Menahan Kejujuran Meski Rindu Tak Tertahankan


Jujur pada perasaan sendiri adalah salah satu cara membuat kita menjadi seorang manusia. Namun, ada kalanya menahan perasaan adalah cara untuk memanusiakan diri agar bahagia.


Advertisement

Ada rindu yang mengendap dalam dada, menghadirkan pengandaian-pengandaian akan sebuah hal yang melegakan hati, sebuah lanjutan tentang cerita yang sudah berakhir. Dan ini semua tentang kamu, kamu yang masih tetap mengisi sepenuhnya ruang di dalam hati ini, tentang "kita" dan segala yang kita lewati. Aku tak bermaksud menentang kehendak dan mengabaikan keikhlasan, karena aku sedang dalam tahap belajar mengikhlaskan seutuhnya tanpa ada rasa yang datang dan pergi. Aku banyak berpikir dan mencari tahu tentang segala hal. Semua detail percakapan dan mimik wajah pada penghujung cerita kita itu masih terasa ambigu. Entah bagaimana caranya memastikan segalanya dan menghentikan nalar yang telah menjadi liar ini, itu semua hanya bisa dilalui dengan rasa ikhlas dan aku telah berhenti menganalisa semuanya.

Kamu, iya kamu memang benar telah berhasil berada pada tempat terdalam di hati. Kamu memang sudah sepenuhnya mencuri hati, dan kini ketika sudah tidak ada lagi kita, sulit rasanya untuk benar-benar mengosongkan tempat terdalam itu. Apakah hati yang terlalu tulus? Apakah nalar terlalu serius dalam memikirkan hubungan kita saat itu? Aku rasa iya benar. Tapi bukankah kamu yang merefleksikan perasaan ini padaku? Apakah kamu masih menjadi cermin yang sama untuk hatiku? Ataukah sudah ada retaknya yang tak bisa lagi utuh? Lagi dan lagi aku banyak mempertanyakan hal tanpa kepastian hingga menjawabnya sendiri dalam beberapa dugaan dan pemikiran. Namun, sudahlah dengan semua ini, karena terkadang aku telah menjadi muak dan lelah mencari tahu, aku sudah memutuskan bahwa berakhirnya sebuah hubungan itu karena sudah tidak ada rasa lagi di antara kita. Jangan lagi ada pemikiran-pemikiran yang hadirkan angan indah, walaupun aku sungguh tahu kebenarannya, biarlah dan anggaplah saja rasa telah pergi agar seutuhya bisa merelakan.

Kesimpulan dalam hubungan kita jelas telah mengubah akhir yang kita impikan. Karena sebesar apapun cinta yang kita bangun, tidak akan pernah bisa bertahan jika di hadapkan pada sebuah kepergian yang pasti. Karena perasaan dapat berubah, jikalau di hadapkan sedikit pada sebuah tantangan, maka akan mudah pudar dan saling merelakan seolah tak ada harapan.

Advertisement

Pada saat ini, sudah sepantasnya segala perasaan yang menghambat akhir dari alur ini ditutup rapat. Rasa rindu yang sudah memuncak layaknya ditahan. Sesuatu yang semestinya berakhir, memang harus berakhir dan jika memang masih ada rasa yang menghambat kebahagiaan, sepatutnya rasa itu dihilangkan agar aku maupun dia menjadi bahagia pada jalan kita masing-masing.


Karena kita tak perah tahu apa skenario selanjutnya, tapi untuk sementara ini aku lebih memilih menahan perasaan agar tak menghambat langkahku dalam mencari kebahagiaan yang utuh.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE