Melepaskanmu

Entah dari mana aku harus memulai, sudah ada jarak yang rasanya terlalu luas untuk sekedar menanyakan kabar. Aku datang baik-baik mas, hanya ingin bertanya selayaknya adik kepada kakaknya. Apa kabar kamu mas? Baik, tentu saja baik dan (semoga) selalu baik. Aku sudah tidak tau lagi minggu ini kamu masuk kerja shift berapa atau saat ini kamu sedang dikota sebelah atau sedang berada dikotamu, saat ini kamu sedang bekerja atau sedang sibuk dengan gadgetmu entah dimanapun kamu.

Tenang saja sejak hari itu aku sudah tau posisi dan sadar diri mas, aku tidak akan berusaha mencari tau apapun tentang kamu atau berusaha menguntitmu lewat dunia maya. Toh kamu bukan pria kesepian yang sedikit-sedikit update di media social. Palingan klo aku tidak sengaja menemukan namamu didinding facebook isinya tentang entah kamu menshare berita apalah atau meme apalah. Aku tidak stalking atau kepo seperti yang sering kamu katakan ke aku klo aku banyak bertanya, kamu hanya satu dari sekian banyak teman facebookku itulah sebabnya aku tau aktivitasmu di dunia maya. Aku tidak berusaha meunfriend kamu dari list teman mas di sosmed manapun, karena aku bukan cewek kemarin sore yang hanya dengan melihat sosmed bisa membuat aku gagal move on. Aku adalah perempuan dewasa yang tau caranya mengendalikan diri agar tidak diperbudak rasa.

Kembali lagi ke pertanyaanku, apa kabar kamu mas? Bagaimana turnamen futsalmu? Menang? Kalah? Ah ya menang kalah itu urusan belakang yang penting lari dan berkeringat katamu. Masih suka jogging setiap sabtu-minggu? Kuat berapa putaran? Dengkul kananmu baik-baik atau makin klotak? Aku masih ingat semua bagian dari percakapan kita mas meskipun itu hanya dalam tulisan. Percakapan yang tidak pernah berarti banyak buat kamu dan malah menumbuhkan ‘rasa’ ku ke kamu.

Rasa itu datang karena terbiasa mas. Aku terbiasa menerima kabarmu setiap hari. Terbiasa atas candaan kita yang akhirnya menimbulkan nyaman. Ah sudahlah, rasa itu sudah berlalu. Aku tidak ingin membiacarakannya apalagi membuatmu tidak nyaman. Aku sudah bilang kan aku akan segera melupakan perasaanku untukmu mas. Mungkin aku kadang merindukan kamu dan percakapan kita dalam tulisan. Tapi ya hanya sebatas itu, aku tidak ingin lebih jauh apalagi sampai menganggumu. Aku hanya sebatas rindu bukan ingin mengembalikan hubungan kita seperti dulu.

Aku tau kamu tidak nyaman setelah tau ada rasa yang ‘tidak sengaja’ ada. Aku tau sejak malam itu keadaan tidak akan lagi sama. Aku tau bahkan sejak awal kamu akan seperti yang sudah-sudah, pergi tanpa penjelasan. Tidak-tidak kamu tidak pergi tanpa penjelasan, kamu justru berusaha menjelaskan, dengan bertele-tele dengan mengulur waktu berjam-jam. Aku tau malam itu kamu akan menjelaskan apa, apa yang akan kamu bicarakan, aku yang kamu ingin katakan. Aku tau mas. Aku bukan cewek kemarin sore yang tidak bisa membaca pertanda dan membedakan rasa. Sayangnya, diawal aku masih gagal mencegah hatiku untuk berharap banyak dan tetap membuat simpul-simpul harapan palsu yang membenarkan hatiku berharap.

Saat menulis ini aku sendiri tidak tau apa yang sedang aku rasakan, aku tidak merindukanmu, sungguh. Aku tidak ingin mempertanyakan apapun atau meminta penjelasan atas apapun. Atas apapun yang sudah terjadi dan atas apapun yang kamu katakan, aku sudah mampu menyimpulkan sendiri. aku dan kamu tidak akan bisa lebih dari sekadar ‘teman’.

Tapi kamu sendiri tau aku bukan penganut kepercayaan bahwa laki-laki dan perempuan bisa sekadar berteman. Salah satu diantara kita pasti ada perasaan yang tidak sengaja muncul. dan dalam hal ini, aku mas yang ada dipihak itu. Berada dipihak dengan perasaan yang ‘tidak sengaja’ muncul. tidak sengaja? Ah tentu saja bukannya tidak sengaja segala dimulai dengan keterbiasaan. Dan saat ini, aku sudah terbiasa tanpa kabar darimu. Aku sudah terbiasa dengan tidak adanya chatmu di ponselku. Sudah terbiasa dengan ‘jarak’ ini dan juga sudah terbiasa menjadi orang asing yang seolah tidak pernah mengenal kamu. Aku menerima segalanya dengan lapang mas, sungguh. Kalau tidak, tidak mungkin aku menulis ini dalam keadaan yang baik-baik.

Aku hanya ingin memberitahumu bahwa kamu tidak perlu menjauh sejauh ini, karena aku tau caranya menciptakan jarak. Kamu juga tidak perlu khawatir dan meminta maaf berkali-kali atas perasaan yang tidak bisa kamu balas. Aku mampu mengendalikan perasaanku mas, I really do. Kamu juga tidak perlu berterima kasih atas perasaan ini, perasaanku tidak menuntut belas kasihmu. Kalaupun saat ini aku sudah move on, move up dan move away bukan karena aku kecewa rasaku ternyata bertepuk sebelah tangan, bukan karena itu mas. Aku percaya bahwa setiap perasaan punya jalannya masing-masing, bahkan jika tidak berbalas, itu tetap ku sebut jalannya. Jalan menuju ‘rasa’ yang lebih baik, jalan menuju pemantasan diri. Aku sudah berbalik arah saat aku tau bahwa kamu adalah jalan buntu, karena aku tau, waktuku terlalu berharga untuk dihabiskan mengahadapi tembok yang tidak bisa kupanjat, sementara kesempatan untuk berbalik arah masih ada.

Sekarang, aku sudah kembali berjalan maju, tanpa embel-embel kamu. Meskipun sesekali masih ada yang mempertanyakanmu. Aku hanya bisa tersenyum dan mengatakan kamu baik-baik saja. aku tidak ingin mengumbar apapun tentang yang sudah terjadi, biar saja aku mengenangmu sebagai sisa mimpi semalam. Sesekali namamu kusebut dalam doa. Tenang saja aku tidak pernah mendoakan yang tidak baik. Aku mendoakan untuk kebaikanmu, untuk segala usahamu, untuk kemudahan didalam setiap langkahmu. Dan semoga tidak ada lagi ‘aku’ yang lainnya. Kamu bisa menakhlukkan perempuan manapun dengan ketulusanmu dan dengan guyonanmu. Yang perlu kamu lakukan hanya membuka hati dan benar-benar pergi dari masa lalumu. Atau kamu malah ingin menjemputnya kembali? Aku sudah tidak bisa menasehatimu dan memakimu saat kamu galau karena mantanmu, jadi aku hanya berharap kamu tidak salah langkah. Karena aku tidak akan lagi jadi pihak yang mengingatkanmu.

Perasaanku ke kamu sudah terkikis mas. Belum habis, tapi tidak cukup banyak jika hanya membuatku galau dan rindu. Meskipun begitu aku tau kamu tidak akan bisa menganggap tidak ada apa-apa diantara kita. Kamu akan tetap melihatku sebagai perempuan yang jatuh hati padamu, dan kamu akan tetap memilih menghindariku. Aku tidak pernah menuntut balas atas apa yang aku rasakan mas, aku bisa menanggung perasaanku sendiri. semoga kamu tidak akan pernah ada diposisiku mas, semoga siapapun nanti yang pada akhirnya mengembalikan hatimu, adalah dia yang memang kamu tunggu-tunggu.

Jika saja kamu memberi kesempatan aku ingin mengatakan semuanya dengan mulutku, sama seperti saat aku mengakui perasaanku. Tapi sepertinya tidak ada lagi kesempatan kita duduk dalam satu meja dgn dua coklat tersaji. Jadi biarkan saja kamu abadi dalam tulisanku. Dan hal terakhir yang selalu ku katakan berulang-ulang “laki-laki itu harus punya harga diri mas”

-dari yang kamu sebut adik

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Wonder Woman yang sedang upgrade kekuatan. Karena katanya kekuatan melahirkan tanggungjawab yang besar.