Mengeluh Tidak Melulu Karena Kurang Bersyukur, melainkan Menerima Semua yang Berjalan Tidak Sesuai Rencana

mengeluh bukan karena kurang bersyukur

Matamu mulai lelah setelah menunggu beberapa jam. Apalagi ditambah efek begadang malam tadi untuk mencari bahan revisi. Ruang dosen yang kamu temui masih tertutup rapi. Tetapi meskipun sudah menunggu dengan letih, tekadmu masih berapi. Kamu coba menunggu sebentar lagi.

Tak terkira, satu mata kuliah temanmu sudah berakhir lagi. Di tempat yang sama, dengan harapan yang sama, kamu masih menunggu disana. Untuk mengusir kebosanan, hape yang kamu simpan akhirnya dikeluarkan. “Sialan!”. Sebuah pesan dari dosen yang tak terbaca yang isinya tidak hadir di kampus.

Suatu ketika silam saya sedang asyik mencari quotes di Pinterest. Biasalah biar dapat yang bagus dan di-share. Untung-untung ada yang notice dan nge-chat saya balik. Lalu muncullah sebuah gambar yang tak lebih dari gambar seorang anak kecil kelihatannya. Di bawah gambar tersebut terdapat sebuah kalimat. Kalimat bijaksana, motivasi, mutiara, yang indah indah pokoknya.

Usut punya usut, gambar tadi merupakan sebuah gambar yang berasal dari sebuah buku laris karya Marchella FP berjudul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau netizen kebanyakan mengenalnya NKCTHI. Sudah dapat ditebak dari penjelasan saya tadi mengenai apa isi bukunya dan isi yang seperti itulah yang kadang memiliki peminat banyak. Khususnya orang-orang yang mau nge-update status sok bijak tentang hidup.

Dalam waktu yang singkat saya tertarik dengan NKTCTHI. Saya pun memberanikan diri untuk ngechat Marchella cari akun resminya, di Twitter. Dapat sih, tapi ternyata saya juga dapat akun tandingannya, yaitu NKSTHI. NKSTHI merupakan akronim dari Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini. Sudah semestinya isinya pasti tentang sambat sambat atau keluh kesah setiap individu yang sedang lemah. Ironisnya atau memang seharusnya, ternyata akun sambat tersebut jauh lebih populer ketimbang akun bijak satunya. Alasan sederhananya adalah kita tak selalu bisa menjadi orang yang kelewat bijak, kadang juga butuh sambat.

Sambat atau keluhan adalah hal yang diharamkan (eelah). Maksudnya, keluhan yang keluar dari diri seorang manusia tak semestinya harus terungkapkan atau setidaknya terpikir pun jangan. Bukankah amat sedikit sekali manusia itu bersyukur? Oke cukup tausyiahnya.

Meskipun memang mengeluh adalah hal yang negatif bagi sebagian orang, tetapi mau bagaimana pun keluhan juga pasti terciptakan. Apalagi bagi orang orang yang sedang merasa semesta tak berpihak kepadanya, matahari tak menyinarinya, bulan tak merangkulnya, senja tak menghiasnya dan hujan tak membasahinya. Pokoknya tidak bisa di biarkan dan memberikan senyum semata saja. Harus sambat.

Kontroversi kata sambat atau keluhan memang menjadi perdebatan. Layakkah atau tidak? Sebenarnya jika ingin di teliti lebih lanjut, sambat yang keluar tidaklah sepenuhnya sambat. Justru itu adalah rasa kesal. Rasa emosi yang bila terpendam terlalu lama justru akan berdampak buruk.

Menurut penelitian bahwa terlalu memendam emosi negatif seperti marah, cemas dan depresi akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit jantung dan bahkan akan menganggu keseimbangan hormon. Ambil contoh saja, orang yang mengalami permasalahan yang teramat pelik yang sebenarnya bisa diselesaikan tetapi karena beberapa kondisi justru tambah buruk dan pada akhirnya memicu emosi negatif yang terlalu lama dipendam akan mengalami yang namanya stress.

Stress yang berlebih akan mengakibatkan depresi. Depresi yang sudah sangat akut pastinya berdampak tak hanya pada sisi fisik tetapi juga mental. Akhirnya tak jarang orang yang bunuh diri karenanya. Sepertinya sudah jauh sekali dari sambat ke bunuh diri, tetapi yang ditekankan disini adalah emosi yang tersalur dari kegiatan sambat tadi.

Emosi yang tercipta karena beberapa permasalahan hidup ini memang membuat kesal. Beberapa harapan kadang runtuh dan berujung kekecewaan. Sebenarnya bagi orang yang sedang mengalami emosi negatif, tak hanya perlu kata kata motivasi bijak. Apalagi dinasehatin ketika tidak diminta.

Begini, yang namanya hal hal yang buruk mestinya dikeluarkan seperti emosi negatif tadi. Maka tak jarang orang orang yang merasa kesal dan akhirnya sambat akan melampiaskan kesambatanya kepada hal yang menurut mereka bisa dijadikan tempat pembuangan emosi tersebut. Bisa berupa teman, saudara, bahkan sebuah akun media sosial. Namanya juga lagi kesal, masa mau diceramahin tentang kisah hidup filosofis dari Plato atau Socartes, ramashoook.

Sebenarnya adalah rasa kesal adalah hal yang paling tepat. Sambat sambat yang terlontar adalah rasa kekesalan yang tak bisa lagi dikurung dalam diri. Daripada menjadi penyakit dan depresi, lebih baik keluarkan saja. Mengungkapkan rasa kesal bukan pertanda ketidakbersyukuran. Justru adalah pengingat bahwa tak semuanya kadang berjalan sesuai rencana, kadang juga bisa sabar, mengumpat dalam hati, lalu tersenyum sambil melangkah pergi.

Intinya adalah, jangan sampai emosi emosi yang terpendam justru membahayakan diri kalian. Keluarkan saja semuanya dan jangan lupa keluarkan pada tempatnya. Sambat sesekali tak apa kok, yang penting jangan menyerah saja. Sambat atau tidak sambat, life must go on.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

Editor

une femme libre