Menanti Kepulanganmu Atau Menunggu Kematianku Sendiri

"Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca Hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim."

Advertisement

Waktu berputar begitu cepat, tak terasa ini adalah tahun ke lima kamu pergi tanpa kabar. Menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Jejak mu hanyalah sepenggal bisu yang redup di sunyi yang pekat. Aku merangkak mencari bayanganmu, tertatih melawan dingin dan nyatanya hanya hampa yang kubawa pulang di iringi dengan seikat kecewa.

Setiap pagi kutangkup segenggam embun supaya cintaku mengairi lelahmu. Dan kala malam, kutabur serpihan rindu di halaman rumah agar kamu tak bingung untuk menuju jalan pulang. Namun, apa yang kuperoleh. Hanya sebuah kursi yang berdebu yang mulai usang dan rapuh seperti penantian yang tak berakhir.


Kutabur serpihan rindu di halaman rumah dan berharap kamu tak lupa pulang


Advertisement

Masih sama dengan malam-malam sebelumnya, di beranda rumah , aku duduk dengan secangkir kopi hangat, bersama pena yang tersisa tintanya. Dan setiap kali angin malam menghantar rindu dan berbisik pada sang bintang. Aku masih saja rindu, rindu yang berujung pada sebatang kara.

Langit semakin menghitam, bulan semakin legam. Sementara hujan dan gerimis mulai mengusikku dengan sapaan yang melaknat dan bahkan sungguh menyayat hati, semakin pilu yang kurasa. Sebentar lagi cinta yang kupelihara akan mati, rindu yang kusimpan akan tandus. Dan penantianku pada akhirnya hanya berujung pada kematianku sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kabut dan lautan awan yang suka camping bersama kawan (www.ngayap.com)

CLOSE