sesuatu yang benar maka kita berada dalam kesalahan. Itu sebabnya negative dikali positif hasilnya negative (- x + = -).

Aku baru menyadari bahwa matematika itu adalah ilmu inklusif, artinya ilmu yang dapat digunakan diberbagai macam tindakan kehidupan. Bisa digunakan sebagai rumus kehidupan sosial, ekonomi, bahkan rohani.

Tindakan kehidupan kita tidak bisa lepas dari rumus matematika. Namun pengolahan terhadap ilmu berpikir matematika kita, aku akui sangat rendah.

Bahkan tindakan kehidupan kita sangat melenceng dari rumus kehidupan menurut matematika.

Sekarang banyak dikalangan kita bahkan aku sendiri melakukan penyimpangan, di mana dalam kehidupan sosialku di saat aku harus mengatakan sesuatu yang salah adalah kesalahan kepada orang lain tetapi aku malah mengatakannya benar.

Jadi dalam kehidupan kita, jika salah katakanlah salah maka kita bertindak dalam kebenaran.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kamarudin manusia yang terus mencari kebenaran, penyuka puisi. Boleh lo kamu baca puisi buatku. ?