Memantaskan Diri Untukmu

Entah, sudah berapa kali kita bertengkar dengan alasan yang sama, aku sudah tak mampu menghitungnya.

Entah, sudah berapa kali kita membahas masalah yang sama, sekalipun selalu berakhir dengan baik.

Aku masih ingat pertengkaran pertama kita di malam itu. Malam ulang tahunmu, yang kau lewatkan dengan keluarga dan sahabat-sahabatmu, dan kuhabiskan dengan setumpuk pekerjaan di kantor. Aku ingat dengan jelas bagaimana ketusnya kamu saat aku hubungi. Meskipun berakhir dengan kamu memahami kesibukanku, aku tetap merasa bersalah karena tak mampu hadir bersamamu di sana.

Aku masih ingat betul, bagaimana akhir pekan kadang tak lagi menyenangkan bagi kita. Ketika pasangan lainnya sedang saling menggenggam, kita hanya mampu menahan rindu. Ketika pasangan lain sedang berpeluk, kita hanya mampu menyapa lewat telepon.

Aku ingat betul, amarahmu tersulut saat aku memilih untuk tidak kembali ke rumah saat liburan. Aku ingat, betapa ketusnya nada bicaramu saat itu. Aku mencoba memahamimu, namun terkadang akupun ingin kamu dengar. Betapa disela-sela sesaknya dadamu, akupun ingin di sana bersamamu. Memberi pelukan menenangkan. Harusnya kau tahu, betapa akupun ingin menjadi penenangmu, bukan hanya menjadi penyulut api emosi di dadamu. Namun, untuk sekarang mungkin aku hanya harus bersabar, memahami tiap emosimu yang meluap-luap.

Terkadang aku ingin berhenti berdiri di persimpangan jalan. Aku ingin berjalan lurus menujumu. Tapi itu tak semudah pikirku. Kadang aku pun berpikir melepasmu. Tapi apa gunanya aku di sini? Apa gunanya kita berjarak jika akhirnya aku menyerah?

Saat nada ketusmu terdengar dari seberang sana, aku ingin balas menjawabmu dengan nada yang sama. Sesekali aku ingin berkata dengan lantang, “Tolong pahami aku”.

Untuk seseorang yang ku yakini menanti di sana, maafkan aku. Maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Maaf membuatmu menahan rindu. Aku pun di sini harus sabar menahan rindu. Aku hanya sedang memantaskan diri untuk bersanding denganmu. Secepatnya kujanjikan aku pulang ke pelukmu. Bersabarlah, sayang. Bersabarlah demi bahagia yang akan kita sambut bersama.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta senja dan penikmat kopi.